Festival Isen Mulang Sarana Pelestarian Budaya Dayak

Palangkaraya, Kalteng - Puluhan gadis berkulit putih berbusana khas Dayak menari di hamparan rumput Lapangan Senaman Mantikei, Kota Palangkaraya, Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah.

Para gadis itu merupakan peserta tarian massal yang diikuti ratusan penari dalam pembukaan Festival Isen Mulang, kegiatan wisata tahunan wisata yang sekaligus untuk melestarikan budaya masyarakat Dayak di provinsi itu.

Wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara berbaur di tengah panasnya matahari di kawasan lahan bergambut Kalimantan itu untuk menyaksikan kegiatan yang menjadi agenda kepariwisataan Kalteng tersebut.

Sorak sorai pengunjung diselingi tepuk tangan selalu terdengar tatkala ada penari yang beratraksi menarik seperti atrobatik atau tarian yang menonjolkan keahlian seperti menaiki rotan berduri.

Belum lagi permainan beberapa alat seni Dayak yang unik selalu menjadi perhatian ribuan penonton termasuk kalangan pejabat Pemprov Kalteng, DPRD, serta unsur Muspida setempat.

Peralatan tersebut, misalnya, alat musik kurung-kurung, yaitu alat musik memainkannya dengan menghempaskan ke tanah.

Wakil Gubernur Kalteng Ahmad Diran saat membuka kegiatan yang melibatkan warga di 14 kabupaten dan kota se-Kalteng itu menyatakan merasa gembira terselanggaranya kegiatan itu.

Menurut dia, Festival Isen Mulang selain mampu menghibur masyarakat juga sekaligus bermanfaat sebagai sarana pelestarian budaya yang belakangan mulai terlupakan.

Pembukaan festival tahunan ini bukan saja diwarnai atraksi tarian dan seni massal, tapi dilanjutkan dengan pawai mobil hias mengelilingi kota Palangka Raya.

Mobil-mobil hias yang dibentuk sedemikian rupa melambangkan moto dan potensi daerah masing-masing kabupaten dan kota. Di mobil itu pula kalangan seniman dan budayawan menampilkan kesenian masing-masing daerah.

Deretan mobil hias tersebut juga menampilkan berbagai gambar dan patung yang menjelaskan potensi masing-masing daerah seperti pertambangan, pertanian, perkebunan, perikanan, kelautan, kehutanan, perhubungan, pariwisata, serta potensi industri dan perdagangan.

Dari beraneka atraksi unik di mobil yang meyusuri jalan protokol Kota Palangka Raya tersebut memancing penonton mengabadikannya melalui kamera foto, kamera telepfon seluler, maupun menggunakan kamera video.

Sejumlah wisatawan asing tampak antusias mengabadikan setiap atraksi budaya yang ditampilkan peserta pawai tersebut.

Para wisatawan asing tampak lebih tertarik terhadap busana yang dikenakan para gadis Dayak yang putih-putih itu, seperti pakaian terbuat dari kulit kayu, karung guni, dedaunan, serta perhiatan manik-manik, tato, dan bulu-bulu binatang yang terletak di atas kepala para gadis itu.

Begitu juga terhadap pelaku atraksi budaya pria yang selalu melambangkan kejantanan, yang selalu memegang senjata tradisional berupa mandau, telabang (alat pengaman), sumpit, panah, dan aneka asesoris yang terbuat dari tulang belulang binatang.

Kegiatan festival yang selalu dikaitkan dengan penyelanggaraan peringatan hari jadi provinsi Kalteng itu berlangsung enam hari sejak Kamis (20/5) dimeriahkan dengan 18 materi kegiatan, kata Kepala Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Provinsi Kalteng Sadar Ardi.

Kegiatan itu selain pawai budaya juga kesenian, permainan rakyat, atraksi masakan, olahraga tradisional, serta pemilihan duta wisata yang bertajuk putera-puteri pariwisata Kalteng.

Selain itu juga diwarnai sejumlah atraksi budaya suku Dayak lain semacam manetek kayu, bagasing, tari-tarian, mangenta, malamang, mangaruhi, dan besei kambe.

"Kami harap kegiatan ini akan menyedot wisatawan sebanyak-banyaknya, karena pengalaman tahun lalu tingkat hunian di hampir semua hotel dan penginapan se-Palangkaraya penuh," katanya lagi.

Rangkaian acara lain yang akan mewarnai HUT Kalteng yakni Kalimantan Tengah Expo berisi pameran produk-produk unggulan daerah di Gedung Tambun Bungai untuk memberikan gambaran potensi sumberdaya alam dan keberhasilan pembangunan yang ada di wilayah Kalteng.

Tahun ini ada tambahan kegiatan, kata Sadar Ardi, yaitu lomba mengayam rotan, sebagai sarana pelestarian kerajinan anyaman rotan untuk barang cenderamata Kalteng.

Aneka lomba

Buku panduan yang dibagikan kepada undangan saat pembukaan festival itu menjelaskan 18 kegiatan tersebut antara lain lomba musik tradisional karungut guna memberikan rasa bangga kepada para pewaris lagu tradisional Kalteng itu, dan nantinya musik ini diharapkan sebagai sarana penyampaian pesan pembangunan di tengah masyarakat pedesaan.

Kemudian lomba mengent yang merupakan kegiatan nenek moyang suku Dayak Kalteng sebagai ungkapan rasa terimakasih petani setempat yang berhasil panen padi dengan baik, dimana dalam lomba ini ada peserta yang menumbuk, memasak, dan menghidangkannya.

Alat yang digunakan lomba mengent ini adalah padi ketan, lesung, alu, penampih, suruk, serta tungku sekaligus kayu bakarnya.

Sementara lomba pakasak lamang yang merupakan gambaran kegiatan nenek moyang, juga sebagai ungkapan syukur atas panen padi, yaitu memasang nasi ketan dalam bambu yang disebut lamang.

Lomba lainnya adalah pakasak panganan tradisional, lomba mangaruhi dan malutu, lomba meneweng, mene tek, dan menyila kayu, lomba sepak sawut.

Lomba sepak sawut ini menampilkan keahlian seperti sepak bola, tetapi bola yang digunakan adalah kelapa bersabut yang dibubuhi minyak tanah lalu dibakar hingga menjadi bola api yang ditendang-tendang layaknya bola kaki.

Lomba jukung hias, lomba besel kambe, lomba jukung tradisional, lomba balugu, lomba habayang lomba penyipet serta lomba vokal solo lagu daerah.

Banyak kalangan berharap, aneka kegiatan tahunan tersebut melestarikkan kebudayaan unik suku dayak Kalteng yang eksotis tersebut. (fb/FB/ant-Hasan Zainuddin)

Sumber: http://www.beritadaerah.com
-

Arsip Blog

Recent Posts