Prospek Pengembangan Pariwisata Sumatera Barat

Oleh : Ermina Miranti1

Sejak 2005 lalu, pemerintah telah menetapkan Sumatera Barat sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Dengan kekayaan keindahan alam dan budayanya, Sumatera Barat memang sangat potensial dikembangkan sebagai kawasan wisata, baik wisata gunung, bahari maupun eco tourism. Apalagi dengan dibukanya Bandara Internasional Minangkabau bulan Juli 2005 lalu membuat daerah yang dikenal dengan Ranah Minang ini dapat diakses langsung oleh lebih banyak negara. Tahun inipun Pemda setempat telah menggelar sejumlah paket dan atraksi wisata di berbagai lokasi wisata melalui program “Visit Minangkabau Year 2006”. Berbagai event international akan digelar disini pada 2006. Diantaranya adalah, International Peace Walk dan Women Walk yang melibatkan lebih dari 400 orang wisatawan mancanegara dan klub jalan kaki dunia dari sekitar 22 negara, dan lomba surfing internasional yang akan diselenggarakan di Pulau Siberut Mentawai.

Sayangnya, keindahan alam kawasan yang merupakan perpaduan antara pegunungan, lembah, danau dan pantai dengan budaya yang unik ini belum dikelola secara baik sehingga industri pariwisata nyaris tidak berkembang. Padahal, dengan sentuhan infrastruktur pariwisata dan promosi yang memadai diperkirakan daerah ini tidak akan kalah dengan Bali.

Sektor Pertanian Sebagai Tumpuan Ekonomi Wilayah Provinsi Sumbar sebagian besar merupakan dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan yang membujur dari selatan ke utara, sedangkan sebagian kecil lainnya merupakan dataran rendah yang membujur dari selatan ke utara menghadap Samudra Hindia. Berbatasan dengan Sumatera Utara dan Riau di sebelah Utara, dengan Jambi di sebelah Timur, Samudera Hindia di sebelah Barat dan Bengkulu di sebelah Selatan. Daerah yang menganut sistem matrilineal dalam sistem kekerabatan ini menempati areal seluas 42,2 ribu kilometer persegi yang terdiri dari 12 kabupaten, 7 kota dan 158 kecamatan. Pada 2004 jumlah penduduk Sumatera Barat menurut catatan BPS mencapai 4,5 juta penduduk yang sekitar 98% diantaranya beragama Islam.

Berbeda dengan wilayah di sekitarnya, Sumatera Barat termasuk daerah yang memiliki sumberdaya alam yang relatif terbatas. Namun demikian, kawasan yang memiliki keindahan panorama alam yang sangat indah di Indonesia ini memiliki lahan-lahan dataran tinggi yang cocok untuk aneka jenis tanaman pangan baik aneka jenis sayuran maupun buah-buahan yang sebagian diantaranya dipasarkan ke negara tetangga seperti Singapura Analis Ekonomi dan Bisnis pada bank BUMN di Jakarta Economic Review Ī No. 203 Ī Maret 2006 dan Malaysia. Di salah satu daerah dataran tinggi, di Bukit Sileh Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok, beberapa tahun silam pernah dikembangkan sebagai areal tanaman kentang yang bibitnya berasal dari Jerman, dibimbing langsung oleh ahli pertanian dari Jerman yang hasilnya hampir seluruhnya diekspor ke Jerman.

Disamping itu, beberapa kawasan juga cocok dan telah dikembangkan untuk tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, teh, damar, karet, kopi, kelapa dan kayu manis. Itu sebabnya, sebagian besar Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi ini pun lebih bertumpu pada sektor pertanian. Pada 2003 misalnya, sektor pertanian menyumbang sekitar 23,6 persen terhadap pembentukan PDRB Sumbar. Sektor penyumbang terbesar berikutnya adalah perdagangan, hotel & restoran dan sektor pengangkutan & komunikasi.

Tabel 1. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Barat
Menurut Lapangan Usaha (dalam miliar rupiah)
Rp miliarSharePertanian5,099 5,823 6,651 7,548 23.6%Pertambangan& Penggalian 8 00 897 1,020 1,055 3.3% industri Pengolahan 3 ,060 3,418 3,746 3,937 12.3% Listrik, Gas & Air Bersih 2 96 373 548 697 2.2% onstruksi 1 ,027 1,181 1,290 1,466 4.6% erdagangan, Hotel & Restoran 4 ,044 4,639 5,201 5,619 17.5% engangkutan dan Komunikasi 3 ,020 3,442 4,290 4,718 14.7% sa-jasa 4 ,041 4,401 4,945 5,387 16.8% Total 2 2,462 25,415 29,107 32,023 100.0% Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 euangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1,074 1,241 1,417 1,594 5.0% IKPPJaK

Sumber: Badan Pusat Statistik, PDRB Menurut Kota/Kabupaten di Indonesia, 2000-2003

Bermula dari Bandara Internasional Minangkabau Sadar akan sumberdaya alam yang relatif terbatas tersebut, pemerintah daerah pun mulai melirik sektor pariwisata sebagai salah satu andalan sumber pendapatan daerah Sumbar, bahkan sebagai daerah tujuan wisata yang utama di
Indonesia.

Ambisi pemerintah daerah untuk menjadikan Sumatera Barat sebagai daerah tujuan wisata yang utama di Indonesia adalah mimpi sejak puluhan tahun silam. Pembangunan Bandara Internasional Minangkabau (BIM) yang terletak 29kilometer di utara kota Padang, merupakan bagian dari mimpi tersebut. Bandara yang baru diresmikan penggunaannya Juli 2005 lalu, sejatinya sudah direncanakan sejak 20 tahun yang lalu.

Economic Review Ī No. 203 Ī Maret 2006
Namun karena terbatasnya kemampuan keuangan pemerintah yang diikuti dengan krisis ekonomi, pembangunannya mengalami beberapa kali penundaan. Pembangunan baru dimulai pada 2002 dan selesai pada Mei 2005. Dengan memindahkan bandara dari Tabing yang berkapasitas terbatas ke Ketaping dengan panjang landasan pacu 2.750 meter yang mampu didarati pesawat berbadan lebar seperti Airbus dan Boeing 737-400, diharapkan akses dunia internasional terhadap Ranah Minang akan semakin terbuka lebar – hal yang selama ini menjadi penyebab beberapa maskapai penerbangan luar negeri menunda pembukaan jalur penerbangannnya ke Padang.

Sejalan dengan pembangunan BIM, ruas jalan yang ada pun dibenahi. Selain pembangunan jalan baru, semua ruas jalan yang ada di-hotmix hingga ke pelosok-pelosok kota dan desa. Untuk memperlancar aksesibilitas ke bandara, jalan lintas tengah Sumatera Padang-Bukittinggi mulai dari Tabing hingga Simpang Duku Kabupaten Padang Pariaman yang semula satu jalur (dua lajur) kini diperlebar menjadi dua jalur (empat lajur) yang dibatasi jalur hijau. Selama 2004, setidaknya terdapat sekitar 40 proyek besar untuk pembangunan sarana dan prasarana jalan dan jembatan di Provinsi Sumatera Barat senilai Rp 198 miliar. Diantara proyek tersebut adalah proyek perintis jalan Solok-By Pass, Kabupaten Solok, Lubuk Alung By Pass di Kabupaten Padang Pariaman dan Jalan Maninjau-Lawang Kabupaten Agam. Proyek lainnya adalah pembangunan jalan Sicincin - Malalak sepanjang 50 kilometer yang memperlebar ruas jalan dari 11 meter menjadi 15 meter. Jalan ini akan menjadi jalur alternatif yang menghubungkan Padang - Bukittinggi. Sedangkan pada 2005 juga dimulai proyek pembangunan jalan layang kelok sembilan yang menghubungkan Bukittinggi dengan Provinsi Riau.

Dalam upaya mengembangkan wisata pantai juga dibangun jalan pantai dua jalur (empat lajur) sampai ke Bandara sepanjang lebih kurang 22,9 kilometer. Dengan demikian perjalanan wisatawan dari dan ke bandara disuguhi pemandangan pantai Padang yang indah dan menarik. Kawasan pantai Padang sendiri yang berada di pusat kota Padang yang tadinya tidak terurus kini telah pula dibenahi dan dibangun jalan dua jalur sehingga sekarang tampak lebih indah, cantik dan menarik. Setiap sore ribuan warga dan wisatawan mengunjungi pantai ini untuk menikmati pesona matahari tenggelam dan nelayan melaut.

Pembenahan infrastruktur transportasi juga dilakukan di ruas jalan yang menghubungkan Kota Padang dengan Kabupaten Solok melalui pembangunan jalan alternatif Cupak By Pass Kabupaten Solok sepanjang 2,5 kilometer. Proyek senilai Rp 79,9 milyar ini diikuti dengan pelurusan dan pelebaran jalan di lokasi-lokasi yang rawan kecelakaan dan banyak belokan serta tanjakan sepanjang kurang lebih 4,5 kilometer. Sehingga, jalan dari Padang ke Solok yang tadinya terdiri dari jalan yang berkabut karena suhu yang dingin, berkelok-kelok dan penuh tanjakan berbahaya karena menyusuri jurang/ngarai yang cukup dalam di satu sisi jalan (salah satu kawasan berbahaya yang sering membawa korban adalah Sitinjau Laut) kini dibuat lebih lebar dan lurus membelah bukit-bukit kapur yang ada di sepanjang jalan. Perjalanan Padang-Solok yang tadinya sangat tidak nyaman karena belokan-belokannya yang tajam dan memerlukan waktu tempuh sekitar 1,5 jam tersebut kini bisa ditempuh hanya dengan 45 menit. Di kabupaten Solok sendiri pembangunan dan perbaikan jalan hotmix juga dilakukan hingga ke pelosok-pelosok desa sehingga perjalanan menuju tempat-tempat wisata yang ada di wilayah kabupaten Solok seperti Danau Kembar (Danau Diatas dan Dibawah) dan Danau Singkarak dapat dilalui dengan nyaman dan waktu tempuh lebih singkat.

Potensi wisata
Dengan kondisi geografis daerah yang merupakan perpaduan antara gunung, lembah, pantai dan danau, Sumatera Barat sarat dengan puluhan tempat wisata alam dan bahari yang menawarkan pemandangan alam yang indah dan menarik untuk dikunjungi. Itu belum termasuk kekayaan tempat-tempat bersejarah, kekayaan budaya, kesenian rakyat dan aneka kerajinan rakyat yang merupakan atraksi wisata lainnya yang tak kalah menarik.

Tempat-tempat wisata di Sumatera Barat tersebar merata di hampir seluruh kota maupun kabupaten. Di kota Padang yang merupakan ibu kota provinsi yang berlandaskan adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah (adat bersendikan syariat, syariat bersendikan Kitab Allah/Al-Qur’an) ini terdapat sejumlah tempat wisata Pantai yang menarik seperti Bungus, Karang Tirta, Pantai Padang, Pantai Caroline, Kawasan Wisata Air Manis, Malin Kundang, Gunung Padang dan
sebagainya. Bungus merupakan salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi karena keindahan pantainya yang berpasir putih dan nyaman untuk berenang, berperahu motor atau sekedar menikmati sunset yang diwarnai dengan pemandangan perahu-perahu nelayan yang tengah melaut. Disini juga tersedia perahu motor sewa untuk ke pulau-pulau kecil disekitarnya seperti Pulau Sirandah, Pulau Sikoaci Pagang dan Pulau Pasumpahan.

Dari Padang ke arah Kabupaten Solok terdapat Taman Hutan Raya Bung Hatta yang terletak sekitar 20 km dari pusat kota Padang. Di areal hutan raya seluas 70.000 hektar ini terdapat sejumlah flora dan fauna langka yang dilindungi. Udara pegunungan yang sejuk dan panorama alam yang indah yang diwarnai pula dengan kicauan burung dan suara aneka satwa membuat daerah ini termasuk kawasan wisata yang banyak diminati. Kabupaten Solok yang ibukotanya dipindahkan dari Solok ke Arosuko (Kayu Aro dan Sukarami) yang sejuk dan memiliki panorama alam yang indah berada pada jajaran Bukit Barisan, bergelombang, berbukit dan berlembah. Daerah hijau dan subur ini berada pada ketinggian 400 hingga 1.700 meter diatas permukaan laut, memiliki empat danau yaitu Danau Singkarak (danau kedua terbesar di Indonesia setelah Danau Toba), Danau Talang, Danau Diatas dan Danau Dibawah.

Danau Diatas dan Danau Dibawah terkenal dengan Danau Kembar karena disamping hampir sama luasnya jaraknya berdekatan. Perjalanan menuju Danau Kembar mulai dari Economic Padang - Simpang Lubuak Silasih – Danau, wisatawan akan menikmati pesona jalan yang berkelok-kelok, mendaki dan menurun. Di salah satu sisi jalan adalah bukit nan hijau dan sisi lainnya adalah jurang dan lembah yang hijau dan dalam dengan warna yang sangat mempesona. Jurang dan lembah yang terdapat disepanjang perjalanan dari Simpang Lubuak Silasiah ke Lembah Gumanti memiliki pemandangan alam yang sangat mempesona dan keindahannya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Seorang sastrawan Indonesia Rosihan Anwar di tulisannya pada salah satu media cetak nasional menggambarkan keindahan lembah di sepanjang Lembah Gumanti setara dengan keindahan Grand Canyon yang ada di Amerika Serikat. Danau Diatas terletak di Lembah Gumanti, berada sekitar 1.600 meter diatas permukaan laut, kedalaman hanya 44 meter dengan luas 17,2 kilometer persegi (6,12 km x 2,75 km). Sementara Danau Dibawah terletak di Kampung Batu Dalam, beberapa kilometer diatas Lembah Gumanti. Berada 1.566 meter diatas permukaan laut, dengan kedalaman 886 meter dan luas 16,9 km persegi. Danau ini menghasilkan aneka jenis ikan danau yang lezat yang banyak dijual di pasar desa Bukit Sileh yang hanya ada setiap hari Jum’at.

Disekitar kawasan Danau kembar terdapat hamparan kebun teh milik PTP Nusantara VI yang hasilnya diekspor ke berbagai negara seperti Sri Lanka, India dan Timur Tengah. Perkebunan teh ini juga telah dikembangkan sebagai kawasan agro wisata. Disamping kebun teh, di sepanjang jalan di kawasan ini juga terbentang hamparan kebun markisa, kubis, buah Terung Belanda (buah khas daerah ini yang rasanya manis asam) aneka jenis sayuran lainnya yang bisa menjadi atraksi wisata belanja yang menarik. Selama beberapa tahun belakangan, perkebunan markisa telah menjadi salah satu produk andalan kawasan ini yang berhasil meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat setempat.

Karena suasana dan keindahan alamnya ini, daerah bersuhu 14-16 derajat celcius ini cocok untuk wisata konvensi, outbond, tracking, olahraga air dan sebagainya. Namun hingga saat ini hanya kawasan Danau Diatas yang telah dikembangkan sebagai kawasan wisata. Itupun dengan pengelolaan yang masih sangat terbatas. Di kawasan ini diatas lahan seluas 40 hektar pemerintah daerah sudah membangun resort yang dilengkapi gedung pertemuan berkapasitas 800 orang, 2 villa besar bertingkat dua, dua villa kecil dan 10 cottage. Sementara kawasan Danau Dibawah masih sangat alami dan belum tersentuh oleh fasilitas wisata.

Di kota Solok masih dapat kita temui sejumlah rumah adat minangkabau (yang dikenal dengan nama ”Rumah Gadang”) dengan ukiran dan warna-warna yang mengagumkan. Danau Singkarak terletak di dataran yang lebih rendah dibanding Danau Kembar. Danau seluas 13.011 hektar ini merupakan danau kedua terbesar di Indonesia setelah Danau Toba. Danau yang termasuk salah satu tempat wisata favorit ini telah lama dikembangkan sebagai kawasan wisata sehingga fasilitas wisata yang ada disini relatif lengkap seperti hotel dan restoran. Di Danau ini juga kerap diselenggarakan kegiatan wisata dan petualangan paralayang yang diikuti oleh peserta dari dalam dan luar negeri seperti Jepang, Australia, Canada, India, Swedia, Filipina dan Amerika Serikat.

Potensi wisata juga banyak ditemui di Kabupaten Agam yang beribukota Bukit Tinggi. Kota yang pernah menjadi ibukota negara RI dimasa pemerintahan Soekarno ini dikelilingi oleh tiga gunung berapi yakni Gunung Singgalang, Gunung Marapi dan Gunung Tandikat. Di tengah-tengah kota berdiri Jam Gadang (Jam Besar) yang menjadi ikon kota ini.

Disamping terdapat sejumlah obyek wisata menarik di kota sejuk ini juga bisa ditemukan aneka jenis kerajinan rakyat seperti bordir, sulaman, aneka jenis makanan rakyat. Hasil bordir dan sulaman Bukit Tinggi terkenal karena kualitasnya yang bagus dan telah diekspor ke berbagai negara seperti Brunei, Malaysia, Singapura dan negara-negara Eropa dan Timur Tengah. Diantara obyek wisata yang terkenal disini adalah Ngarai Sianok, Benteng Fort de Kock, Goa Jepang, Jam Gadang, dan Danau Maninjau. Bukit tinggi juga termasuk salah satu sentra sayur-mayur di Sumatera Barat.

Ngarai Sianok merupakan salah satu obyek wisata alam kebanggaan Sumatera Barat. Lembah sedalam 100 hingga 150 meter ini membentang 15 km dengan lebar sekitar 200 meter ini, termasuk salah satu keajaiban alam yang memiliki keindahan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata dan sulit ditemui tandingannya di seluruh Indonesia. Sangat ”colourful”, dikelilingi oleh lembah yang hijau dan dialiri Sungai Sianok yang airnya jernih didasar lembah. Di jaman kolonial Belanda jurang ini disebut juga sebagai kerbau sanget, lantaran banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai.

Danau Maninjau terletak 36 km dari Bukittinggi dan merupakan danau ketiga terbesar di Indonesia dengan luas 9.950 hektar. Danau ini tidak kalah indah dan menakjubkannya dengan Danau Kembar maupun Singkarak, sehingga banyak dikunjungi wisatawan dari Eropa, Amerika, Jepang, Australia, dan wisatawan domestik. Seorang sastrawan nasional menulis keelokan Danau Maninjau tak kalah dengan keindahan danau-danau di Luzern, Zurich atau Genewa (Swiss) yang terkenal di seluruh dunia. Salah satu keunikan dari kota ini adalah perjalanan ke danau yang harus melewati 44 kelokan tajam yang terkenal dengan Kelok Ampek Ampek (44). Dari arah Padang, Kelok Ampek-Ampek berada di ujung lingkaran Danau Maninjau, memanjat-meliuk tajam ke kiri ke kanan menapak langit Bukit Barisan. Sebaliknya, dari arah Bukittinggi, Kelok Ampek-ampek akan meliuk terjal menuruni punggung Bukit Barisan menuju lembah Danau Maninjau yang hijau makmur bagai lembah surgawi. Seluruh tikungan tajam yang berada di Kelok Ampek-ampek itu bersambung terus-menerus tanpa jeda sepanjang kurang lebih 10 kilometer. Dengan lebar jalan sekitar 3 sampai 3,5 meter tanpa median atau pagar pembatas di kiri-kanan tebing curam, jalan peninggalan pemerintah kolonial Belanda ini menjadi jalan tembus Maninjau-Puncak Lawang-Bukittinggi.

Di Puncak Lawang ini konon terjadi pertemuan bersejarah antara Tuanku Imam Bonjol dan mantan Panglima Perang Pangeran Diponegoro-Pangeran Alibasyah Sentot Prawirodirjo-untuk melanjutkan perlawanan bersama menentang pemerintah kolonial Belanda.

Sumber: http://webcache.googleusercontent.com
-

Arsip Blog

Recent Posts