Enam Fotografer Pamerkan Pergeseran Budaya Bali

Denpasar - Enam fotografer di Denpasar memamerkan karya mereka mulai 9 hingga 16 Januari 2010 dengan mengangkat tema pergeseran budaya, sosial, religi, dan aktivitas kesenian di Bali.

Ketua panitia pameran Yudha Rianto di Denpasar Kamis menjelaskan, pameran yang akan digelar di Warung Tresni, Jl Drupadi Denpasar itu dilatarbelakangi oleh pengamatan mereka terhadap perubahan-perubahan di masyarakat Bali.

"Karena itu temanya adalah `Bali Jani; The Future of Bali Now`. Bali Jani itu artinya Bali sekarang. Kami melihat bahwa Bali sekarang ini sudah menunjukkan bagaimana Pulau Dewata di masa mendatang yang akan terus berubah. Kami menampilkan karya dalam foto cerita," kata fotografer Nusa Bali itu.

Yudha, misalnya menampilkan pasar tradisional berhadapan dengan pasar modern. Hal itu juga berpengaruh terhadap pola religi masyarakat Bali. Masyarakat Bali yang dulunya menggunakan "canang" (wadah untuk upacara) dari janur, sekarang diganti dengan bahan dari plastik.

I Nyoman Budiana, dari LKBN ANTARA mengangkat upacara "Tumpak Landep" yang dilakukan setiap enam bulan sekali atau setiap 210 hari untuk memperingati turunnya ilmu pengetahuan. Sebelumnya upacara itu diperuntukkan bagi keris dan tombak.

"Tapi sekarang, semua alat-alat modern juga diupacarai, seperti sepeda motor, mobil, komputer dan lainnya. Saya melihat hal ini tidak terlalu menjadi persoalan. Hanya saja memang mengalami pergeseran dari asalnya," kata Budiana.

Made Nagi menampilkan pergeseran dalam hal kesenian Bali. Ia melihat bahwa saat ini, festival kesenian di Bali mulai berkolaborasi dengan kesenian modern, padahal sebelumnya yang dimunculkan adalah kesenian-kesenian yang berbasis pura.

Zul Edoardo mengambil obyek perubahan fungsi lahan dari pertanian ke vila atau bangunan lainnya yang mendukung industri pariwisata di Bali.

Johanes Kristo menyoroti masalah musik yang dimainkan oleh anak-anak muda Bali dengan dandanan "punk". Mereka berdandan dan memainkan musik modern, namun anak-anak muda itu tidak meninggalkan tradisi dan budaya serta agama yang dianut masyarakat kebanyakan di Bali.

Sementara Miftahudin Halim menampilkan pergeseran perkawinan yang dilakukan oleh warga Bali dengan warga asing. Ia mengabadikan aktivitas keseharian dari seorang yang menjadi obyek dan menikah dengan bule.

Sumber: http://www.antaranews.com
-

Arsip Blog

Recent Posts