Malaysia Kagumi Kiprah dan Perjuangan Buya Hamka

Kuala Lumpur - Rakyat Malaysia mengagumi sepak terjang dan pemikiran Buya Hamka, mantan Ketua MUI dan ulama besar dari Sumatera Barat itu, sehingga Universiti Kebangsaan Malaysia mengadakan seminar "Serantau Seabad Buya Hamka".

Menteri penerangan, komunikasi, dan kebudayaan Malaysia Rais Yatim membuka seminar tersebut dan dihadiri pula oleh wakil duta besar RI untuk Malaysia Tatang B Razak, Rusdi Hamka, salah seorang anak Buya Hamka, Senin, Selangor.

"Saya cukup dekat dengan almarhum Buya Hamka pada dekade 1970an dan 1980an hingga sebelum meninggal. Saya banyak membaca novel dan buku beliau serta mengetahui kiprah politik almarhum. Sebagai orang yang kenal Buya Hamka dan pelindung dari Universiti Kebangsaan Malaysia, saya mendukung seminar ini," kata Rais Yatim.

Selain itu, Buya Hamka sangat berperan dalam pengembangan bahasa Melayu yang kemudian digunakan rakyat Indonesia dan Malaysia sebagai bahasa pengantar dalam berkomunikasi sehari-hari. "Dan kiprahnya di bidang politik, Buya Hamka memiliki peranan penting dalam merapatkan hubungan negara serumpun Indonesia-Malaysia," tambah Rais Yatim.

Sementara itu, wakil Dubes Tatang B Razak mengatakan, suatu kehormatan bagi bangsa dan rakyat Indonesia dengan diselenggarakannya seminar Serantau Seabad Buya Hamka.

Tatang mengatakan, Buya Hamka bukan saja seorang ulama besar dan politisi tapi juga budayawan besar karena banyak menghasilkan Cerpen (cerita pendek), Novel dan Tafsir Al Qur’an. "Novel-novel almarhum seperti "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck", "Di Bawah Lindungan Ka?abah" dan "Merantau ke Deli" telah menjadi buku teks sastra di sekolah-sekolah Malaysia dan Singapura," kataya.

Hamka meninggal dunia pada 24 Juli 1981, namun jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan saja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sastrawan di negara kelahirannya, malah jasanya di seluruh alam Nusantara, termasuk Malaysia dan Singapura, turut dihargai, ujar Tatang.

Rusdi Hamka, salah seorang anak Buya Hamka dan pengelola majalah Panji Masyarakat, membenarkan bahwa Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) pernah ditahan oleh Soekarno pada masa konfrontasi Indonesia-Malaysia. "Bung Karno mencurigai Buya Hamka mengadakan serangkaian rapat gelap untuk menggulingkan Soekarno yang dibiayai oleh PM Malaysia Tun Abdurrahman. Namun tuduhan tidak terbukti, tapi ayah saya di penjara tiga tahun," katanya.

Buya Hamka pernah menerima beberapa anugerah di tingkat nasional dan internasional. Misalnya gelar Doktor Honoris Causa dari Universiti Kebangsaan Malaysia pada tahun 1974. Perdana Menteri Malaysia saat itu, Tun Abdul Razak, langsung menyampaikan penganugerahan itu kepada Buya Hamka. Sebelumnya, beliau juga menerima gelar yang sama dari Universitas Al-Azhar di Mesir pada tahun 1958. (JY)

Sumber: http://oase.kompas.com
-

Arsip Blog

Recent Posts