Bantimurung Menuju Wisata Edukasi

Maros, Sulsel - Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, yang terkenal sebagai habitat kupu-kupu, digagas menjadi kawasan wisata edukasi. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maros menyiapkan dana Rp 4 miliar agar konsep wisata edukasi berjalan mulai tahun ini.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maros, Ilham Azikin di Maros, Selasa (27/7/2010), mengatakan, konsep wisata edukasi telah dirancang sejak tahun lalu. Perencanaan konsep dipicu banyaknya keluhan dari para guru karena tidak ada pemandu yang menjelaskan kepada siswa tentang keanekaragaman hayati yang ada di taman nasional seluas 43.750 hektar itu.

”Belum optimalnya pemanfaatan taman nasional sebagai kawasan edukasi selama ini karena terkendala keberadaan tenaga pemandu ahli,” tutur Ilham.

Dengan biaya yang tersedia, saat ini dinas kebudayaan dan pariwisata telah mengikutsertakan 40 petugas Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TNBB) dalam pelatihan yang diberikan beberapa pengajar dari perguruan tinggi di Makassar.

Pelatihan itu diharapkan membuka wawasan petugas sehingga mampu menjelaskan soal keanekaragaman hayati kepada para pengunjung. Di TNBB yang terletak sekitar 40 kilometer arah utara Makassar itu diperkirakan hidup 526 spesies satwa liar, 73 jenis burung, lebih dari 100 jenis kupu-kupu, dan 302 spesies tanaman kelas Monocotyledonae dan Dicotyledonae.

Selain itu, konsep wisata edukasi juga akan dilakukan dengan menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) dan permainan-permainan guna menarik minat siswa. ”Kami akan bekerja sama dengan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi,” ungkap Ilham.

Konsep wisata edukasi itu juga didukung pengembangan yang tengah dilakukan Balai TNBB. Menurut Kepala Balai TNBB Agus Budiono, saat ini balai sedang membangun tempat penangkaran kupu-kupu baru seluas 7.000 meter persegi. Tempat penangkaran akan dilengkapi pula dengan fasilitas laboratorium untuk proses pengembangbiakan kupu-kupu.

Pengembangbiakan bertujuan untuk melestarikan jenis kupu-kupu endemik TNBB dan digunakan sebagai koleksi museum yang saat ini jumlahnya terus menurun karena rusak termakan usia. ”Kami juga menyiapkan 13 petugas pengendali ekosistem hutan untuk memberi informasi yang dibutuhkan pengunjung dan membina beberapa warga sekitar tentang pelestarian habitat kupu-kupu,” katanya. (riz)

-

Arsip Blog

Recent Posts