Gempita Gianyar untuk Ubud Kota Terbaik

Denpasar, Bali - Penyelenggaraan Gempita Gianyar, festival seni, budaya dan peragaan busana tahunan yang ketiga pada 2-3 Juli 2010, sekaligus untuk merayakan terpilihnya Ubud, salah satu kecamatan di Bali, sebagai kota wisata terbaik Asia.

"Festival ini sebagai ajang apresiasi dan pelestarian seni budaya kita, sehingga selaras untuk sekaligus merayakan terpilihnya Ubud sebagai ’The Best City in Asia’," kata Bupati Gianyar Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Rabu.

Dalam penjelasan yang disampaikan di Denpasar, disebutkan bahwa penghargaan sebagai kota terbaik di Asia itu diberikan oleh majalah wisata Conde Nast Traveller yang berbasis di Amerika Serikat.

Bupati Cok Ace, panggilan akrab Tjokorda Oka Ardhana, mengaku sangat bangga bahwa Ubud, satu dari tujuh kecamatan di Kabupaten Gianyar, menarik perhatian dunia dan dianggap sebagai tempat tercantik di Asia.

"Ini merupakan predikat yang luar biasa dan perlu dirayakan oleh masyarakat bertepatan penyelenggaraan Gempita Gianyar tahun ini. Program kebanggaan ini dikemas melalui berbagai kreativitas, bertujuan mempromosikan daerah ini sebagai ’Bumi Kesenian Bali’," ucapnya.

Kabupaten Gianyar, khususnya Ubud, merupakan destinasi wisata seni dan budaya yang terjaga keindahan dan keasliannya. "Kami mengundang masyarakat luas, wisatawan dan peminat seni budaya, untuk datang dan menyaksikan Gempita Gianyar 2010," harapnya.

Perayaan yang diharapkan mampu menarik minat lebih dari 5.000 wisatawan dalam negeri maupun mancanegara itu, dikemas dalam empat acara utama, yakni atraksi budaya Tri Hita Karana, karnaval, makan malam ala kerajaan/puri dan pengenalan budaya bagi generasi muda.

Diawali atraksi budaya Gempita Gianyar berupa pergelaran kolaborasi tari dan musik Bali di atas panggung di Lapangan Astina, Ubud. Kegiatan ini bertema Tri Hita Karana, yakni keselarasan hubungan sesama manusia, dengan alam dan Tuhan.

Suguhan itu memadukan karya dan penampilan maestro-maestro tari asal Bali yang namanya harum hingga ke tingkat internasional, yaitu I Ketut Rina dan I Nyoman Sura. Kemudian dimeriahkan oleh penyanyi Ayu Laksmi dan Gita Gutawa, serta paduan maestro musik Bali oleh Anak Agung Oka Dalem dan Bona Alit.

Tri Hita Karana akan mempersembahkan sajian yang unik, inspiratif, sekaligus magis di bawah arahan Dewa Budjana dan Jay Subyakto, didukung oleh lebih dari 100 penampil di atas panggung.

Menurut Dewa Budjana, filosofi Tri Hita Karana menjadi dasar konsep pergelaran, sehingga diharapkan mampu melahirkan karya yang mendorong dan menunjukkan pentingnya keselarasan antar manusia, dengan alam dan Tuhan.

Melalui pertunjukan tersebut diharapkan dapat membentuk pemahaman akan wajah Bali yang utuh, mengingat masih banyak elemen budaya, karya seni dan insan-insan seni penuh talenta yang kurang dikenal oleh bangsa sendiri.

Budjana dengan kepekaan tinggi akan berupaya menyatukan seniman-seniman tradisional dengan musisi-musisi modern yang juga merupakan representasi dari generasi muda.

Ia akan membuktikan bahwa seni budaya otentik bangsa dapat dilestarikan secara ajeg, berpadu cantik dengan sentuhan masa kini dan menjadi pesta rakyat yang dapat dinikmati oleh semua orang.

Dengan tema "Kekinian Harus Berdasarkan Tradisi", pergelaran Tri Hita Karana ingin menggelitik pemirsanya dengan pesan bahwa seni dan budaya dapat dikembangkan sebagai sebuah keindahan, namun tetap terjaga keajegan tradisinya.

Disusul kegiatan bertema "Ubud Street Bash", yaitu karnaval musik dan busana yang dilakukan di jalan utama Ubud, mulai dari Puri Ubud dan berakhir di lapangan Astina.

Jumlah peserta diperkirakan mencapai 1.000 orang, di antaranya penampilan parade ogoh-ogoh persembahan dari tujuh kecamatan di Gianyar, parade dari peserta Ubud Festival dan peragaan busana oleh 22 perancang mode yang menggelar koleksi tenun Bali terbaik bernuansa "resort wear".

Para perancang busana yang akan memamerkan karya rancang kreatifnya adalah Chossy Latu, Denny Wirawan, Ivan Gunawan, Barli Asmara, Ali Charisma, Ari Seputra, Adesagi Kierana, Danny Satriadi, Angelica Wu, Dina Midiani, Dwi Iskandar, Enny Ming, Lenny Agustin, Malik Moestam, Monika Weber, Yenli Wijaya, Oka Diputra, Putu Aliki, Sofie, Tude Togog, Tjok Abi, Taruna K Kusmayadi, Defryco Audy dan Thomas Sigar.

Tema busana dari bahan tenun diangkat dalam misi untuk membangkitkan kembali hakikat luhur tenun daerah ini dengan berbagai sentuhan baru, baik dari sisi motif, desain dan kualitas.

Arak-arakan tersebut juga akan diiringi oleh kelompok-kelompok musik dan tari terbaik di Gianyar, seperti kelompok gong kebyar, bale ganjur dan sebagainya. Ubud Street Bash diharapkan menjadi ajang parade budaya terbesar di kampung seni itu.

Kemudian diselenggarakan "Youth Art Camp" (YAC), sebuah program pengenalan budaya bagi anak-anak muda usia 15-20 tahun yang memiliki minat untuk mempelajari seni, budaya dan tradisi Bali.

Selama lima hari empat malam, peserta YAC akan belajar langsung dari seniman dan budayawan Bali tentang nilai-nilai seni dan tradisi penting setempat. Peserta kegiatan itu juga akan ditampilkan sebagai pendukung pergelaran Tri Hita Karana.

Festival Gempita Gianyar ditutup dengan kegiatan "Peliatan Royal Heritage Dinner", yaitu jamuan makan malam elegan dengan penyajian ala kerajaan Bali yang diadakan pada 3 Juli 2010 pukul 19.30 Wita di Puri Agung Peliatan.

Jamuan makan malam berupaya mengangkat keagungan tradisi kerajaan Gianyar, dengan akar tradisi bersantap yang otentik, menyajikan hidangan khas Bali bercita rasa tinggi.

Acara tersebut mengundang kalangan terbatas yang terdiri jajaran pemerintah Gianyar dan Bali serta daerah-daerah sahabat, pemuka masyarakat setempat dan perwakilan berbagai pihak yang turut menyukseskan Gempita Gianyar 2010.

"Kami merancang Gempita Gianyar dengan mempertimbangkan semua aspek pelestarian sosial budaya Bali. Acara dirangkai secara bervariasi dan menyentuh berbagai unsur mulai dari seni tari, musik, busana dan bahkan penekanan pada pentingnya regenerasi dalam misi pelestarian keajegan seni dan budaya tradisional," kata Marayuna A. Nasution dari Sekar Saji Nusantara.

Sebagai sebuah lembaga nirlaba yang aktif dan konsisten dalam menggali potensi sosial budaya di Bali maupun daerah lain di Indonesia, Sekar Saji Nusantara tidak pernah kehabisan gagasan untuk mempromosikan kekayaan daerah Gianyar yang juga disebut sebagai Bumi Kahyangan-nya Bali.

Gempita Gianyar 2010 dipersembahkan melalui kerja sama antara Sekar Saji Nusantara dan Pemerintah Kabupaten Gianyar. Diselenggarakan oleh Pesona Disain Mamuli dan Dua Synergy Communications, didukung Bank Mandiri dan La Tulipe Cosmetiques. (JY)

-

Arsip Blog

Recent Posts