Mengoptimalkan Potensi Hutan Kota Tinjomoyo

Oleh Sukawi

Hutan kota di Semarang yang terluas adalah hutan Tinjomoyo, yakni 56 hektar, di Semarang bagian atas. Kondisi topografi hutan ini berbukit-bukit dan kemiringan lereng 15 persen-45 persen dan berlokasi di ketinggian 160-235 meter dari permukaan laut. Hutan ini adalah bekas taman margasatwa (kebun binatang) yang kini dipindah ke Mangkang.

Hutan kota Tinjomoyo memiliki potensi sebagai hutan wisata yang patut dipertahankan. Tinjomoyo memiliki keanekaragaman hayati cukup tinggi, saat ini ada 75 persen dari 320 jenis burung di Kota Semarang yang menggantungkan kehidupannya di hutan Tinjomoyo. Bahkan, beberapa di antaranya termasuk yang dilindungi, yaitu kepodang dan elang.

Hutan Tinjomoyo selalu menjadi tempat singgah elang jawa yang bermigrasi dari Asia Utara ke Nusa Tenggara Timur. Setiap Maret- April burung-burung itu migrasi ke Asia Utara dan Oktober-November kembali ke Indonesia. Ketika bermigrasi dan pulang, mereka singgah di hutan Tinjomoyo.

Kepodang yang merupakan burung identitas Provinsi Jawa Tengah, populasinya semakin kecil dan hanya ditemukan di hutan Tinjomoyo. Jumlahnya menyusut drastis dan dapat dihitung dengan sebelah tangan. Burung lainnya yang berumah di Tinjomoyo adalah elang ular bido yang jumlahnya sangat sedikit.

Keanekaragaman habitat burung ini dapat menjadi kegiatan wisata pengamatan burung di kawasan hutan Tinjomoyo. Anak-anak dan orang tua akan sangat meminati ekoedu-wisata itu. Berbekal teropong monokuler dan binokuler, anak-anak dapat bergembira menyusuri hutan sambil belajar mengenal jenis tanaman serta melihat habitat burung dari dekat.

Pengamatan burung sebagai kegiatan pariwisata hingga saat ini belum menjadi primadona bagi wisatawan domestik di Semarang khususnya dan Indonesia umumnya. Jadi, jarang sekali perusahaan-perusahaan pribumi yang mengelola wisata pengamatan burung.

Secara ekologis burung memiliki beberapa fungsi yang potensial. Di antaranya sebagai pengendali hama tanaman pertanian, sebagai penyebar biji dan membantu proses penyerbukan tanaman buah, serta sebagai bioindikator perubahan lingkungan.

Untuk itu, hutan Tinjomoyo perlu tetap lestari dan menjadi kawasan wisata, pendidikan, dan penelitian. Kawasan itu penting sebagai area resapan air dan menjaga iklim Kota Semarang.

Untuk mengoptimalkan potensi Tinjomoyo, perlu berkaca pada kota lain di negara maju. Hutan kota di tengah kota New York yang bernama "Central Park" lahir dari kegigihan seorang arsitek lanskap yang berhasil meluluhkan hati pemerintah kota. Lahan yang sudah telanjur menjadi peruntukan lain berhasil dihutankan kembali.

Sementara Singapura sejak 1965 mencanangkan diri menjadi negara taman yang bukan hanya sekadar slogan. Hasilnya adalah kota taman yang indah, bernilai estetis tinggi, dan menarik minat banyak wisatawan.

Sukawi Pengajar Arsitektur, Sekretaris Prodi D3 Desain Arsitektur Undip

Sumber: http://cetak.kompas.com
-

Arsip Blog

Recent Posts