Patung Raja Kushite Ditemukan di Sudan

Khartoum - Patung granit yang sangat besar dan menggambarkan seorang fir’aun dan beberapa raja lain telah ditemukan di Sudan, penemuan yang mengguncangkan para ahli arkeologi, betapa jauhnya kerajaan Kushite --yang ekspansif meluas ke selatan, demikian direktur penggalian Senin.

Raja Fir’aun (pharaoh) Taharga, yang disebut di dalam Injil karena menyelamatkan Jerusalem dari orang-orang Assiria, adalah raja Kushite dari Sudan utara tapi memerintah sebuah kerajaan luas melewati Mesir hingga perbatasan Palestina. Perbatasan selatan tidak diketahui. Peradaban Kushite bertahan dari abad ke9 sebelum Masehi hingga abad ke4 sesudah lahirnya Nabi Isa.

"Itu kejutan yang mengherankan bahwa kita menemukan patung-patung itu di sana terutama sekali Taharga," kata Julie Anderson, wakil direktur proyek di Dangail, sekitar 350Km di utara Khartoum.

"Ini tempat terselatan yang kami tahu sebuah patung Taharga pernah ditemukan," ia menambahkan.

Penggalian itu menemukan empat patung raja, Pharaoh Taharga (690-664 SM), Raja Senkamanisken (643-623 SM), dan Aspelta (593-568 SM) dan juga sebagian dari mahkota raja keempat yang belum mereka identifikasi.

Patung granit sebesar badan akan memiliki berat 1,5 ton tapi tampaknya telah dipatahkan dengan sengaja di leher, lutut dan pergelangan kakinya dalam upacara agama, yang mungkin karena perselisihan internal dinasti atau seorang fir’aun Mesir yang datang ke selatan untuk menegaskan kekuasaannya.

Nama raja-raja itu tertulis dalam tulisan Mesir kuno di punggung patung, kata Anderson.

Kerajaan Kushite telah memerintah sangat lama karena kerajaan itu menguasai rute perdagangan, perairan sungai Nil, emas dan pertanian.

Salah Mohamed Ahmed, direktur pekerjaan lapangan di Korporasi Kekunoan dan Museum Nasional, menyatakan Sudan memiliki lebih banyak piramid ketimbang tetangganya Mesir yang lebih terkenal dan lagi ditemukan tiap hari.

"Patung-patung itu milik raja-raja dari abad ke8 hingga ke6 sebelum Masehi," jelasnya kepada Reuters, dan menambahkan situs itu sekitar 300Km di selatan tempat raja Kushite yang diketahui sebelumnya.

Anderon, pembantu pengawas di Bagian Kekunoan Mesir dan Sudan di Museum Inggris, mengatakan bekerja di Sudan "luar biasa menarik" karena baru sedikit yang digali.

"Dunia sedang menemukan Sudan serta sejarahnya yang fantastis dan mengasyikkan," ujarnya. Ia menambahkan beberapa penggalian lagi direncanakan pada waktu yang akan datang.(ANTARA/Reuter)

Nenek Moyang Bangsa Asia dari Asia Tenggara

Jakarta - Hasil riset terbaru deoxyribonucleic acid atau DNA tentang asal-usul manusia Asia menunjukkan bahwa Asia Tenggara merupakan sumber geografis utama dari populasi di Asia yang kemudian menyebar ke utara.

"Nenek-moyang bangsa-bangsa Asia yang keluar dari Afrika sekitar 100.000 tahun lalu itu menyusuri sepanjang pesisir selatan ke arah timur dan lebih dulu berpusat di Asia Tenggara sekitar 60.000 tahun lalu, baru kemudian menyebar ke berbagai kawasan di utaranya di Asia," kata Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Dr Sangkot Marzuki kepada pers di Jakarta, Jumat (11/12/2009).

Menurut Sangkot Marzuki, kesimpulan terbaru ini membantah teori sebelumnya yang menyebut bahwa ada jalur majemuk migrasi nenek moyang bangsa Asia, yakni melalui jalur utara dan jalur selatan, serta membantah bahwa bangsa Asia Tenggara (yang berbahasa Austronesia) berasal dari Taiwan.

Hal itu terlihat pula dari keanekaragaman genetik yang makin ke selatan semakin tinggi, sedangkan etnik-etnik di kawasan Asia lebih utara lebih homogen. Demikian dikatakan Sangkot yang merupakan salah satu pemrakarsa riset tersebut.

Riset ini dilakukan oleh lebih dari 90 ilmuwan dari konsorsium Pan-Asian SNP (Single-Nucleotide Polymorphisms) dinaungi Human Genome Organization (Hugo) yang meneliti 73 populasi etnik Asia di 10 negara (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, India, China, Korea, Jepang, dan Taiwan) dengan total sekitar 2.000 sampel.

Menurut Sangkot, kesimpulan dari riset yang memakan waktu tiga tahun dan telah dirilis di jurnal Science pada 10 Desember 2009 berjudul "Mapping Human Genetic Diversity in Asia" itu jauh lebih akurat dibanding riset-riset sebelumnya yang hanya menggunakan DNA mitokondria atau kromosom Y karena menganalisis seluruh kromosom.

Ia menolak untuk menyimpulkan secara spesifik bahwa pusat peradaban bangsa Asia pada sekitar 60.000 tahun lalu itu ada di Indochina atau di semenanjung Malaya karena hal itu masih memerlukan riset yang lebih detail lagi.

"Bisa saja pusatnya sebenarnya ada di Sundaland (di laut China Selatan) yang sudah tenggelam pada sekitar 12.000 hingga 8.000 tahun lalu," katanya.
Menurut dia, penjelasan menyeluruh dari sejarah genetik populasi Asia memerlukan sebuah studi lanjutan mengenai genom dengan lebih banyak sampel dan marka yang densitasnya lebih tinggi lagi. Saat ini, dari setiap sampel individu, 50.000 marka dianalisis.

"Fase berikutnya, kami akan lebih banyak memasukkan berbagai etnik sehingga percabangannya akan menjadi lebih detail terlihat," katanya.

Pemetaan keanekaragaman genetik ini, tambah dia, juga sangat penting bagi penelusuran dan penanganan berbagai penyakit genetik, seperti hepatitis, dan talasemia. (JY)

Menelisik Keramik, Merangkai Sejarah

Oleh Yurnaldi

Berbagai laporan dan dokumentasi kuno menyebutkan, di perairan Indonesia yang luasnya 5,8 juta km persegi dan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia (81.000 km), puluhan ribu kapal tenggelam . Kapal-kapal karam beserta muatan berharganya, dari abad ke-4 sampai dengan Perang Dunia II, tentu menjadi peninggalan budaya bawah air yang menarik dikaji.

Selain menarik dikaji, kapal tenggelam beserta muatannya telah menjadi komoditi dengan nilai jual tinggi. Buktinya, hasil pengangkatan kapal tenggelam di laut Jawa, sekitar 12 mil perairan utara Cirebon, Jawa Barat, nilai jualnya sekitar Rp900 miliar . Sayang, pada pelelangan 5 Mei 2010 lalu, belum ada calon pembeli, karena masa penawaran yang terlalu singkat dan karena adanya uang penjaminan yang terlalu besar.

Sebelum ada pengangkatan yang telah memperoleh izin dari pemerintah itu, yang dilakukan PT Paradigma Putra Sejahtera (PT PPS) bekerjasama dengan PT Cosmix (Belgia), pengangkatan illegal dari dulu sampai sekarang masih terus berlangsung . Kini, pihak kepolisian tengah melakukan penyidikan terhadap pengangkatan benda cagar budaya (BCB) di daerah Blanakan, yang diduga (kembali) melibatkan seorang arkeolog maritim Berger Michael Hatcher, kata Direktur Peninggalan Bawar Air, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Surya Helmi, menjawab Kompas, Minggu (16/5).

Kasus-kasus sebelumnya, Berger Michael Hatcher berhasil melelang tinggalan arkeologi dasar laut Indonesia secara illegal. Warga negara Australia kelahiran Inggris tahun 1940 itu menyadi miliarder setelah menemukan 225 batang emas dan 160.000 buah keramik di perairan Riau. Hasil jarahannya itu dilelang di Balai Lelang Christie, Amsterdam, tahun 1986 senilai 16 juta dollar AS.

Masih ada lagi daftar BCB jarahan dasar laut Indonesia yang berhasil dilelang akhir tahun 2000 di balai lelang Jerman. Gambaran ini sebagai bukti bahwa muatan-muatan kapal tenggelam di perairan Indonesia itu bernilai ekonomi sangat tinggi.

Kasus-kasus pencurian BCB dasar laut ini tidak saja menyebabkan rusaknya situs karena tak mengindahkan nilai kultural, tetapi Indonesia juga akan kehilangan informasi yang penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan karakter bangsa dan sejarah perjuangan bangsa. Bisa dibayangkan bila kita kehilangan data dan aset-aset budaya yang penting dapat dipastikan apresiasi masyarakat untuk m enghargai dan melestarikan karya budaya bangsa sendiri akan melemah, karena tidak memiliki tinggalan budaya yang dapat dibanggakan.

Muatan keramik
Dari kapal-kapal tenggelam, hampir selalu keramik ditemukan dalam jumlah relatif besar. Bambang Budi Utomo dari Puslit bang Arkenas yang menjadi editor buku Kapal Karam Abad ke-10 di Laut Jawa Utara Cirebon (Terbitan Panitia Nasional Peng angkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam, Jakarta 2008), mengatakan, kapal tenggelam yang artefaknya telah diangkat berasal dari kapal niaga, dengan barang dagangan sebagian besar keramik (90 persen) . Selebihnya adalah tembikar, dan barang-barang kaca yang didalamnya berisi cairan wangi-wangian. Sebagai kapal niaga yang mengakut para saudagar, dibawa juga sejumlah uang logam (timah dan perunggu) dari Tiongkok.

Pihak perusahaan pengangkat artefak dasar laut di laut Jawa utara Cirebon melaporkan, benda yang diangkat berjumlah 541.341 buah, terdiri dari 519.942 buah benda keramik dan 21.3 99 buah benda-benda dari berbagai bahan, seperti kayu, kaca, logam, dan lain-lain. Sebanyak 262.999 buah keramik telah dikembalikan ke dasar laut, karena berupa pecahan yang dianggap tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis, sementara sisa keramik lainnya berjumlah 256.943 buah.

Dari 256.943 buah keramik, sebanyak 221.124 buah adalah porselin dan bahan batuan, sementara sebanyak 35.819 buah adalah terbikar. Dari jumlah ratusan ribu buah keramik itu, setidaknya terdapat sembilan bentuk wadah, yaitu mangkuk, piring, cepuk, pasu, teko, guci, buli-buli, pedupaan, dan tempat tinta.

Selain itu, masih terdapat bentuk berbagai tutup yang belum diketahui padanan wadahnya, serta keramik yang berbentuk bukan wadah. Di antara sembilan wadah tersebut, tiga bentuk yait u mangkuk, piring, dan guci ditemukan dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan bentuk lain. Namun di antara ketiganya, jenis mangkuk yang paling banyak (186.185 buah) .

Identifikasi Keramik
Porselin dan bahan batuan sangat jelas bukan buatan lokal . Selama ini barang-barang seperti itu telah ditemukan di berbagai situs di Indonesia, dan diketahui berasal dari berbagai negara seperti Tiongkok, Asia Tenggara (Thailand, Vietnam, dan Kamboja), Timur Tengah, Jepang, dan Eropa (seperti Belanda dan Jerman ).

Dia antara negara-negara penghasil keramik tersebut, keramik Tiongkok merupakan temuan yang paling banyak. Keramik jenis ini telah diproduksi di tempat asalnya lalu dipasarkan di berbagai belahan dunia, menggunakan angkutan tertentu melintasi daratan a tau lautan, kata ahli identifikasi keramik, Widiati, yang kini Kepala Subdit Pengendalian Pemanfaatan pada Direktorat Bawah Air, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Menurut Widiati, teori kedatangan keramik ada yang sebagai barang dagang/kargo, barang bawaan, barang hadiah, dan juga sebagai barang pesanan.

Keramik yang sering ditemukan di Indonesia berasal dari Cina (abad II XX Masehi), Thailand (abad XIII XVIII Masehi), Vietnam (abad XIII XVIII Masehi), Eropa (abad XVII XX Masehi), Jepang (abad XVII XX Masehi), dan Timur Tengah (abad VII XIV Masehi).

Bagaimana mengidentifikasi keramik, sehingga diketahui masa pembuatan keramik tersebut? Widiati yang sudah berpengalaman puluhan tahun sebagai peneliti , dengan skripsi dan tesis khusus penelitian keramik menjelaskan, dalam mengidentifikasi temuan keramik, pihaknya lebih dulu mencermati unsur bentuk utuh dari keramik tersebut.

Setelah itu dicermati unsur ruang, yaitu tempat di mana benda itu ditemukan (situs), dan atau tempat asal benda itu dibuat (negara, provinsi, distrik, dan tungku). Setelah itu juga dicermati unsur waktu , pertarikhan, yaitu pertanggalan relatif dari masa pembuatan keramik porselin atau bahan-bahan tersebut. Biasanya berdasarkan masa pemerintahan di Cina yang sudah diketahui, paparnya.

Widiati berpendapat, untuk menentukan kapan keramik tersebut dibuat, antara lain dapat diketahui berdasarkan warna glasir atau pola hias. Misalnya keramik-keramik Vietnam yang berglasir warna tunggal seperti putih, hijau atau hitam, diketahu i berasal dari sekitar abad 13-14. Atau keramik Thailand yang mempunyai hiasan berupa ikan yang diletakkan pada bagian permukaan dalam dari dasar wadah diketahui berasal dari abad ke-14.

Setidaknya ada 10 ciri yang dapat digunakan untuk keperluan analisis keramik yang bertujuan untuk mengetahui asal daerah pembuatan, bentuk asal dan pertanggalan. Kesepuluh ciri itu adalah bentuk pecahan, besaran, orientasi pecahan, jenis bahan dasar, warna bahan dasar, pola hias, teknis hias, warna glasir, teknik glasir, dan sisa pengerjaan.

U ntuk menentukan asal daerah pembuatan, digunakan ciri yang meliputi bentuk pecahan, besaran pecahan, ketebalan, orientasi, jenis bahan dasar, pola hias, warna glasir, dan teknik glasir. Sedangkan untuk penentuan masa pembuatan kerami k diperlukan pengamatan terhadap bentuk, jenis bahan dasar, warna bahan dasar, pola hias, teknik hias, dan warna glasir, papar Widiati.

Jejak pembuatan, lanjutnya, kalau kita jeli bisa ditemukan suatu tanda yang sengaja atau tidak sengajatampak pada permukaan porselin/bahan batuan setelah terjadi proses pembakaran.

Tentang temuan keramik di perairan utara Cirebon, berdasarkan identifikasi dan tipologi benda-benda keramik itu, merupakan keramik abad ke-10 Masehi dari masa Dinasti Lima.

Sudah tentu, melalui hasil identifikasi keramik ini, ada sedikit-banyaknya tambahan data untuk merangkai sejarah kebudayan masa lampau Indonesia.

Kontingen Gianyar Memukau di PKB

Denpasar, Bali - Kontingen Kabupaten Gianyar mampu menakjubkan ribuan hadirin di Panggung Terbuka Ardha Chandra, Pusat Kesenian Bali, dalam Parade Lagu Daerah Bali Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-32, Rabu malam, sementara kontingen Kabupaten Buleleng mempperkaya khazanah dengan nuansa "fussion"-nya.

Cressendo, nama kontingen Kabupaten Gianyar itu, membuka panggung dengan perkenalan para pendukungnya yang terdiri dari enam penyanyi dewasa, enam penyanyi anak-anak, sekelompok penabuh "kebyar", dan satu grup band musik modern.

Mereka didominasi pakaian tradisional berwarna jingga, yang senada dengan sorotan lampu panggung sehingga memperkuat kesan yang ingin diusung ke gelaran seni terakbar se-Bali sepanjanng tahun itu.

Hadirin, di antaranya Nyonya Bintang Puspayoga, isteri dari Wakil Gubernur Bali, Puspayoga, tidak bisa menyembunyikan kesenangannya pada Cressendo yang tampil diurutan terakhir Parade Lagu Daerah Bali, setelah kontingen Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Buleleng, Rabu malam itu.

Kekayaan seni budaya Bali dibawakan hampir lengkap oleh Cressendo yang berasal dari Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar itu. Lenggak-lenggok tarian tradisional dengan latar musik modern bisa dibawakan mereka secara baik, terlebih koreografi yang dibawakan sangat berbeda ketimbang kontingen-kontingen sejawat dari Bali.

Lagu kanak-kanak tempo dulu, "Cening Puteri Ayu", satu lagu berkisah nasehat dan kasih sayang seorang ibu kepada perempuan cilik anaknya bisa membawa kenangan hadirin pada masa kecil mereka. Lagu itu dibuka dengan nasehat dalam bahasa Bali yang bermakna agar anak perempuan itu tetap rajin membantu-bantu membersihkan rumah sementara si ibu berada di luar rumah.

Gelak tawa dan senyum hadirin langsung mengemuka saat tiga perempuan penyanyi tampil bersama tiga anak-anak yang membawa baki berukuran sedang. Komposisi dan aransemen lagu lama itu dibungkus secara apik sekalipun tidak memberi porsi kepada kelompok penabuh "kebyar" untuk memperlihatkan kebolehannya.

Seni tabuh "kebyar" dari Ubud, Kabupaten Gianyar, sangat terkenal bukan cuma di Bali namun ke banyak tempat di Indonesia dan dunia. Banyak sekali seniman mancanegara yang sengaja mempelajari "kebyar" Gianyar dan mengeksplorasinya demi banyak kepentingan.

Panggung dari Kabupaten Gianyar itu ditutup dengan satu koreografi unik, berupa formasi mirip bunga lotus dimana seorang perempuan penyanyinya diusung ke atas oleh tiga rekan lelaki penyanyinya.

Sebelumnya, ribuan hadirin seolah dibawa ke dalam alam internasional saat kelompok Semaradhana dari Kabupaten Buleleng mendapat giliran. Tampil dengan balutan busana tradisional minimalis hitam dan biru, kelompok gamelan "terompong" lebih mendapat porsi yang memadai untuk mengimbangi lantunan nada-nada modern dari kelompok band pengiringnya.

Semaradhana merupakan satu hasil perpaduan dan kerja sama unik dalam nuansa "fusssion" antara ranah musik tradisional berbasis nada pentatonik dengan rekannya dari masa kini, berbasis diatonik. Biasanya, memadukan kedua jenis birama lagu ini, yaitu lagu tradisional dalam bungkusan atmosfer modern, cukup sukar dilakukan secara mulus.

Namun Semaradhana mampu melakukannya secara lebih baik ketimbang dua rekannya dari Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Jembrana yang tampil perdana. Keberanian Semaradhana mengeksplorasi dan berolahnada dengan lagu-lagu tradisional Bali yang didominasi nada-nada rendah dalam jangkauan sempit, bisa mereka lakukan.

Nuansa internasional dalam langgam "fussion" itu, seolah mengingatkan bahwa Bali sejak lama telah menjadi bagian komunitas internasional sehingga tidak lagi bisa melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh global itu. Musik memang universal dan sejak lama pula, ratusan kafe yang mampu menghadirkan aliran musik dari mana saja di dunia ini telah menjadi satu entitas andalan pariwisata provinsi pulau itu.

Suara gebukan dram dengan gamelan "terompong" yang berada di lain wilayah nada bisa terjadi dengan kombinasi yang pas dengan suara betotan gitar bass. Berulang kali terdengar keras tepukan ribuan hadirin itu, ditingkahi suara suitan yang nyaring.

Semua persembahan Kontingen Buleleng itu semakin diperkaya dengan lantunan nada-nada lagu berbahasa Bali dari trio perempuan penyanyinya. "Jagatnitha" karya Satriya Naradha yang berisi pesan agar terus melestarikan warisan budaya Bali mendapat tenaga yang kuat dari aransemen khas.

Bergantian, bunyi-bunyian reproduksi dari seperangkat dram, gitar elektrik yang dimainkan laksana petikan dan kunci-kunci gitaris Dewa Budjana, dan gitar bass, saling mengisi dan melengkapi ketukan pentatonik "terompong" itu.

Kalaupun ada yang dianggap kurang, hal itu bukan terletak pada kualitas musikalitas dan teknik vokal para penyanyinya, yang bisa dianggap di atas kedua rekan dari Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Gianyar. Itu terletak pada "keberanian" kontingen Buleleng untuk tidak membawakan seni tari Bali ke dalam panggungnya, tidak seperti dua kontingen lain.

Hadirin bisa mengerti dan menangkap maksud nada-nada yang dikomunikasikan para musisi tradisional dan modern Kontingen Buleleng itu, sekalipun sambil mengobrol. Tidak harus dengan memelototi panggung untuk menangkap maknanya karena mereka menyodorkan sesuatu yang ringan namun penuh makna. (JY)

Membawa Cita Rasa Indonesia di Lebanon

Makanan mencerminkan budaya. Maka untuk memperkenalkan Indonesia dan budayanya, KBRI mendatangkan juru masak asal Indonesia ke Beirut. Hidangan yang disajikan juru masak itu pun menjadi sajian istimewa bagi para agen perjalanan Lebanon pada acara Indonesian Cuisine Week di Hotel Phoenicia, Beirut. Lewat jalur kuliner itu diharapkan nama Indonesia bisa semakin terdengar di sana.

"Selama satu minggu ke depan, hotel bintang lima di Lebanon ini menyuguhi hidangan khas Indonesia pada makan siang dan malam," kata RA Arief, Kuasa Usaha Ad-Interim KBRI Beirut, seusai membuka acara tersebut pada Selasa (22/6/2010) dalam surat elektronik yang dikirimkan ke redaksi.

Menurut Arief, pihaknya sengaja mengundang para agen perjalanan dan pimpinan maskapai penerbangan internasional di Lebanon pada malam pembukaan ini. "Karena mereka merupakan ujung tombak penggaet turis asing dari berbagai negara ke Indonesia," ujar Arief.

Tidak hanya makanan Indonesia yang disajikan, para seniman KBRI Beirut juga mementaskan lagu-lagu modern dengan iringan alat-alat musik tradisional Indonesia, seperti angklung, perkusi, dan gamelan. Tari topeng khas Jawa Barat ikut pula dipentaskan untuk menjamu undangan.

"Penampilan seni musik dan tari Indonesia ini akan mengiringi hingga beberapa hari ke depan sepanjang acara Indonesian Cuisine Week di hotel ini," kata Ahmas Syofian, Sekretaris Ketiga Pensosbud KBRI Beirut.

Di pojok dan tengah ruangan, tataan dekorasi khas Indonesia menghiasi meja-meja buffet yang menjadi tempat sajian aneka makanan Tanah Air, seperti gado-gado, sate padang, soto madura, gudeg, dan ayam rica-rica. Sementara di pintu masuk restoran, video/film-film tentang potensi wisata Indonesia ikut ditayangkan. Setiap tamu yang mampir ke restoran juga mendapatkan brosur-brosur promosi pariwisata Indonesia.

Tidak ketinggalan ibu-ibu Dharma Wanita KBRI juga memasok aneka makanan ringan guna melengkapi sajian Indonesia selama acara tersebut.

Hal menarik lainnya malam itu adalah Miss Lebanon Martine Andraos yang baru saja kembali dari kunjungannya ke Indonesia ikut duduk di antara yang hadir. Kepada wartawan, Martine menyampaikan pengalamannya mengunjungi Padang, Jakarta, Bandung, dan Bali.

"Acara ini mengingatkan saya ketika menyantap makanan Indonesia di tengah sawah sambil melihat petani yang bercanda dengan kicau burung. Di kejauhan terlihat bukit hijau dan di sudut lain kita terpesona dengan pemandangan laut birunya," ungkap peserta Miss Universe dan Miss World 2009 itu membayangkan makan siang di sebuah restoran di Bali minggu lalu.

"Indonesia merupakan paket yang lengkap, di mana tradisi dan alam yang indah berdampingan dengan kemajuan industri dan teknologi," tutur Martine bersemangat.

Pada saat yang sama, Gerog Weinlaender, GM Hotel Phoenicia, menjelaskan, "Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang pariwisata. Kegiatan Indonesian Cuisine Week diharapkan dapat menarik minat dan memperkenalkan Indonesia kepada para tamu yang tengah berlibur di Lebanon."

Phoenicia merupakan salah satu hotel berbintang lima di Lebanon. Setiap musim libur (Juni-September), hotel ini menjadi tempat hunian favorit para turis asing dari Eropa dan Timur Tengah. (KOMPAS.com)

Spirit Majapahit Lintasi 8 Negara

Sumenep, Jatim - Kapal layar tradisional Spirit Majapahit dinyatakan selesai 100 persen pada Selasa (22/6). Rencananya kapal hasil karya 15 nelayan dan perajin asal Desa Slopeng, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep, akan dilepas, Kamis (24/6), dari perairan Pantai Slopeng, Sumenep.

Prosesi pelepasan kapal berukuran 20 x 4 meter yang dibuat berdasarkan penelusuran sejarah, tentang bentuk kapal zaman Kerajaan Majapahit, telah dilakukan pada Selasa (22/6) dengan bentuk rokat atau ruwat dengan membubuhkan tujuh macam sesajen yang berisi tujuh macam warna kue dan diletakkan di tujuh sudut kapal.

Selain sesajen tujuh macam warna kue juga diikuti dengan penyiraman air bunga mawar pun di ujung kapal dan di beburitan kapal. Selain itu, sejumlah tokoh masyarakat, ulama, dan masyarakat setempat juga menggelar doa bersama dengan membaca barsenji dan tahlil demi keselamatan kapal.

Reflika kapal yang berbentuk zaman abad X yang berornamen relief Candi Borobudur itu memakan waktu pengerjaannya selama lebih kurang 92 hari. Dan telah menelan dana pembuatan kapal yang juga menggambarkan ciri-ciri khas kapal tradisional Indonesia dari masa ke masa menelan dana sekitar Rp 900 milliar.

‘’Pembuatannya sudah selesai 100 persen, tetapi kita masih menunggu cek navigasinya dari Lantamal Surabaya. Kalau semua sudah beres, kita akan lakukan uji coba,’’ ujar Moh Nasir, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumenep, Selasa (22/6).

Menurut Nasir, kapal Spirit Majapahit panjangnya 20 meter, lebar 4,5 meter dan tinggi 2 meter akan mengelilingi 8 negara Asia Timur dan Tenggara yang akan ditempuh selama tujuh bulan.

Negara yang akan dilintasi atau disinggahi itu di antaranya Brunei Darussalam, Jepang, Filipina, China, Vietnam, Bangkok, Singapura,‘’ Urutan-urutannya sudah ada di nakhoda kapal,’’ imbuh mantan Kabag Humas dan Protokol Pemkab Sumenep ini. n riv

Tari Bali Dinominasikan dalam Inskripsi UNESCO

Indonesia pantas berbangga dengan bertambahnya satu lagi pengakuan dunia terkait seni tari trasional Bali. Tarian yang kini masih dilestarikan masyarakat Bali dimasukkan menjadi nominasi dalam inskripsi UNESCO yaitu Badan PBB yang membawahi bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan.

Rektor ISI Denpasar, Bali I Wayan Rai S menyatakan, tarian tradisi yang kini tetap dilestarikan oleh masyarakat Bali dimasukkan menjadi nominasi dalam inskripsi UNESCO atau Badan PBB yang membawahi bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan.

"Untuk kepentingan itu ISI Denpasar bersama instansi lain tengah mengadakan penelitian dan perencanaan proyek pelestarian tari tradisi Bali," kata I Wayan Rai Kamis, Rektor ISI Denpasar Bali, seperti dikutip depbudpar, Kamis (24/6).

Menurut I Wayan, untuk penelitian itu pihaknya digandeng Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Pemerintah Provinsi Bali, serta Dinas Kebudayaan Bali yang didukung masyarakat yang menggeluti tari tradisi.

Tari tradisi di Bali yang dimaksud yaitu tari Legong Keraton Lasem, sejak pertengahan Juni 2010. Tim nominasi juga telah memetakan penyebaran jenis tari tradisi Bali. Disebutkan, jenis tari di Bali terbagi menjadi tiga yaitu tari Wali, Bebali, dan Balih-balihan yang telah diwakili oleh beberapa tarian.

Dengan diajukannya tari-tari tradisi Bali sebagai inskripsi UNESCO maka akan semakin menarik perhatian dunia budaya Bali. Hal ini juga akan memperkuat kesadaran tentang budaya lokal dan identitas budaya suku bangsa, meningkatkan kesadaran bangsa dan negara tentang warisan budaya, termasuk kesadaran untuk melestarikannya melalui transmisi kepada generasi muda.

Gaji Ke-13 PNS Ambon Dibayar Bersamaan THR

Ambon, Maluku - Pembayaran gaji ke-13 bagi Pegawai Negeri Sipil di jajaran pemerintah Kota Ambon yang sebelumnya direncanakan pada Juli ditunda dan baru akan direalisasikan bersamaan dengan tunjangan hari raya (THR).

"Gaji ke-13 Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kota Ambon tidak dibayarkan pada Juli, tetapi direalisasikan bersamaan dengan pembayaran THR," kata Sekretaris Kota (Sekkot) Ambon, HJ. Huliselan, di Ambon, Selasa.

Gaji ke-13 PNS beragama Islam baru akan diberikan bersamaan dengan pembayaran THR Idul Fitri, sedangkan yang beragama Kristen direalisasikan saat Natal 2010.

Dia menegaskan, penundaan pembayaran THR itu berkaitan dengan defisit anggaran yang dialami Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon saat ini sebesar Rp115 miliar. Untuk mengatasinya, Pemkot menunda pekerjaan pembangunan yang tidak terlalu mendesak serta melakukan pinjaman Rp35 miliar dari Bank Pembangunan Maluku (BPD) untuk menalangi biaya operasional.

Huliselan mengakui, penundaan pembayaran gaji ke-13 itu, telah disampaikan kepada PNS Pemkot Ambon saat apel Senin (28/6), dan akan diteruskan kepada guru-guru di masing-masing sekolah.

"Penundaan pembayaran gaji ke-13 ini juga berdasarkan instruksi dari Wali Kota Ambon, Jopi Papilaja.

HJ. Huliselan mengakui, Pemkot Ambon sebenarnya tidak ingin menunda pembayaran gaji ke-13 bagi para PNS itu, namun defisit anggaran yang terjadi saat ini mengharuskan dilakukan penghematan.

Sejumlah pegawai Pemkot Ambon mengaku kecewa dengan kebijakan menunda pembayaran gaji ke-13 pada bulan Juli, karena sebenarnya gaji tersebut akan digunakan untuk membiayai sekolah anak-anak mereka.

"Biaya sekolah saat ini sangat mahal, belum lagi biaya masuk sekolah siswa baru yang semakin tinggi dipatok oleh sekolah-sekolah favorit. Seharusnya gaji ke-13 dibayarkan pada Juli sehingga bisa digunakan untuk membiayai sekolah anak-anak kami," ujar beberapa PNS.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi II DPRD Kota Ambon, Dani Lekatompessy, secara terpisah mendesak Pemkot Ambon untuk tidak menunda pembayaran gaji ke-13 karena anggarannya dialokasikan langsung oleh Pemerintah Pusat.

"Anggarannya disediakan langsung oleh Pemerintah Pusat dan bukan dari APBD, sehingga tidak ada alasan bagi Pemkot Ambon untuk menunda pembayaran gaji ke-13," katanya.

Anggota DPRD Kota Ambon lainnya, Jafri Taihutu menegaskan, alokasi anggaran untuk gaji ke-13 disasarkan untuk membantu PNS membiayai biaya pendidikan anak-anak mereka, sehingga tidak bisa ditunda.

Ia meminta Pemkot Ambon melakukan pembayaran gaji ke-13 PNS paling lambat Juli 2010. (JA/K004)

Ritual Bakar Tongkang Akan Ditonton Puluhan Ribu Orang

Rokan Hilir, Riau - Ketua Panitia Bakar Tongkang 2010 Jonatan A He menyebutkan sedikitnya 60 ribu jiwa dijadwalkan hadir dalam ritual bakar tongkang di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Senin (28/6) mendatang.

"Pengunjung sebanyak itu sebagian besar berasal dari luar Kota Bagansiapiapi, termasuk dari luar negeri," kata Jonatan saat dihubungi ANTARA News dari Kota Dumai, Riau, Sabtu.

Jonatan alias A He yang juga pengurus Multi Marga itu mengatakan, ritual bakar tongkang kali ini diprediski lebih meriah dibandingkan tahun 2009. Kesimpulan ini diambil dengan melihat jumlah pengunjung yang diprediksi jauh meningkat.

"Sebanyak 60 ribu calon pengunjung itu diperkirakan lebih besar sekitar 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencampai 30 ribu pengunjung," kata dia.

Kemeriahan ritual kali ini, menurut Jonatan, juga dikarenakan adanya upaya pihak panitia bakar tongkang bersama Pemerintah Kapupaten Rohil dalam memperkenalkan ritual budaya daerah tersebut hingga keluar daerah, mulai dari Kota Batam, Jakarta, Sumatra dan Pekanbaru.

Sedangkan untuk sosialisasi keluar negeri seperti Taiwan, Malaysia dan Amerika Serikat, dilakukan pihak panitia penyelenggara melalui upaya promosi secara tidak langsung yang disampaikan pada setiap kesempatan di sejumlah negara tersebut.

"Apresiasi pemerintah daerah cukup besar untuk melestarikan budaya daerah. Di samping itu komitmen untuk melestarikan kebudayaan daerah setempat sangat didukung oleh masyarakat yang multi etnis itu," ujarnya.

Untuk memeriahkan suasana bakar tongkang, lanjut Jonatan, di sela acara pihak panitia juga menyiapkan malam hiburan festival lagu den membuka kuis berhadia puluhan juta rupiah. (KR-FZR/P004)

Kemilau Sulawesi Habiskan Rp 0,5 Miliar

Palu, Sulteng - Ajang promosi wisata Kemilau Sulawesi V yang berlangsung 24-27 Juni di Palu, Sulawesi Tengah, menghabiskan dana sebesar Rp 500 juta untuk segala keperluannya.

"Dana tersebut harus bisa dimaksimalkan dengan menggelar acara yang menarik calon wisatawan," kata Gubernur Sulawesi Tengah HB Paliudju di Palu, Sabtu (26/6/2010).

Gubernur mengatakan, dana tersebut berasal dari bantuan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang memang sudah dianggarkan untuk kegiatan itu setiap tahunnya.

Menurut dia, ajang Kemilau Sulawesi V sangat menguntungkan Sulawesi Tengah untuk mempromosikan segala potensi wisata yang dimiliki, seperti Pantai Tanjung Karang, Danau Poso, dan Kepulauan Togean.

"Potensi wisata di Sulteng tidak kalah dengan daerah lain sehingga kita harus gencar mempromosikannya," kata Gubernur Pailudju.

Sebelumnya, Direktur Promosi Dalam Negeri Kemenbudpar Fatkhul Bahri mengatakan, pihaknya berusaha mengembangkan segala potensi wisata di setiap provinsi di Indonesia.

"Kita selalu mendukung keinginan setiap daerah jika ingin mengembangkan wisatanya karena memang ada dananya untuk itu," ujarnya.

Kemilau Sulawesi V diikuti enam provinsi, 25 kabupaten, dan 35 pengusaha UKM yang siap meramaikan ajang yang digelar di lapangan Wali Kota Palu.

Kemilau Sulawesi menggelar berbagai kegiatan berupa lomba atau pertunjukan seni dan budaya, serta pameran tentang segala potensi wisata dan sumber daya alam yang ada di Sulawesi.

Masyarakat Betawi Harus Pertahankan Seni Budaya Tradisional

Jakarta - Masyarakat Betawi di zaman modern ini agaknya harus tampil percaya diri dalam mempertahankan seni budaya yang menjadi khas dan hasil peninggalan nenek moyangnya. Apalagi mereka hidup dan tinggal di tanah kelahirannya sendiri, tentu harus mengesampingkan rasa minder atau malu. Minimal, mereka harus berani menunjukkan etnis kebetawiannya sehingga dapat bangkit dalam menyongsong masa depan yang cemerlang.

"Kita yang punya kampung, jadi kita tidak punya alasan untuk menutup-nutupi diri lagi. Budaya yang kita miliki harus terus ditampilkan," kata Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta, saat membuka Seminar Lokakarya Kebudayaan Betawi dengan tema "Redefinisi Kebudayaan Betawi", di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Sabtu (26/6).

Pada tahun 1975 atau sekitar 35 tahun lalu, saat Ali Sadikin menjabat Gubernur DKI Jakarta, pernah mendorong adanya pra-lokakarya kebudayaan Betawi. Dari lokakarya yang menjadi pertemuan besar itulah, Ali Sadikin mewacanakan kebudayaan Betawi yang menuju hari depan kebudayaan Betawi. Sehingga pada saat ini, tidak bisa jadi alasan lagi bagi warga Betawi untuk minder dalam mengedepankan budaya asli yang dimiliki.

"Saat itu Bang Ali (sapan akrab Ali Sadikin-red) menyadari, kota ini perlu identitas budaya dan Bang Ali berhasil menemukannya dalam budaya Betawi," ujar Fauzi Bowo. Ketika itu, Ali Sadikin terinspirasi dari ungkapan mantan Presiden Soekarno saat melantik dirinya sebagai gubernur DKI Jakarta. Ungkapan yang dimaksud adalah berbunyi, "Manusia tidak hidup dari roti semata-mata". Kalimat itulah yang rupanya mendorong Ali Sadikin untuk memberi perhatian besar pada rohani kota, dalam hal ini kebudayaan asli kota tersebut.

Sehingga dalam waktu singkat, kalimat tersebut mampu mendorong tumbuhnya rasa kebanggaan khusunya bagi warga Betawi. Budaya budaya asli seperti musik rebana biang, ondel-ondel, gambang rancak, kembang kelapa, lenong dan lainya bermunculan, menghiasi kehidupan kota Jakarta. "Ada yang menyebut lokakarya yang digagas Ali Sadikin, menjadi titik balik kebetawiannya orang Jakarta," tuturnya.

Selanjutnya, gubernur berharap, seminar lokakarya kebudayaan Betawi seperti yang digelar saat ini, terus dijadikan kegiatan rutin setiap kali perayaan HUT DKI Jakarta. Hal ini penting, sebagai sesi ruang publik untuk membahas berbagai hal terkait kebudayaan Betawi. Berbagai stigma negatif, seperti sebutan orang Betawi itu identik dengan kemiskinan, kumuh, tersingkirkan dan sebagainya harus dibahas dan dicari jalan supaya stigma negatif itu hilang dan kembali kepada proporsi yang wajar. Hal ini perlu karena sebutan-sebutan atau konotasi-konotasi tersebut sangat tidak menguntungkan bagi warga Betawi.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Arie Budhiman menjelaskan, seminar lokakarya Kebudayaan Betawi ini akan berlangsung selama tiga hari, yakni dari tanggal 26-28 Juni 2010. Kegiatan ini digelar dalam rangka menjaga, melestarikan, dan mengembangkan budaya Betawi yang merupakan budaya asli warga Kota Jakarta. Selain itu juga merupakan rangkaian kegiatan perayaaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-483 Kota Jakarta.

Seminar Lokakarya ini bersifat ilmiah yang akan membahas perjuangan melestarikan budaya Betawi hingga perkembangannya. Bahkan semiloka ini akan menjadi cikal bakal pelaksanaan Kongres Kebudayaan Betawi untuk pertama kalinya yang akan dilaksanakan pada tahun 2011. Semiloka ini akan membahas secara ilmiah lima topik yaitu ruang publik dan orang Betawi, orang Betawi dan kemiskinan di Jakarta, orang Betawi dan eskapisme sosial, politik. Selain itu, organisasi dan identitas kebetawian serta seniman Betawi dan metropolitan Jakarta. "Seminar dan lokakarya ini bersifat ilmiah," jelasnya.

Narasumber yang menjadi pembicara dalam kegiatan ini antara lain, Marco Kusumawijaya (arsitek dan mantan Ketua Pengurus Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Wardah Hafiz (Ketua Urban Poor Consortium), Nirwono Yoga (ahli tata kota Jakarta), Yulianti Parani (Peneliti seni Betawi dan Pengajar IKJ), Thamrin Amal Tomagola (Sosiolog UI), JJ Rizal (sejarahwan), Zen Hae (penyair dan penulis sastra).

"Kita harapkan kegiatan ini bisa memberikan masukan dan pencerahan bagi masa depan budaya Betawi di Kota Jakarta," kata Arie. Kegiatan ini dihadiri oleh 100 peserta lebih. Mereka berasal dari berbagai kalangan, seperti perguruan tinggi, para pakar dan tokoh Betawi, serta lembaga kesenian Betawi. (Purwoko)

Wahai Provinsi, Buatlah Paket Wisata!

Palu - Kementerian Budaya dan Pariwisata (Kemenbudpar) mengimbau agar setiap provinsi membuat paket wisata agar memudahkan turis ketika hendak melakukan kunjungan wisata. "Pemprov bisa bekerja sama dengan agen-agen wisata untuk membuat paket wisata itu," kata Direktur Promosi Dalam Negeri Kemenbudpar, Fatkhul Bahri, saat meninjau "Kemilau Sulawesi V" di Palu, Kamis (24/6/2010).

Kemilau Sulawesi V adalah ajang tahunan yang mempromosikan potensi wisata yang ada di setiap pelosok Sulawesi. Ajang itu diikuti semua provinsi yang ada di Sulawesi, serta sejumlah kabupaten/kota yang turut meramaikan acara itu.

Fatkhul mengatakan pembuatan paket-paket wisata itu tentu saja untuk meningkatkan kunjungan turis, baik lokal maupun internasional. "Jangan sampai segala potensi wisata yang ada tidak dimanfaatkan, dan akhirnya terlantar begitu saja," ujarnya.

Menurutnya, wisatawan membutuhkan paket-paket wisata tertentu guna memberikan alternatif saat akan melakukan liburan.

Gubernur Sulawesi Tengah HB Paliudju menanggapi positif imbauan dari pihak Kemenbudpar tersebut. Paliudju menilai sangat susah jika membangun industri wisata tanpa kerja sama dengan pihak swasta. "Pihak swasta bisa merancang sejumlah paket wisata, dan pemerintah yang akan menjamin faktor keamanan serta segala bentuk infrastruktur pendukungnya," ujarnya.

Tujuan akhirnya, lanjut Paliudju, adalah meningkatkan pendapatan asli daerah serta mensejahterakan penduduk yang berada di sekitar lokasi wisata. "Masyarakat juga diimbau turut serta mensukseskan setiap ajang promosi yang dilakukan oleh pemerintah," katanya.

Redknapp Ingin Capello Dipecat

London, Inggris - Pelatih Tottenham Hotspur, Harry Redknapp, menilai Fabio Capello tak pantas menjadi manajer tim nasional (timnas) Inggris karena ia bukan orang Inggris. Ia pun menyatakan diap menggantikan Capello.

Capello menangani Inggris pada 2008 silam. Reputasinya sebagai salah satu pelatih klub tersukses di Eropa membuat publik berharap, Capello bisa memberikan sukses besar membawa Inggris menjuarai Piala Dunia 2010 Afrika Selatan.

Namun, harapan itu kandas menyusul kekalahan Inggris 1-4 dari Jerman, 27 Juni lalu. Capello pun disebut media-media Inggris bakal dipecat, meski baru menandatangani perpanjangan kontrak sampai 2012.

"Saya orang Inggris dan siapa yang tak mau menangani Inggris? Tak ada satu orang Inggris pun, entah saya, Roy Hodgson, atau Sam Allardyce, akan menolak pekerjaan itu karena ini adalah negeri kami dan kami ingin menangani negeri kami," ujar Redknapp.

"Tak ada seorang pun akan menolak pekerjaan itu. Bila Anda orang Inggris, Anda tak bisa tak mau melatih negeri Anda. Capello memiliki rekor fantastis di level klub, tapi lihat. Kami (orang Inggris) harus menanggung ini sekarang,"

"Ketika ia akhirnya terus (melatih Inggris), dalam empat tahun atau berapa pun, tentunya akan ada pria mudah atau seseorang di negeri ini. Tentunya, kami harus menemukan pelatih dari Inggris, seorang manajer Inggris,"

"Saya tak bicara soal pelatih asal Skotlandia atau pelatih asal Irlandia. Saya bicara soal pelatih asal Inggris karena ini adalah tempat kami berasal. Ini adalah negara kami," tandasnya. (SUN)

Hudoq Pukau Wisatawan di Denpasar

Denpasar, Bali - Puluhan wisatawan asing menyaksikan kesenian Hudoq dari Persekutuan Dayak Bahau Beraan Pare Balikpapan, Kalimantan Timur, di arena Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-32, Sabtu (26/6/2010).

David Yildirim wisatawan asal Jerman mengaku kagum dengan pementasan kesenian asal Balikpapan yang cukup memukau penonton pada pesta tahunan tersebut. "Pergelaran kesenian asal Kalimantan Timur penampilannya luar biasa. Gerak tarinya tetap menonjolkan pakem kesenian Dayak," katanya.

Ketua Dewan Kesenian Balikpapan Darwis M Noer SH mengatakan, ajang PKB tahun ini bagi suku Dayak sangat strategis untuk berpromosi. Uniknya tarian dalam bentuk sendratari, didukung oleh orang-orang Dayak asli pedalaman.
"
Persembahan sendratari ini baru pertama kali dibuat dengan durasi satu jam yang dibawakan sekitar 40 orang seniman," katanya.

Ia mengatakan sendratari yang berjudul "Hudoq" adalah merupakan cerita rakyat Suku Dayak yang ada di pedalamanan Kalimanatan Timur. Darwis menyebutkan kesenian Dayak asli ini dimaksudkan untuk memperkenalkan khasanah budaya Indonesia.

"Kami ingin memperkenalkan tarian dayak ini guna mengindari dari pencaplokan seni oleh pihak asing," ujarnya.

Cerita yang dibawakan dalam garapan sendratari yang spetakuler, mengisahkan tentang keramah-tamahan warga suku daya. Tarian Hudoq adalah bentuk tari yang dilakukan beregu ataupun berkelompok oleh rakyat.

Dengan memakai topeng dan berpakaian dari daun pisang. Namun penampilanya yang rapi, indah menyerupai roh dari apolagan atau khayangan turun ke bumi.

Biasanya tarian Hudoq ini ditampilkan pada saat tertentu, yaitu di tempat kediaman raja yang disebut "Amin Ayyaaq" atau sekarang disebut dengan balai desa.

Tari Hudoq bisa ditarikan oleh kaum laki-laki atau perempuan sesuai dengan bakat dan kemampuan. Kesenian itu ditampilkan bila masa tanam padi berlangsung, sambil mengamati keadaaan, bulan, langit dan hama yang ada di bumi seperti burung pipit, ular dan lainnya.

YouTube Google Menangi Gugatan Viacom

Jakarta - Google telah memenangkan putusan ketika hakim menolak gugatan 1 miliar dolar AS yang dilayangkan Viacom yang menuduh raksasa Internet itu membiarkan material berhak cipta ditayangkan di YouTube tanpa izin.

Viacom telah menuduh Google atas "pelanggaran hak cipta besar-besaran yang disengaja".

Tetapi hakim pengadilan Manhattan mengatakan Google dan YouTube tidak harus bertanggung jawab hanya diminta memiliki "kesadaran umum" bahwa video yang di-posting itu mungkin ilegal.

Konglomerasi media Viacom mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk banding demi menentang keputusan ini.

Google disebut penguasa "sebuah kemenangan penting".

Pelabuhan Aman

Viacom mengklaim bahwa "sekira 10 ribu video" yang memiliki hak cipta telah di-posting ke dalam YouTube dan baik YouTube maupun pemiliknya, Google, telah mengetahui hal ini, tetapi tidak melakukan apa pun.

Viacom mengatakan banyak video, termasuk South Park, telah diunggah secara ilegal.

Namun Hakim Distrik Louis Stanton mengatakan dalam keputusannya:"Hanya pengetahuan prevalensi semata dari kegiatan tersebut pada umumnya tidaklah cukup. Provider tidak perlu memantau atau mencari fakta-fakta yang menunjukkan aktivitas tersebut."

Google dan YouTube berpendapat bahwa mereka berhak atas "pelabuhan aman" yang dilindungi oleh hukum hak cipta digital karena mereka tidak memiliki cukup peringatan dugaan tindak pidana tertentu.

Hakim Stanton sepakat, dan mengatakan bahwa ketika "YouTube telah diberi peringatan, pihaknya langsung menghapus konten atau materinya ... hal itu yang melindungi dari kewajiban" dibawah sebuah ketentuan the Digital Millennium Copyright Act.

Bukan Akhir

Viacom menyebut keputusan tersebut sebagai "secara mendasar cacat hukum" dan mengatakan hal itu merefleksikan kepentingan kongres dibalik undang-unfang hak cipta ketimbang keputusan Mahkamah Agung AS baru baru ini.

Google menerima keputusan itu."Hal ini merupakan kemenangan yang penting tidak hanya buat kami, tetapi juga untuk miliaran orang di dunia yang menggunakan web untuk berkomunikasi dan berbagi pengalaman dengan yang lain," ujar Kent Walker pihak dari Google dalam blog perusahaan.

Sementara itu David Sohn, seorang pengacara dari pusat Teknologi dan Demokrasi AS mengatakan : "tanpa keputusan itu, konten yang di hasilkan oleh pengguna akan menyurut dan Internet akan berhenti menjadi media yang partisipatif,".

Tetapi Laura Martin, seorang analis di Needham, mengatakan peperangan belum berakhir.

"Masalah ini sungguh sangat penting bagi pencipta konten untuk melindungi hak kekayaan intelektualnya melawan penggunaan dari orang-orang yang mengumpulkan sesuatu materi dengan cara online."Benar-benar sangat penting bagi para pencipta konten untuk mendapatkan bayaran," ujarnya

"Ini baru permulaan, dan bukan akhir. Sumner (Redstone, Pimpinan Viacom) tidak akan berpaling dan mati menghadapi masalah ini." (Yud/S026)

Ribuan Orang Ikuti Pesta Durian

Tanjungpinang, Kepri - Ribuan warga Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, Minggu, mendatangi Desa Bintan Bunyu, Kecamatan Teluk Bintan, untuk mengikuti acara tahunan pariwisata Kabupaten Bintan yang bertajuk "Bintan Mountain Trekking and Durian Party".

Warga yang berasal dari Kota Tanjungpinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), tidak menyurutkan keinginannya untuk mengikuti acara tahunan yang sudah enam kali digelar Dinas Pariwisata Kabupaten Bintan tersebut walaupun daerah itu diguyur hujan.

"Kami ingin makan durian asli Bintan yang ada di Gunung Bintan," kata salah seorang pengunjung warga Tanjungpinang, Iwan.

Sambil menikmati durian yang sudah disiapkan panitia sebanyak 2.000 buah, pengunjung juga bisa bersantai sambil menikmati hiburan kesenian Melayu maupun kesenian dari daerah lainnya di Indonesia.

"Masyarakat juga dihibur oleh band asal Jakarta, Matta Band," kata Kepala Dinas Pariwisata Bintan, R Akib Rakhman.

Akib mengatakan, acara tahunan untuk meningkatkan kunjungan wisata ke Kabupaten Bintan tersebut sudah enam kali diadakan. Acara tersebut dimaksudkan untuk menampung hasil perkebunan durian warga sekitar.

"Hasil panen durian warga kami tampung dan bisa dinikmati warga lainnya dengan gratis dan juga pemilik durian bisa berjualan secara langsung kepada ribuan pengunjung yang hadir," ujarnya.

Pengunjung pesta durian juga menyempatkan diri berfoto di Tugu Durian yang sudah menjadi ikon Desa Bintan Bunyu yang terletak di persimpangan dekat lapangan tempat berlangsungnya pesa durian.

Akib mengatakan, sebelum pesta durian, terlebih dahulu diadakan lomba lintas alam pada Minggu pagi menaklukkan rintangan di Gunung Bintan dengan menyelesaikan enam rintangan yang sudah disiapkan panitia.

"Ada 150 tim yang ikut lomba lintas alam yang berasal dari Surabaya, Jakarta, Pekanbaru dan Kepri sendiri," ujar Akib yang menyebutkan total hadiah bagi pemenang sebesar Rp40 juta.

Bupati Bintan Ansar Ahmad mengatakan lomba lintas alam dan pesta durian tersebut juga dimaksudkan untuk lebih memperkenalkan Bintan kepada dunia luar dengan keindahan alam dan cita rasa buah durian asli Bintan.

"Kabupaten Bintan memiliki banyak objek wisata yang bisa dikembangkan selain kawasan wisata Lagoi yang lebih banyak dikunjungi warga negara asing," kata dia.

Di gunung Bintan, lanjut dia, selain menikmati durian dan indahnya pemandangan juga bisa melihat peninggalan sejarah di Gunung Bintan yang dahulunya menjadi pusat Kerajaan Bentan.

Ansar menuturkan akan terus meningkatkan agenda tahunan tersebut menjadi lebih baik dengan promosi yang lebih gencar agar wisatawan lokal maupun mancanegara semakin banyak yang datang.

"Pesta durian juga mendatangkan keuntungan tersendiri bagi warga yang mempunyai kebun durian, karena bisa langsung menjual hasil panennya kepada pengunjung," ujarnya. (KR-NP/Z003)

Pengembangan Wisata Sumut Perlu Kesungguhan

Medan, Sumut - Para anggota Komisi X DPR RI mengkritik perkembangan dunia pariwisata di Sumatera Utara, khususnya Danau Toba yang tidak mengalami kemajuan berarti dalam beberapa tahun terakhir.

“Pejabat Sumut kurang serius membina dunia pariwisata,” kata anggota Komisi X DPR RI Eko Hendro Purnomo dalam pertemuan dengan jajaran Pemprov Sumut di Medan, Selasa [22/06].
Ketika melakukan kunjungan kerja ke Danau Toba dan kawasan wisata Tomok di Kabupaten Samosir pada 21 Juni 2010, Eko mengaku tidak melihat adanya perkembangan yang dilakukan pemerintah daerah.

Kondisi Danau Toba dan kawasan wisata Tomok saat ini hampir tidak ada bedanya ketika dikunjungi pada tahun 80-an.

Politisi yang juga berprofesi sebagai presenter itu mengaku kondisi Danau Toba dan kawasan wisata Tomok saat ini tidak berubah ketika dikunjunginya saat masih duduk di sekolah dasar.

Pihaknya menilai kalangan pembuat keputusan di Sumut kurang memiliki jiwa wirausaha (entrepreneurship) untuk menjadikan berbagai potensi wisata itu sebagai sumber pemasukan daerah.

Malah ketika berdialog dengan pejabat di jajaran Pemkab Samosir, faktor tidak adanya bantuan dari pemerintah pusat disebutkan sebagai penyebab tidak berkembangnya dunia pariwisata di Sumut itu.

Memang, kata Eko, jumlah kunjungan wisatawan ke Sumut cukup besar jika dilihat dari laporan yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS).

Namun kunjungan itu bukan karena adanya promosi atau ketertarikan dengan pengembangan potensi wisata, melainkan karena adanya nama besar Danau Toba yang telah cukup dikenal. “Kalau di sini saja tidak memiliki kepedulian, bagaimana pula kami mau peduli,” kata politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu.

Padahal, kata Eko, potensi pariwisata di Sumut sangat besar, seperti Danau Toba yang sudah terkenal hingga di dunia internasional. “Danau Toba memang membanggakan tetapi sekarang tidak ada apa-apanya. Padahal kalau dikembangkan, Bali pun bisa kalah,” katanya.

Kritik tentang rendahnya pengembangan potensi pariwisata di Sumut juga disampaikan anggota Komisi X DPR RI yang lain, Tengku HM Faisal Amin yang merupakan politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Sebagai anggota DPR yang berasal dari Aceh, Tengku HM Faisal Amin mengaku sering berkunjung ke Danau Toba mengungkapkan kerisauannya terhadap kondisi lokasi wisata itu. “Namun Danau Toba yang dulu jauh lebih bagus dari sekarang,” katanya.

Gubernur Sumut Syamsul Arifin mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya meningkatkan fasilitas menuju Danau Toba untuk mempermudah wisatawan berkunjung ke tempat itu.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah perbaikan dan memperpanjang lintasan di Bandara Silangit yang berlokasi tidak terlalu jauh dari Danau Toba. “Kalau naik kendaraan, hanya sekitar 45 menit ke Danau Toba,” kata Gubernur. (ant)

Semarak Karnaval Batik Solo

Solo, Jateng - Ribuan warga menyemut di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Kota Solo, Jawa Tengah, untuk menyaksikan Solo Batik Carnival, Rabu (23/6) lalu. Meskipun karnaval dimulai sekitar pukul 15.00, warga Kota Solo dan sekitarnya serta wisatawan telah memadati jalanan sejak tengah hari hingga menciptakan lautan manusia.

Solo Batik Carnival (SBC) ini merupakan yang ketiga kali diadakan. Dengan mengambil tema ”Sekar Jagat”, yang merupakan nama motif batik klasik khas Solo, SBC berusaha menampilkan kekayaan flora dan fauna Nusantara yang menjadi ciri khas batik sekar jagat.

Jauh hari sebelum karnaval berlangsung, penyelenggara merekrut ratusan calon peserta dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Selama beberapa bulan mereka mendapat pengarahan dan pelatihan tentang merancang busana atau kostum bertema batik.

Para peserta juga diajari cara memeragakan busana. Berbagai gerakan koreografi harus dikuasai untuk bisa tampil di karnaval yang mengambil catwalk di sepanjang Jalan Slamet Riyadi dari Purwosari hingga Ngarsopuro.

SBC yang menjadi agenda rutin tahunan makin menguatkan Kota Solo sebagai kota budaya dan festival maupun sebagai kota batik. Hal itu sejalan pula dengan meluasnya usaha batik rakyat di kampung-kampung.

Semarak SBC tidak hanya harus dipertahankan, tapi juga harus dilaksanakan dengan lebih baik. Jangan sampai kreasi yang sudah susah payah dibuat malah tak bisa dinikmati karena penonton telanjur berbaur dengan peserta karnaval. (Iwan Setiyawan)

Kesenian Badawang Diharapkan Jadi Ikon Baru Kota Bandung

Bandung, Jabar - Selain kesenian Benjang Helaran dengan Bengberokannya, “Festival Ujungberung Ke-6” juga memperkenalkan kesenian Badawang. Kesenian berupa hasil penggalian seniman Ujungberung ini diharapkan semakin memperkaya ikon kesenian Kota Bandung asal Kec. Ujungberung.

“Selama ini kesenian Benjang Helaran dengan Bengberokannya sangat identik dengan Ujungberung, bahkan sudah mejadi ikon kesenian Kota Bandung. Karenanya, pada festival Ujungberung kali ini kami memperkenalkan kepada khalayak kesenian Badawang, yang tidak kalah uniknya dengan kesenian Benjang Helaran dengan Bengberokannya,” ujar Ketua BKPMK, Wawan Gunawan, yang juga selaku ketua pelaksana dan penggagas Festival Ujungberung, kepada “PRLM” disela-sela rangkaian acara “Ujungberung Festival Ke-6” di Alun-alun Ujungberung.

Dikatakan Wawan, meski kesenian Badawang disejumlah daerah dapat ditemui, namun masing-masing memiliki ciri khas. Semisal seni Badawang yang ada di Ujungberung, biasa ditampilkan dalam ajang seni helaran (pesta rakyat atau festival).

Seni Badawang adalah salah satu bentuk kesenian berupa raksasa bertubuh tinggi besar dengan muka menyerupai sosok raksasa ataupun tokoh jenaka. “Bentuknya tidak jauh beda dengan kesenian Ondel-ondel Betawi, tapi yang membedakan dari seni Badawang kita adalah tokoh yang ditampilkan biasanya tokoh pawayangan,” ujar Wawan.

Sementara, Jajat Sudrajat salah seorang seniman Ujungberung mengatakan Badawang merupakan gambaran tradisi totemistik masyarakat agama asli Indonesia walaupun dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam bentuk yang lebih lucu ataupun kocak.

“Berdasarkan latarbelakang sejarah, ditatar Sunda keberadaan Badawang disebut juga memeniran karena dilihat dari bentuk yang besar dan tinggi dilambangkan dengan manusia yang tubuhnya besar dan tinggi serta identik dengan orang barat yang dalam hal ini orang Belanda, karenanya disebut meneer,” ujar Jajat.

Musik pengiring untuk badawang biasanya mempergunakan jenis musik yang mudah dibawa seperti kendang, goong, bedug, terompet, dog-dog. Umumnya musik yang dibawakan tidak jauh berbeda dengan kesenian pencak silat, seperti musik padungdung, golempang, dan belakangan diiringi musik dangdut, pop sunda dangdut dan lainnya. (A-87/kur)

Argentina Vs Jerman di Tengah Kontroversi

Peraturan sederhana bagi setiap tim saat menjalani pertandingan di turnamen besar: jangan membuat kesalahan. Oh, dan sebaiknya juga berharap wasit tidak melakukan kesalahan fatal. Meksiko dan Inggris melanggar aturan itu, berkali-kali. Sialnya, wasit juga tidak bertugas dengan baik, mengesahkan gol ”off-side”ke gawang Meksiko dan menganulir gol Frank Lampard yang jelas-jelas sah.

Argentina akan menantang Jerman di perempat final, 3 Juli mendatang, meninggalkan Meksiko dan Inggris yang terluka, sebagian karena blunder wasit yang memalukan. Argentina menghancurkan Meksiko 3-1, Senin (27/6), dengan gol pertama yang dicetak Carlos Tevez jelas-jelas off-side.

Para pemain memprotes keras wasit Roberto Rosetti asal Italia dan asistennya. Namun, wasit tetap mengesahkan gol pada menit ke-26 itu. Tevez dalam posisi off-side menyundul bola tendangan Lionel Messi yang mengarah ke gawang Meksiko. Tayangan ulang televisi dan layar lebar di stadion semakin mempertajam kontroversi itu.

Tujuh menit kemudian, bek Meksiko, Ricardo Osorio, kehilangan bola dan direbut Gonzalo Higuain untuk mencetak gol kedua Argentina. Tevez mencetak gol kedua, kali ini indah dan tanpa kontroversi pada menit ke-52. Meksiko mendapat gol hiburan pada menit ke-71 melalui Javi Hernandez.

Kontroversi Tevez terjadi hanya beberapa jam setelah wasit asal Uruguay, Jorge Lorrionda, dan asistennya, Mauricio Espinosa, melakukan kesalahan fatal saat tidak melihat bola tendangan Lampard yang menerpa mistar memantul masuk melewati garis gawang sebelum memantul keluar. Oleh media, insiden ini disebut ”Blunder of Bloemfontein”. Inggris seharusnya menyamakan kedudukan 2-2 jika gol itu disahkan. Namun, mereka justru harus mengakhiri laga dengan dipermalukan Jerman, 1-4.

Pelatih Argentina Diego Maradona mengatakan, ia dengan senang hati menyambut kesempatan untuk sekali lagi bertarung melawan Jerman. ”Saya merasa seperti mengenakan seragam dan bermain sendiri,” kata Maradona dikutip AP.

Pelatih Meksiko Javier Aguirre menyatakan, dua kesalahan membuat timnya kalah pada pertandingan itu. ”Pada beberapa menit pertama, kami superior. Namun, ketika kami kebobolan sebuah gol yang jelas-jelas off- side, kemudian kami melakukan kesalahan di lini pertahanan. Dua kesalahan membuat perbedaan yang dramatis,” ujar Aguirre.

Dua kontroversi itu memicu desakan pada FIFA agar mengadopsi teknologi guna membatu tugas wasit. Dari dua insiden itu, Presiden FIFA Sepp Blatter melihat dengan mata kepala sendiri kejadian di Bloemfontein. Blatter terakhir kali menolak penggunaan teknologi untuk sepak bola.

Kontroversi

Banyak yang mengkritik, Blatter sangat sadar teknologi, misalnya dengan memakai Tweeter, untuk menjaga citranya. Namun, ia menutup telinga ketika teknologi ingin digunakan untuk menjaga citra sepak bola.

Dalam Tweeter-nya, Minggu, Blatter menyebutkan, ia tengah dalam perjalanan untuk menonton laga Inggris vs Jerman.

Jika Blatter berada di Stadion Free State, seharusnya ia melihat bola tendangan Lampard sudah melewati garis gawang. Mustahil orang tidak melihat, kecuali Lorrionda dan Espinosa. Blatter seharusnya juga menyaksikan tayangan televisi atas gol pertama Tevez dan mulai memikirkan teknologi untuk kebaikan sepak bola yang ia cintai.

Jangan terjebak dengan menyamakan keputusan wasit pada dua laga itu seperti kontroversi-kontroversi yang tercipta saat belum ada teknologi seperti zaman sekarang. Tidak ada yang tahu pasti apakah gol Geoff Hurst pada menit ke-101 ke gawang Jerman Barat bola benar-benar telah melewati garis gawang atau belum. Mustahil untuk mengatakan 100 persen bahwa hakim garis asal Soviet, Tofik Bakhramov, membuat keputusan benar atau keputusan salah.

Kasus di Afrika Selatan kali ini tentu sangat berbeda. Tendangan Lampard terbukti telah melewati garis gawang. Ini bukan revans Jerman atas gol tahun 1966. Ini gol Inggris yang sah. Wasit seharusnya melihat, hampir semua orang melihat, bahkan tanpa bantuan teknologi video.

Gol Tevez juga bisa dipastikan off-side. Praktis semua orang, kecuali Rosetti dan asistennya, melihat, Tevez orang terakhir di pertahanan Meksiko saat menyundul bola dari Messi. Fabio Capello telah merayakan gol Lampard, hanya untuk melihat dengan kecewa wasit tidak mengesahkannya. Para pemain Meksiko memprotes hakim garis, penonton juga melihat itu off-side, tetapi wasit mengesahkan gol itu.

Jika gol Inggris disahkan atau gol Argentina dianulir, jalan pertandingan akan berbeda. Inggris dan Meksiko tidak harus bermain lebih menyerang untuk mengejar gol, yang menimbulkan risiko terkena serangan balik dengan pertahanan terbuka.

Layak menang

Akan tetapi, di luar kontroversi gol Lampard yang tidak disahkan atau gol Tevez yang disahkan, Jerman dan Argentina layak memenangi pertandingan itu. Dua insiden itu tidak bisa menutup fakta bahwa Inggris memang bermain buruk di Piala Dunia kali ini, sementara Argentina lebih berkelas ketimbang Meksiko.

Jerman lebih muda, lebih terorganisasi, lebih bersemangat, lebih beruntung, lebih cerdas, serta lebih bertenaga daripada pasukan Inggris. Argentina lebih kreatif, lebih cepat, dan lebih segala- galanya ketimbang Meksiko.

Melihat permainan kedua tim, pertemuan antara Argentina dan Jerman di perempat final bisa dikatakan terlalu awal. Setidaknya, mereka seharusnya bertemu di semifinal. Ini partai ulangan 2006. Bagi Argentina, pertemuan kali ini merupakan kesempatan untuk melakukan revans atas kekalahan di perempat final 2006, yang diakhiri dengan perkelahian antarpemain kedua tim.

Maradona juga berkesempatan revans atas kekalahannya saat menjadi kapten Argentina melawan Jerman Barat pada final Piala Dunia 1990. Maradona berjanji, ia akan memilih pemain terbaik melawan Jerman. ”Kami melihat situasi dulu, lalu mencoba memilih pemain terbaik untuk menunjukkan bakat kami melawan Jerman. Ini akan menjadi tim yang menjamin kemenangan atas Jerman,” ujar Maradona. (MH SAMSUL HADI dari Johannesburg, PRASETYO EKO P)

Kerinci, Sekepal Tanah Surga yang Terabaikan

Oleh Irma Tambunan dan Ilham Khoiri

Kerinci, di perbatasan Jambi dan Sumatera Barat, bisa dibilang surga dunia wisata. Kawasan ini tak saja memiliki banyak pesona alam dan budaya, tetapi semuanya hadir bersama: gunung, danau, air terjun, kebun teh, hutan taman nasional, peninggalan bersejarah, dan seni tradisional.

Mari kita daki Bukit Kayangan, satu kawasan puncak di Sungai Penuh, pusat kota kabupaten yang telah dimekarkan dan berjarak 10 kilometer dari pusat kota.

Memandang ke arah barat, pepohonan rimbun memenuhi gugusan Bukit Barisan. Berpaling ke timur, Kota Sungai Penuh terhampar di sebuah lembah bepermukiman padat. Tampak pula Danau Kerinci dengan airnya yang kebiruan.

Di puncak bukit itu kita bisa merasakan udara dingin yang segar. Kabut dengan cepat menyelimuti seluruh pemandangan. Bak berada dalam dunia mimpi. ”Bukit ini jadi favorit wisatawan yang ingin menikmati seluruh kawasan Kerinci dari kejauhan,” papar Sofa, warga Sungai Penuh, awal Mei lalu.

Turun dari Bukit Kayangan, kita bisa menuju Kayu Aro, sentra pertanian hortikultura dan perkebunan teh di kaki Gunung Kerinci. Hamparan kebun teh tua membentuk petak-petak seperti motif beludru. Tak hanya menawan, kebun ini juga punya banyak keunikan.

Didirikan Belanda tahun 1928, Kebun Teh Kajoe Aro menjadi satu hamparan teh terluas di dunia, 2.624 hektar, yang mencakup 29 desa. ”Teh Kajoe Aro menjadi langganan para bangsawan di Eropa,” kata Saiful Kholik Tanjung, Asisten Kepala Perkebunan Teh PTPN VI di Kayu Aro.

Di atas beludru hijau itu, Gunung Kerinci terlihat gagah. Menjulang setinggi 3.805 meter di atas permukaan laut. Ini adalah gunung vulkanik tertinggi di Sumatera. Tak jauh dari kawasan ini terdapat Danau Gunung Tujuh pada ketinggian 1.950 meter di atas permukaan laut, sebagai danau vulkanik tertinggi di Asia Tenggara. Indahnya....

Kerinci terasa semakin sempurna ketika kita mengetahui bahwa daerah itu juga kaya akan seni dan budaya tradisional, terutama tari dan lagu, yang rutin digelar pada Festival Danau Kerinci di pelataran danau. Selain itu, ada pula sejumlah batu besar peninggalan zaman megalitik pada awal Masehi, Danau Kaca, Rawa Bento, Air Terjun Telung Berasap, dan Air Panas Sumurup.

Daftar wisata alam di Kerinci sekitar 20 obyek. Semuanya punya pesona kuat karena umumnya masih perawan alias terpelihara dengan baik.

Saking indah dan lengkapnya pesona alam di kawasan ini, muncul sebutan yang agak bombastis: Kerinci bagaikan sekepal tanah surga di dunia.

”Pokoknya, jangan mati sebelum ke Kerinci,” demikian pesan Bustomi (45), warga Gunung Tujuh, Kerinci.

Akses sulit

Sayangnya, berbagai potensi alam itu tak didukung infrastruktur memadai. Sarana pendukung seperti jalan raya, angkutan umum, dan penginapan kurang menunjang. Ini problem klasik yang menimpa banyak pengembangan wisata di Tanah Air. Soal akses jalan raya bisa menjadi masalah serius.

Kerinci saat ini bisa diakses dari tiga lokasi, yaitu dari Tapan dan Solok Selatan, Sumatera Barat, serta Bangko, Jambi. Di antara ketiga akses itu, hanya jalan dari Solok Selatan menuju Sungai Penuh yang kondisinya baik, walaupun berkelok-kelok. Sementara, dari Tapan dan Bangko, jalannya hancur-hancuran.

Jalan dari Kota Bangko menuju Kerinci sepanjang 60-an kilometer sudah lama rusak. Begitu pula ruas dari Tapan menuju Sungai Penuh. Lubang besar, aspal terkelupas dan retak-retak sangat mengganggu perjalanan.

Beberapa titik di jalanan yang berkelok-kelok di atas bukit itu juga longsor. Saat hujan deras, longsoran kerap menyelimuti badan jalan. Kendaraan sulit melintas, bahkan jika melintas bisa tertimbun reruntuhan tanah merah.

”Jalan di sini deg-degan terus. Takut tergelincir masuk jurang atau terkena runtuhan longsoran,” ujar Faisal, pengunjung dari Jakarta.

Sebenarnya ada juga transportasi udara, dari Bandar Udara Depati Parbo di Sungai Penuh. Setelah hampir tiga tahun ditutup, bandara itu belakangan ini beroperasi kembali.

Perjalanan udara dari Kota Jambi ke Kerinci dapat ditempuh satu jam saja. Namun, frekuensi penerbangannya rendah. Sebulan terakhir ini satu-satunya maskapai penerbangan dari Jambi menuju Kerinci, Riau Airlines, bahkan tidak lagi beroperasi, dari semula dua kali seminggu.

Transportasi umum lainnya juga minim. Untuk menempuh perjalanan darat selama 10-12 jam dari Jambi ke Kerinci hanya tersedia sejumlah minibus dan bus ekonomi. Tingkat kenyamanannya jauh dari memadai.

Hotel yang berfasilitas baik masih terbatas. Tapi, di Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, ada sejumlah rumah warga yang dijadikan home stay. Tamu bisa menginap di sana sambil larut dalam kehidupan warga yang sebagian besar bekerja sebagai petani sayur.

Lemahnya infrastruktur membuat pesona alam Kerinci menjadi terabaikan, bahkan seperti terisolasi. Akibatnya, Kerinci belum menjadi tujuan wisata favorit bagi wisatawan domestik, apalagi mancanegara.

Penurunan

Persoalan infrastruktur menyebabkan jumlah wisatawan asing ke Kerinci terus menyusut dalam tiga tahun terakhir. Menurut catatan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (DPOKP) Kerinci, tahun 2007 terdapat 2.629 wisatawan asing. Jumlah ini menurun menjadi 2.601 orang pada 2008, dan melorot lagi menjadi 2.267 orang pada 2009.

Menurut Kepala Dinas DPOKP Kerinci Arlis Harun, rata-rata 70 wisatawan mengunjungi sejumlah obyek wisata di Sumatera per hari, dari arah selatan. Ketika melewati Kota Bangko yang merupakan pintu gerbang menuju Kerinci dan Sumatera Barat, wisatawan asing umumnya memilih untuk meneruskan perjalanan ke Sumatera Barat. Soalnya, jalan dari Kota Bangko menuju Kerinci rusak berat.

”Banyak wisatawan yang batal mengunjungi Kerinci setelah tahu jalannya hancur. Bagaimanapun, infrastruktur memang jadi salah satu pertimbangan utama wisatawan,” tutur Arlis.

Ketua Asosiasi Agen Travel (Asita) Jambi Ali Siwon mengatakan, lebih dari 60 persen wisatawan yang berkunjung ke Kerinci datang dari Padang, bukan dari Jambi. ”Infrastruktur dari Padang jauh lebih baik sehingga wisatawan lebih nyaman menempuh jalur itu,” ujarnya.

Itulah fakta saat ini. Jika tak dibangun infrastruktur yang memadai, surga dunia tersebut tentunya akan terus terpinggirkan. Jargon ”jangan mati sebelum ke Kerinci” agaknya menjadi sebatas wacana saja.

Minat Pemuda Terhadap Budaya Minim

Sambas - Lunturnya dialek bahasa Melayu di kalangan generasi muda Malaysia patut menjadi pelajaran bagi kita. Miris dengan kondisi tersebut, mahasiswa Akademik Pengkajian Melayu (APM) Malaysia melakukan Studi Banding Budaya Melayu di Kabupaten Sambas selama seminggu.

Sebanyak 23 mahasiswa S2 tersebut berasal dari Universiti Malaya. Sabtu (12/6) lalu, mereka mengawali penelitiannya mengenai budaya Melayu di Desa Sebadi dan Desa Ratu Sepudak, Kecamatan Teluk Keramat.

Guna mendukung kegiatan tersebut, Dinas Pemuda Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Sambas mengenalkan situs sejarah budaya Sambas, diantaranya Istana Alwatzikoebillah Sambas, ziarah ke Makam Ratu Sepudak dan menyaksikan secara langsung seni tradisional, seperti Tari Otar-otar, Bekesah dan dialek bahasa Melayu. “Tak hanya itu, para mahasiswa juga menyaksikan seni Ratib Saman dan pertunjukan Alok Gambang,” kata Kabid Budaya Disporabudpar Kabupaten Sambas Sherly Nurlita SH didampingi Kasi Budaya Disporabudpar Kabupaten Sambas Tajili kepada Equator, Sabtu (12/3) saat melakukan kunjungan ke Desa Sebadi, Kecamatan Teluk Keramat dan Desa Kota Lama, Kecamatan Galing.

Ditemui terpisah, Dosen Pembimbing Mahasiswa APM Dr Sudarsono mengatakan, banyak hal mereka peroleh setelah berkunjung ke Kabupaten Sambas, seperti Tari Otar- otar dan Desa Kota Lama Kecamatan Galing, yang tidak banyak mahasiswa Malaysia mengetahuinya. “Kebudayaan lain, adalah mengenal tradisi adat pernikahan Melayu Sambas. Kami juga menyaksikan pagelaran Tari Ratib Saman, Mayong, Bubu, dan Tari Radat di Desa Sebadi,” jelasnya.

Menurutnya, tidak banyak mahasiswa yang tertarik mengambil Jurusan Budaya Melayu. Justru, banyak mahasiswa di Malaysia menekuni bidang teknologi. Akibatnya, tidak banyak generasi muda disana yang tahu mengenai kebudayaan Melayu yang sesungguhnya. Bahkan, di Malaysia dialek bahasa Melayu sudah jarang ditemukan. “Ada sebagian kecil perkampungan yang masih dihuni warga Melayu dengan mempertahankan tradisi yang ada. Sementara di pusat kota, bahasa Melayu yang ada sudah bercampur dengan bahasa Inggris,” ungkapnya.

Kondisi ini paparnya, terjadi karena banyak pemuda maupun pemudi mengenyam pendidikan di luar negeri. Sehingga bahasa Melayu dan bahasa Inggris sering digunakan masyarakat Malaysia secara bercampur-campur. “Seiring berkembangnya teknologi, semakin meredupkan minat masyarakat meneliti budayanya,” ucapnya.

Oleh karena itu lanjutnya, kunjungan ke Kabupaten Sambas bertujuan untuk mengenalkan para mahasiswa dan berminat mendalami bahasa, adat dan budaya Melayu di Sambas. “Hasilnya akan menjadi sebuah referensi mahasiswa, setelah melihat secara langsung kebudayaan Melayu Sambas itu sendiri,” tegasnya.

Hal senada diungkapkan Amin, Ketua Regu Mahasiswa Malaya. Ia kagum dengan semua yang disaksikan dalam kunjungan ke Kabupaten Sambas. Mulai dari keramahtamahan masyarakat hingga sambutan yang diberikan masyarakat. “Banyak pagelaran sudah disaksikan, begitu juga dengan jamuan makanya. Sungguh luar biasa,” pujinya.

Sementara itu, Kepala Dusun Kota Lama, Kecamatan Galing Marwan menyambut baik kunjungan mahasiswa Malaysia untuk melakukan pengkajian kebudayaan Melayu Sambas. Ia berharap hasil kunjungan mahasiswa dapat makin mengenalkan seni dan budaya Kabupaten Sambas ke mancanegara. (edo)

Tembang Jawa Awali Konser Gamelan di Alpen

London, Inggris - Tembang "Suwe Ora Jamu" mengawali konser gamelan Jawa yang digelar di panggung utama Place du Manoir, Martigny, di pusat kota Martigny, Kanton Valais, pegunungan Alpen, Swiss.

Konser tersebut mewakili Indonesia pada festival 5 benua "Festival des Cinq Continents" yang menampilkan berbagai macam jenis seni dan budaya dari mancanegara, demikian Pensosbud KBRI Bern Rizka Desinta dalam keterangannya yang diterima koresponden Antara London, Minggu.

Lebih dari 200 pengunjung ikut menyaksikan konser gamelan Jawa, yang dibawakan lima belas remaja, murid Sekolah Musik 1, 2, 3 Musique Sion, pimpinan Nicole Coppey.

Selain tembang "Suwe Ora Jamu", juga mengalun tembang Jawa lainnya seperti Kupu Kuwi dan Kagok Semarang yang turut memeriahkan konser tersebut.

Dalam sambutannya, Pimpinan Kelompok Musik Nicole Coppey, mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari Kedutaan Besar RI di Bern yang telah meminjamkan Gamelan Jawa kepala kelompok musik pimpinannya.

Konser Gamelan Jawa ini bukan yang pertama kalinya digelar Kelompok Musik pimpinan Nicole Coppey. Sebelumnya, Kelompok Musik pimpinannya telah menggelar konser serupa di Sion, Montreux dan di Bern, Swiss.

Salah seorang warga Indonesia yang telah tinggal selama 29 tahun di Kota Martigny, Ida Pellaud, menyatakan sangat terharu dan bangga, dapat mendengar suara gamelan Jawa di Martigny, alunan merdu yang telah lama tidak didengarnya. (H-ZG/A024)

Berbagai Tarian Tradisional Siap Ramaikan FDS

Jayapura, Papua - Berbagai tarian tradisional khas Papua siap meramaikan pesta budaya Festival Danau Sentani (FDS) III tahun 2010 yang akan digelar di bibir Danau Sentani, Kalkote, Kabupaten Jayapura pada 19 Juni hingga 23 Juni mendatang.

"Sedikitnya 1.600 penari tradisional Papua baik perempuan maupun laki-laki dengan berpakaian tradisional dari kulit kayu dan daun-daunan telah siap meriahkan pesta budaya, "Festival Danau Sentani " ke III tahun 2010," kata Ketua Panitia FDS, Anna O.S.H.Sawai, di Jayapura, Senin.

Ia mengatakan, berbagai persiapan pesta budaya telah dilakukan sejak awal tahun 2010 lalu, seperti persiapan fisik berupa lokasi pagelaran perhelatan akbar tersebut di Kalkote.

Selain itu juga telah digelar latihan berbagai atraksi seni-budaya khas Jayapura khususnya dan Papua pada umumnya.

Pada pembukaan FDS yang berlangsung di bibir danau Sentani, semua peserta akan berdiri atau duduk dengan disuguhkan panorama danau, serta berbagai tarian tradisional khas Papua yang dibawakan oleh putra-putri Papua.

"Sama seperti FDS sebelumnya, pekik sorak, gegap gempita ribuan penari tradisional membahana di Kalkote yang dipilih menjadi pusat penyelenggaraan pesta budaya tahunan itu," ujarnya.

Anna Sawai menjelaskan, pesta budaya tahunan ini bertujuan mendukung program Pemerintah di bidang kepariwisataan, melestarikan nilai-nilai budaya lokal untuk memperkaya khazanah budaya Nasional Indonesia.

"FDS bertujuan untuk mengangkat dan melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat asli Papua dan dikemas sedemikian rupa menjadi paket-paket budaya yang siap dijual kepada para wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisata domestik," katanya.

Begitu pula, lanjut Anna, FDS akan memperkenalkan potensi budaya Papua khususnya potensi wisata Kabupaten Jayapura kepada para wisatawan, mendorong pengembangan objek-objek wisata dan mendorong pertumbuhan dan pengembangan investasi khususnya industri pariwisata.

"Lebih dari itu, FDS bertujuan menjadikan Jayapura sebagai daerah tujuan wisata nasional yang handal," katanya.

Peserta yang akan memeriahkan pesta budaya tahun ini adalah masyarakat tradisional dari 24 kampung di Kabupaten Jayapura, dan mereka akan menampilkan berbagai tarian tradisional Papua.

Untuk itu, Ketua Panitia FDS, Anna O.S.H. Sawai mengajak semua lapisan masyarakat dan para wisatawan agar ikut menyemarakkan pesta budaya Danau Sentani yang sudah berlangsung sejak tahun 2008. (ALX/B010)

-

Arsip Blog

Recent Posts