Perantau Minang Borong Kerajinan Silungkang

Minangkabau, Sumbar - Para perantau Minangkabau, Sumatra Barat (Sumbar) yang berdomisili di Jakarta rata-rata pedagang yang mudik ke Sumbar itu, nyaris memborong aneka kerajinan tangan anak nagari Silungkang, Kota Sawahlunto.

"Kepulangan perantau Minang dalam masa libur Idul Fitri tersebut sekaligus menjadi berkah bagi nagari Silungkang, dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi mikro," kata seorang pemudik asal Silungkang Zurial Nofdi (45), di Sawahlunto, Senin.

Menurut Zurial, sama dengan tahun-tahun sebelumnya, kepulangan para perantau tersebut selain mempererat silaturrahmi dengan sanak famili, mereka juga menyempatkan diri membeli aneka produk kerajinan anak nagari Silungkang.

Aneka kerajinan anak nagari Silungkang, katanya, cukup diminati perantau Minang di Jakarta guna mereka jual kembali untuk mendapatkan keuntungan khususnya di pasar Tanah Abang.

"Di pasar Tanah Abang, produk kerajinan asal Silungkang sangat diminati konsumen mulai dari sapu ijuk, sandal, cenderamata, tenunan Silungkang dan lainnya," katanya.

Sementara itu produk kerajinan Silungkang yang mereka beli diangkut dengan paket tiki, atau dibawa dengan kendaraan pribadi yang bernomor polisi dari daerah asal kedatangan mereka umumnya asal Jakarta, dan lainnya sebagian kecil juga berasal dari Surabaya dan dari Sumatra Utara.

Zurial mengatakan, aneka kerajinan Silungkang juga tenunan Silungkang masih dikelola oleh putra asli daerah itu sedangkan perajinnya berasal dari pemuda dan pemudi dari Nagari Kubang, Nagari Cangkok Ayam atau berada di sekitar Kota Sawahlunto.

Berdasarkan data Pemkot Sawahlunto, kota itu merupakan satu kota yang terletak 90 kilometer lebih dari kota Padang, Sumbar atau lebih dikenal dengan "kawasan kota tua", karena sejak dulu hingga kini, masih berdiri beberapa bangunan tua peninggalan kolonial Belanda yang usianya telah mencapai ratusan tahun.

Kini, beberapa di antara bangunan itu masih dijadikan sebagai rumah sakit umum Sawahlunto, perkantoran, serta sekolah. Kota Sawahlunto dapat ditempuh selama dua jam perjalanan dengan kendaraan pribadi ataupun bus umum.

Di kota itu, terdapat objek pariwisata yang dijadikan pusat pertambangan Sawahlunto pada abad ke-19. dan pada tahun 1880, penambangan batubara di Sawahlunto untuk pertama kali dikelola pemerintah kolonial Belanda yang bermula dari aktivitas pertambangan. Nama Sawahlunto mulai dikenal oleh dunia Internasional sebagai kota arang.

Guna menelusuri sejarah pertambangan itu, dapat dilihat dari sebuah lubang bekas tambang dengan ukurannya relatif besar. Pada awalnya, lubang bekas tambang itu hanya menjadi saksi bisu ekspansi pertambangan Sawahlunto masa pemerintahan kolonial Belanda. Namun sejak pertengahan tahun 2008, pemerintah Kota Sawahlunto menjadikan tempat ini sebagai tempat pariwisata sejarah di Sawahlunto. (F011/K004)

-

Arsip Blog

Recent Posts