Wisata Harus Berbasis Warga

Yogyakarta - Pengembangan pariwisata kawasan pusaka budaya Kotagede harus dilakukan berbasis masyarakat. Kawasan pusaka budaya Kotagede memiliki potensi besar sebagai tujuan wisata minat khusus, tetapi hingga kini belum dioptimalkan pengembangannya.

Laretna T Adishakti, anggota Dewan Pimpinan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI), mengatakan, masyarakat menjadi kunci pelestarian pusaka budaya dan pengembangannya untuk pariwisata. Tanpa melibatkan masyarakat yang menghidupi budaya setempat, pariwisata pusaka akan hancur.

"Venesia menjadi tujuan pariwisata heritage luar biasa, tetapi kini dalam kondisi mau hancur karena penduduknya mau pergi dari wilayah itu akibat pariwisata. Karena itu, pariwisata penting berbasis masyarakat," kata Laretna dalam Temu Wicara Pengelolaan Kotagede di Omah UGM, Kotagede, Sabtu (22/5/2010).

Agar tidak tergerus budaya asing yang dibawa para wisatawan, ketahanan budaya masyarakat harus kuat. Jangan sampai karena pariwisata, budaya setempat justru hancur. Masyarakat harus tegas menerapkan aturan sesuai norma-norma setempat. "Masyarakat menentukan yang boleh dan tidak, misalnya soal minuman beralkohol," ucapnya.

Kotagede merupakan kawasan peninggalan Kerajaan Mataram Islam abad ke-16 dengan luas 3,07 kilometer persegi.

Staf Ahli Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Surya Yoga mengungkapkan, potensi Kotagede sebagai tujuan wisata pusaka budaya besar, tetapi masih perlu dikemas. Wisatawan tidak hanya disuguhi rumah-rumah tradisional, tetapi juga perlu diperkaya dengan aktivitas kebudayaan masyarakatnya. "Harus ada kajian tentang dampak, seperti perubahan nilai-nilai budaya setempat. Itu akan terjadi secara drastis akibat pengaruh gaya hidup orang asing bila di sini bakal ada homestay," ujarnya.

Ikrar menjaga

Dalam acara ini, komunitas warga pelestari pusaka budaya Kotagede menyatakan ikrar menjaga dan melestarikan pusaka Kotagede sebagai kekuatan dasar untuk mencapai ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan, dan keselarasan hidup di masa mendatang.

Punto Wijayanto, Junior Heritage Expert Java Reconstruction Fund (JRF)—Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak), mengatakan, gempa 2006 mengakibatkan 88 rumah joglo tradisional Kotagede dari 250 joglo ambruk. Dari jumlah itu, baru enam yang mendapatkan bantuan untuk dibangun kembali. Pihak JRF-Rekompak bersama Kementerian Pekerjaan Umum melakukan perbaikan rumah tradisional yang rusak, termasuk penataan kawasan.

"Rencananya, di tiap desa ada satu rumah atau joglo untuk digunakan publik dan lima rumah untuk individu, tetapi dikelola bersama masyarakat," katanya. (RWN)

Sumber: http://travel.kompas.com
-

Arsip Blog

Recent Posts