Pesan Luhur dari Kadaton Ternate

Oleh A Ponco Anggoro

Kalau sekadar untuk menunjukkan berdaulatnya Sultan Ternate Ke-48 Mudaffar Sjah di tengah rakyatnya, bisa jadi target pesta bulan April ini sudah terpenuhi. Malah, dengan bertajuk ”Legu Gam Moloku Kie Raha” , Pesta Rakyat Maluku Utara, rangkaian acara tersebut bisa jadi bernilai ganda.
Kami baru dapat kepastian dari Sultan, Kololi Kie hari Kamis (15/4) ini mulai pukul 09.00.

Ibarat menyahuti minimnya ajang hiburan bagi warga Maluku Utara, khususnya Kesultanan Ternate, pesta itu terbilang sukses memanfaatkan Lapangan (Alun- alun) Ngara Lamo dan Dodoku Kapita Lao Ali sebagai ruang publik. Setidaknya, terbangun ruang komunikasi sosial yang berefek ekonomi bagi warga.

Namun, jika targetnya menggairahkan pariwisata—apalagi jika bermuatan pengukuhan kadaton sebagai simpul budaya masyarakat setempat—sejumlah hal teknis perlu dibenahi.

Kurangnya persiapan, tidak konsistennya jadwal acara, dan minimnya promosi mengurangi nilai Legu Gam Moloku Kie Raha 2010. Hal ini patut disayangkan mengingat hampir satu miliar rupiah telah dihabiskan untuk gelaran akbar satu tahun sekali itu.

Kololi Kie, acara Sultan Ternate Ke-48 Mudaffar Sjah naik perahu yang sudah dihias mengelilingi Gunung Gamalama di Pulau Ternate, sebagai bentuk ritual untuk keselamatan rakyatnya, misalnya, merupakan salah satu hal yang ditunggu-tunggu masyarakat.

Acara tersebut awalnya dijadwalkan berlangsung 8 April 2010. Tapi, karena kesibukan Sultan di Jakarta sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah/Majelis Permusyawaratan Rakyat, sejumlah mata acara kemudian bergeser dari yang sudah diagendakan.

Panitia mengundurkan jadwal Kololi Kie ke tanggal 12 April, sehari sebelum ulang tahun Sultan. Namun, dua hari sebelum pelaksanaan, agenda lagi-lagi diubah karena Sultan ternyata baru kembali ke Ternate pada 12 April 2010.

Tidak ada satu pun anggota panitia yang kemudian bisa memberikan kepastian tentang pelaksanaan Kololi Kie. Kepastian itu baru muncul pada 14 April sekitar pukul 23.30 WIT, setelah panitia berkoordinasi dengan Sultan Ternate.

”Kami baru dapat kepastian dari Sultan, Kololi Kie hari Kamis (15/4) ini mulai pukul 09.00,” ujar Wawan Setiawan, Sekretaris Panitia Legu Gam, saat menghubungi Kompas, Kamis pagi.

Tarian Legu, tarian sakral Kesultanan Ternate, yang sedianya diagendakan pada 13 April 2010, tepat pada hari ulang tahun Sultan, pun molor. Tarian itu baru dilangsungkan pada 17 April sebelum penutupan Legu Gam.

Sama seperti Kololi Kie, tarian Legu pun banyak ditunggu. Pasalnya, tarian tersebut termasuk tarian sakral Kesultanan Ternate yang hanya diadakan saat Legu Gam, Kololi Kie, dan Fere Kie (ketika Sultan memohon perlindungan dan keselamatan kepada Allah SWT), serta hanya boleh digelar di Kadaton Ternate.

Kritik dan nasihat

Syair yang diiringi musik tifa berisi kritik dan nasihat kepada Sultan. Kritik yang biasanya tidak lazim di suatu pemerintahan bercorak kesultanan menjadi hal lumrah di Ternate.

Namun, buruknya pengaturan jadwal seharusnya tidak terjadi pada acara besar yang bertujuan menarik wisatawan ini. Apalagi, sejak tahun 2007 kegiatan ini telah masuk kalender tahunan pariwisata nasional.

Inkonsistensi jadwal berpotensi memunculkan penilaian negatif dari wisatawan. Jika hal itu terjadi, tentunya target Kesultanan Ternate menjadikan Legu Gam Moloku Kie Raha sebagai event kebudayaan terkemuka di Asia Tenggara pada tahun 2013 bakal sulit terwujud.

Promosi jadwal acara dari hari ke hari selama pelaksanaan Legu Gam, mulai 1 April sampai 17 April, saja tidak maksimal dilakukan. Alhasil, orang bisa saja tidak tertarik untuk datang karena berasumsi tidak akan ada acara yang menarik ditonton.

Apalagi, jarak dari Jakarta dan Bali sebagai simpul destinasi wisatawan asing menuju Ternate cukup jauh dan melelahkan. Penerbangan dari Jakarta dan Bali ke daerah itu butuh waktu hampir empat jam.

Begitu pula promosi ke luar Maluku Utara, bahkan ke luar negeri. Sejumlah anggota panitia mengakui, minimnya waktu persiapan menjadikan pelaksanaan Legu Gam tidak bisa maksimal. ”Tahun-tahun sebelumnya, lima sampai enam bulan sebelum acara seluruh panitia sudah all out. Sekarang, baru tiga minggu sebelum acara,” ujar koordinator acara Legu Gam, Julkifli Fatrah.

Kesibukan Ketua Panitia Legu Gam Arifin Djafar yang menjadi calon wakil wali kota Ternate bisa jadi salah satu faktor minimnya persiapan itu. Apalagi, pelaksanaan Legu Gam berbarengan dengan jadwal kampanye calon wali kota-wakil wali kota Ternate.

Sosiolog dari Universitas Muhammadiyah, Maluku Utara, Herman Usman, menghargai semangat penyelenggara untuk mengaktualisasikan agenda kadaton sebagai upaya pewarisan adat istiadat dan sistem nilai di Maluku Utara. Di tengah gempuran globalisasi, nilai luhur yang terkandung di dalam filosofi Jou Se Ngofangare, filosofi dari Kesultanan Ternate, dan Adat Se Atorang patut diaktualisasikan. Nilai adat warisan leluhur itu mengagungkan toleransi antarmanusia.

Namun, ia berharap adanya persiapan dan penyempurnaan teknis acara agar misi yang dituju benar-benar tercapai. (A Ponco Anggoro/Nasrullah Nara)

Sumber: http://gresnews.com
-

Arsip Blog

Recent Posts