Mekarsari, Tidak Cuma Menyajikan Buah

Oleh Sri Agustina

Mau mencari tempat wisata keluarga yang asri plus pulang membawa oleh-oleh segar meriah dan ramah di kantong? Mungkin jawabannya ada di Taman Wisata Mekarsari di wilayah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.

Saat liburan panjang akhir Januari lalu, saya bersama rekan-rekan berkesempatan mengikuti kegiatan di Jakarta. Selepas acara, ada waktu sekadar melepaskan kepenatan dengan mencari lokasi wisata yang mampu membuat rileks. Pilihannya adalah ke Puncak. Tetapi, mengingat long weekend yang bisa dipastikan bakal ada komo lewat (macet, red) bahkan bisa jadi jalan ditutup, akhirnya kami menyepakati berkunjung ke Mekarsari.

"Iya, biar pulangnya bisa beli oleh-oleh nih, kan di sana buah-buahan murah lo," ucap Bu Tati, salah seorang anggota rombongan.

Sebetulnya taman ini sudah ada sejak era Orde Baru yang digagas almarhum Ibu Tien Soeharto, yang kala itu bernama Taman Buah Mekarsari. Namun, seiring pekembangan dan perubahan era politik di negeri tercinta ini, nama lokasi wisata itu diubah menjadi Taman Wisata Mekarsari.

Keberadaannya yang sudah lebih dari satu dasawarsa itu membuat objek wisata seluas 265 hektare ini mulai berbenah. Sarana-sarana pendukungnya terus dikembangkan. Cuma sayangnya promosi wisatanya masih kurang digeber lagi karena nyaris tak terdengar....

Ternyata menuju Taman Wisata Mekarsari pun tak kalah macetnya. Bertolak dari Jakarta Selatan, tepatnya seputaran Pondok Indah, pukul 10, kami baru tiba di pintu masuk Mekarsari pukul 12.30. Ya, dua setengah jam melaju dengan lambat.

Gerbang luas terhampar seolah menandakan selamat datang. Lahan parkir yang tersedia cukup luas, tapi untuk mencari parkir di dekat pintu masuk agak berebut.

Harga tiket masuk Taman Buah Mekarsari ini Rp10 ribu per orang dan tiket untuk mobil Rp5.000 dan sepeda motor Rp3.000. Jadi, dengan biaya yang tidak terlalu mahal, kami dapat masuk taman yang menyajikan aneka buah lokal maupun buah tropis ini.

Air mancur berukuran kecil menyambut setiap tamu yang datang. Ada lapangan ber-paving block yang bisa digunakan untuk pameran, panggung gembira atau aneka acara lainnya. Sementara itu, di sisi kanan tersedia lapak-lapak buah yang segar dan cukup murah dibanding dengan harga di pasaran.

Kami tidak langsung menuju tempat gelaran buah. Tujuan kami ingin melihat jeroan (isi, red) dari Taman Wisata Mekarsari. Maklum, dari belasan rombongan ini, ada sebagian besar yang belum pernah menginjakkan kakinya ke sini. Selain itu, taman ini juga sudah mengalami perubahan di sana sini.

Untuk melihat lihat koleksi tumbuhan di sini, sarana yang tersedia adalah kereta keliling dengan membeli tiket Rp10 ribu per orang. Eit, tetapi pengunjung harus bersabar karena antreannya cukup panjang dan berkelak-kelok. Tapi, tak perlu khawatir akan kepanasan menunggu giliran naik kereta karena ada saluran di atas yang menyemprotkan partikel-partikel air.

Satu kereta muat untuk 10--15 penumpang. Sewaktu dalam perjalanan melihat lihat koleksi koleksi tumbuhan, kita tidak akan bertanya-tanya tentang keunggulan dari tumbuhan tersebut karena sang pengemudi bertugas juga sebagai pemandu wisata yang memberikan keterangan tentang keunikan buah dari tumbuhan tersebut.

"Selamat siang Bapak, Ibu dan para penumpang, selamat datang di Taman Wisata Mekarsari. Nama saya Wandi dan siap menemani rombongan untuk keliling melihat Taman Mekarsari yang luasnya mencapai 265 hektare. Taman ini, bla...bla...bla...," kata pengemudi plus pemandu wisata bernama Wandi tadi.

Kami diajak menyusuri jalan aspal yang mulus dengan di kiri kanannya terhampar kebun luas tertata apik dan asri.

Kami melintasi sebuah gedung berwarna hitam keabu-abuan yang cukup tinggi, delapan tingkat yang terlihat seperti ada fatamorgana. Ternyata, menurut Wandi, itu adalah air mancur yang tergolong paling tinggi di kawasan Asia. "Kelak akan dibuat waterpark di kawasan ini," kata dia.

Kami juga melintasi taman indah yang luas dan apik. Rasanya ingin sekali rombongan turun untuk sekadar mengabadikan keindahan milik Sang Pencipta ini. Sayangnya tidak bisa karena kereta ini harus balik lagi untuk mengangkut penumpang yang sudah berjibun antreannya.

Perjalanan dilanjutkan dan kini memasuki perkebunan buah di sisi kanan dan kiri jalan. Sungguh penataan yang apik, teratur dan rindang, jadi betah deh berlama-lama di sini. Tapi sayangnya buah-buahan tersebut belum pada musim, ada yang sudah lewat ada yang baru akan panen.

Pohon buah yang ada pun banyak yang langka, seperti matoa, keniti, terung medan, jamblang, gowok, dan lain-lain. "Wah...itukan buah-buahan waktu aku SD dulu, dan sekarang jarang dijual di pasar. Coba berbuah ya, pasti mau borong dong," kata saya sambil membayangkan makan jamblang yang dijamin lidah dan bibir jadi ungu kehitaman.

Lamunan saya terbuyar ketika pemandu menyebutkan: "Kalau sedang musim, pengunjung bisa menikmati memanen buah sendiri dengan membayar cukup murah."

Sekitar 10 menit kami dibawa berputar-bupat sebagian kecil dari Mekarsari. Lah Rp10 ribu kok mau mengelilingi 265 hektare!!

Kami diturunkan di shelter sekitar danau buatan. Pesan pengemudi kereta, nanti kalau mau pulang bisa naik bis yang ada di sisi kanan lokasi dan gratis tak perlu bayar lagi serta diantar sampai pintu masuk Mekarsari.

Saat turun dari kereta, terlihat ada amparan rumput hijau yang landari di beberapa pohon besar yang rindang. Ini adalah kawasan outbound, kami melihat ada beberapa tenda yang terpasang di sana.

Menyusuri jalan paving block, kami menuju ke pinggir danau. Sebelumnya kami melintasi beberapa gerai yang menjual aneka cendera mata, serta lapak makanan/restoran serta kedai buah segar.

So, nggak perlu bawa bekal dan tak perlu takut kelaparan saat menjelajah Mekarsari karena aneka kudapan tersedia. Dengan membawa uang cukup, dijamin deh tak bakal telantar.

Harga makanan pun tak terlalu ngegetok kantong. Misalnya mi bakso Rp10 ribu/porsi, mi instan Rp10 ribu, nasi ayam Rp17.500/porsi, kopi Rp5.000/gelas, dan air mineral gelas Rp1.000.

Ada hiburan gratis lagi, live music, setiap akhir pekan dan hari besar. Duh, lagu-lagu yang dibawakan masuk top ten lagi, dan bisa request.

Di sini juga tersedia aneka permainan, mulai donat air, bola air, sampai banana boat. Permainan donat air cukup unik karena kita masuk dalam sebuah pelatik bergerigi yang diletakkan di atas air, lalu mulai berlari agar donat berputar, mirip treadmill hamster.

Sedangkan bola air, kita masuk bola yang telah diberi oksigen, lalu diapungkan ke tengah danau. Untuk permainan ini, masing-masing dikutip Rp25 ribu per orang.

Ada juga permainan trampolin untuk menguji adrenalin. Tak usah khawatir bermain ini karena ada tali pengaman serta pemandu yang akan mengawasi para pemain.

Terdapat pula jembatan gantung yang terdapat di atas danau tersebut. Pengunjung dapat berfoto di atas jembatan ini dengan latar belakang yang jarang temui di Jakarta.

Untuk menikmati pemanadangan danau dan sejuknya sepoian angin sambil menikmati kudapan, tersedia pondokan secara gratis. Kalau tidak kebagian, ada sewa tikar. Fasilitas MCK dan musala juga tersedia sehingga pengunjung bisa berlama-lama menikmati pemandangan di sana. "Ah, ternyata Mekarsari ini nggak cuma nyuguhin buah-buhan ya, ada juga tempat bermainnya," ucap Sari, salah seorang dari rombongan kami.

Setelah puas menikmati semua ini, kami menaiki bus wisata untuk kembali menuju tempat awal menaiki kereta. Sebelum pulang, tak lupa membeli suvenir sebagai oleh-oleh juga buah-buahan yang murah meriah.

Jeruk, belimbing, kelengkeng, salak, anggur, kenitu, dan durian, dijual mulai Rp10 ribu sampai Rp20 ribu per kilo. So, siapa yang tak tergiur untuk memborong.

Jangan lupa juga memasuki kawasan Garden Paradiso. Tempat ini menjual koleksi bonsai dan dijual dengan harga yang terjangkau. Jadi, untuk Anda yang suka dengan tumbuhan, cobalah untuk menikmati liburan dengan mengunjungi Taman Wisata Mekarsari.

Sumber: http://www.lampungpost.com
-

Arsip Blog

Recent Posts