Junjung Duli, Tradisi Open House Kesultanan Deli

Medan, Sumut - Beragam cara dilakukan warga muslim di dunia dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri 1431 H. ’Junjung Duli’ misalnya, tradisi turun-temurun dari Kesultanan Deli yang dilaksanakan di hari pertama Iedul Fitri, setiap tahunnya.

“Dalam bahasa umum tradisi Junjung Duli bisa disebut sebagai open house. Jadi setiap hari pertama Idul Fitri, Sultan Deli berintraksi dengan seluruh masyarakat Melayu pada umumnya dan Melayu Deli pada khususnya. Ini sudah dimulai sejak Sultan Deli I,” jelas Wakil Sekretaris Umum Yayasan Sultan Makmun Al Rasyid, Tengku Moharsyah Nazmi yang ditemui di Balairung Istana Maimun Jalan Brigjend Katamso Medan, Senin (13/9).

Namun karena Sultan Deli XIV berhalangan hadir, kegiatan dipimpin oleh Pemangku Sultan Deli Tengku Hamdi Osman Delikhan yang bergelar Raja Muda Deli. Begitu pun kegiatan tetap berlangsung hikmat tanpa menghilangkan pesan dan makna yang terkandung di dalamnya.

Sekalipun diistilahkan dengan open house yang digunakan kalangan pejabat pemerintahan untuk sebuah kegiatan basa-basi dan pamer kemewahan belaka, Junjung Duli yang tahun ini dilaksanakan, Jumat (10/9) sarat dengan makna. Bagaimana perjuangan dari karakter suku bangsa khususnya Melayu Deli untuk tetap eksis di tengah gempuran modernisasi.

Seperti yang disampaikan Tengku Moharsyah Nazmi, tradisi ini diawali dengan Sultan Deli yang mendatangi Masjid Raya Al Mashun yang terletak di Jalan Sisingamangaraja untuk melaksanakan Salat Ied bersama keluarga kesultanan dan masyarakat Melayu Deli. Sesampainya di pintu masjid, Sultan akan disambut oleh Imam Besar Masjid Raya Al Mashun.

Saat di pintu, sultan akan berhenti sejenak mendengarkan takbir yang berkumandang. Hal itu dilakukan sebagai bentuk pengakuan akan sebuah kekuatan yang lebih besar dari dirinya, yaitu Allah SWT. Barulah Sultan masuk dan duduk pada saf yang sudah ditentukan. Sehabis shalat, Sultan pun bersalaman dengan jemaah yang hadir sebagai ucapan selamat atas keberhasilan melalui ujian satu bulan penuh. Kemudian Sultan kembali ke istana untuk melepas lelah.

”Masyarakat yang mengikuti Sultan dari Masjid Raya Al Mahsun akan disambut oleh para Bantara atau pejabat istana. Kemudian mereka diarahkan untuk memasuki ruangan Balairung Sri Utama,” tambahnya.

Masyarakat pun lanjutnya masuk dari dua pintu yang dibagi berdasarkan atas dua kelompok. Kelompok pria akan masuk dari pintu utama, sementara kelompok wanita masuk dari pintu Balairung Kanan Istana Maimun untuk kemudian duduk terpisah. Gambaran kuatnya tradisi Islam, Hijab dalam kebudayaan Melayu. “Karena Melayu sangat identik dengan Islam itu sendiri. Seperti salam kita hanya satu yaitu assalammualaikum,” tegas Nazmi.

Kemudian Bantara mengumumkan bila Sultan Deli siap untuk memasuki Balairung Sri Utama. Di situ Sultan akan didampingi oleh Datuk Empat Suku, satu kesatuan yang tidak bisa lepas dari Sultan Deli. Datuk Empat Suku ini sendiri memegang peranan penting dalam pengangkatan Sultan Deli meskipun tidak punya wewenang untuk menurunkan atau menggantikan Sultan.

Junjung Duli ini akan dimulai dengan penghaturan sembah sekaligus bersalaman kepada Sultan Deli oleh Datu Empat Suku diikuti pejabat istana, orang-orang bergelar, dan masyarakat khususnya kelompok pria. Setelah kelompok pria selesai menyampaikan penghormatan, giliran Sultan Deli yang bangkit untuk menemui kelompok wanita yang terdapat di bahagian belakang.

”Ini merupakan bentuk penghormatan Sultan Deli kepada kaum wanita yang dianggap sebagai sumber penerus garis keturunan kesultanan. Makanya Sultan yang mendatangi kelompok wanita tadi yang sudah menunggu untuk menyambut,” ucap pria berkulit putih ini.

Kegiatan pun dilanjutkan dengan makan bersama di ruang makan yang dipimpin oleh Sultan Deli. Bagian ini sekaligus puncak dari tradisi ‘Junjung Duli’ itu sendiri, dimana antara Sultan Deli, Datuk Empat Suku, Pejabat Istana, Orang Bergelar, dan masyarakat berbaur tanpa sekat untuk menyantap menu khas Istana Maimun yaitu lontong dan Roti Jala. Untuk tradisi ini setiap tahunnya pihak istana pun menyiapkan 500 hingga 700 porsi.

”Sebenarnya keluarga istana juga punya kegiatan di Hari Raya Idul Fitri seperti Halal Bil Halal, tetapi tidak wajib. Makanya di ‘Junjung Duli’ ini digabung dengan acara keluarga. Bagaimanapun Sultan Deli adalah milik dan penganyom masyarakat Melayu Deli, dan keluarganya hanya kerabat adat terdekat,” pungkasnya. (*)

-

Arsip Blog

Recent Posts