Kunjungan Wisman ke Jatim Memasuki Low Season

Surabaya, Jawa Timur - Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Jawa Timur pada kuartal I 2009 memasuki "low season", hal ini karena tren mereka untuk berwisata biasa dilakukan menjelang tahun baru atau ketika memasuki kuartal III tiap tahunnya.

"Tren saat ini hingga April mendatang, kunjungan wisman ke Jatim tidak sebagus pencapaian Desember 2008. Saat itu, Jatim memberi kontribusi sebesar 2 persen terhadap jumlah wisman secara nasional sebesar 610.400 orang," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim, Yulianto Sochebu, di Surabaya, Rabu malam.

Menurut dia, kunjungan wisman saat "low season" saat ini tidak bisa dikatakan menurun, karena kedatangan mereka selalu berdasarkan musim.

"Jika tidak ada acara khusus seperti 'Conference Climate Change' dan 'Asean Beach Game' tahun lalu, tren selama Januari hingga April memasuki musim rendah kedatangan wisman (low season)," ujarnya.

Ia menambahkan, setelah itu pada bulan Mei sampai Agustus termasuk kategori musim kedatangan tinggi "high season". Sementara, pada bulan Juli, Agustus, dan Desember merupakan musim puncak kedatangan "peak season".

"Angka kunjungan wisman tahun 2008 pada bulan Juli, Agustus, dan Desember mencapai masing-masing 567.400 orang, 599.500 orang, dan 610.400 orang," katanya.

Ia menyatakan, adanya "low season" ini juga dipengaruhi rencana wisman yang akan berwisata setelah kuartal I tahun ini. Hal itu dikarenakan, anggaran mereka untuk berwisata telah digunakan saat akhir tahun lalu.

"Artinya, kini mereka masih mengumpulkan anggaran untuk bisa berwisata pascakuartal I/2009 atau menjelang akhir tahun ini," ujarnya.

Di sisi lain, terkait pencapaian jumlah kunjungan wisman ke Jatim selama Januari 2009, lanjut dia, saat itu provinsi ini menerima kedatangan sekitar 2 persen dari jumlah wisman secara nasional 473.200 orang," katanya.

"Pada tahun ini, kami optimistis kontribusi Jatim ke jumlah kunjungan wisman nasional bisa mencapai di atas 2 persen," katanya.

Untuk mencapai target tahun ini, kata dia, akses penerbangan di Jatim ikut memicu minat wisman. Seperti adanya akses penerbangan Jakarta-Malang yang baru dibuka maskapai Garuda Indonesia 16 Januari 2009 dan rute penerbangan Surabaya-Jember oleh Merpati, Pelita Air, dan Lion Air.

"Wisman asal Singapura dan Malaysia sangat berpotensi menjadi target untuk datang ke Jatim. Khususnya, untuk mengembangkan peluang bisnis peternakan, pertanian, dan agrobisnis di daerah wisata seperti Tretes di Batu-Malang, Blitar, dan Jember," katanya. (Ant/OL-03)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com (5 Maret 2009)

Turisme Dunia: Indonesia Urutan 81, Singapura Top Ten

Tokyo - Industri pariwisata Indonesia menurut catatan terbaru yang dikeluarkan The Travel and Tourism Competitiveness Report 2009, berada di urutan 81 dunia, sedangkan Singapura, sesama negara anggota ASEAN, berhasil masuk dalam sepuluh besar (top ten) dunia.

Demikian hasil riset kelompok "thin tank" World Economic Forum, yang berbasis di Swiss, Rabu. Data yang dikumpulkan The Travel and Tourism Competitiveness Report berdasarkan data yang dipublikasikan dan berbagai masukan dari para pemimpin bisnis internasional.

Untuk negara-negara ASEAN, Singapura menempati urutan pertama, berturut-turut diikuti Malaysia (menempati posisi ke-32 dunia), Thailand (rangking 39), Brunei Darussalam (69), Indonesia (81), Filipina (86), Vietnam (89), dan Kamboja di peringkat 108.

Peringkat Top Ten berturut-turut diperoleh Swiss, Austria, Jerman, Perancis, Kanada, Spanyol, Swedia, Amerika Serikat, Australia, dan Singapura.

Singapura merupakan satu-saatnya negara di Asia yang berhasil masuk sepuluh besar, mengalahkan Hong Kong yang berada di peringkat 12, dan Jepang di urutan 25. Sedangkan Korea Selatan berada di posisi 31, Taiwan (41), China (47), dan India peringkat 62.

Tahun 2009 mengambil tema `Managing in a Time of Turbulance" yang merupakan refleksi terhadap kesulitan yang dihadapi industri pariwisata di dunia, menyusul krisis ekonomi yang sedang menaungi dunia.

"Kajian ini bertujuan memperlihatan faktor-faktor yang membuat industri pariwisata tetap aktraktif dari setiap negara," kata Jenifer Blanke, ekonom senior dari World Economic Forum`s Global Competitiveness Network.

Menurut Blanke, negara-negara yang masuk dalam Top Ten telah menunjukkan pentingnya regulasi dan dukungan kegiatan bisnis yang bisa mendukung bertumbuhnya industri turisme menjadi berkelas dunia.

Fokus penilaian didasarkan pada kualitas sumber daya manusia dalam memahami turisme, keramahan, fasiitas transportasi, tempat-tempat tujuan wisata yang menarik dan menjadi warisan budaya dunia, serta kebijakan dari pemerintahnya dalam mendukung dunia turisme.

Swiss, Austria dan Jerman merupakan tiga negara utama yang terkenal dengan lingkungannya yang sangat atraktif bagi pengembangan dunia pariwisata.

"Meskipun banyak ketidakpastian sampai berapa lama krisis ekonomi ini akan berlanjut dan seberapa dalam dampak yang dihasilkannya, namun sejarah menunjukkan dunia turisme (tetap) mampu mendatangkan keuntungan," kata Ufi Ibrahim, Chief Operating Officer dari The World Travel & Tourism Council (WTTC).

Sumber: http://antara.co.id (5 Maret 2009)

Wisata Kepulauan Banyak Kendala

Jakarta - Pemerintah pusat berniat menghidupkan kembali wisata bahari di Kepulauan Seribu. Namun, usaha itu masih terkendala oleh buruknya infrastruktur dan banyaknya sampah dari daratan. Jumlah pengunjung juga turun drastis.

”Pemerintah pusat berniat menjadikan Kepulauan Seribu sebagai salah satu tujuan wisata internasional. Sebagai langkah awal, pemerintah akan memilih pulau-pulau yang potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata,” kata Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Firmansyah Rahim seusai bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Rabu (4/3) di Balaikota DKI Jakarta.

Menurut Firmansyah, pengembangan pariwisata di Kepulauan Seribu akan dipersiapkan selama sepuluh tahun ke depan. Pemerintah pusat menyediakan dana dalam APBN untuk pengembangan fasilitas dan infrastruktur transportasi agar kawasan itu lebih mudah diakses wisatawan mancanegara.

Bupati Kepulauan Seribu Abdul Rachman Andit mengatakan, Kepulauan Seribu memiliki 110 pulau dan 45 pulau di antaranya punya potensi wisata. Sampai saat ini baru 11 pulau yang dikembangkan menjadi pulau wisata.

Sayangnya, kata Abdul, dari 11 pulau yang dikembangkan sebagai pulau wisata, ada empat pulau yang mati suri karena menjadi kotor dan jarang dikunjungi oleh wisatawan.

Pulau wisata yang banyak tercemar sampah dan limbah adalah Pulau Matahari, Pulau Pelangi, Pulau Bira, dan Pulau Pantara. Sedangkan pulau wisata yang masih sering dikunjungi wisatawan adalah Pulau Bidadari, Pulau Kotok, Pulau Putri, Pulau Sepa, dan Pulau Air.

Sampah plastik dari Jakarta dan sekitarnya merupakan masalah utama yang mengotori pantai-pantai di Kepulauan Seribu. Sedangkan pencemaran karbol dari kapal-kapal besar yang hendak berlabuh juga merusak biota laut dan pantai, terutama di Pulau Pari. Pencemaran ini dapat terjadi tiga kali dalam setahun.

”Dulu Kepulauan Seribu memiliki keanekaragaman hayati ketiga terbaik di dunia, sekarang ketiga yang terkotor,” katanya.

Abdul mengatakan, perusakan lingkungan itu diperparah dengan penggunaan bom dan potasium oleh nelayan untuk mencari ikan. Hal ini menyebabkan terumbu karang yang tersisa hanya sekitar 30 persen. Dampaknya, wisatawan ke Kepulauan Seribu anjlok dari 180.000 orang tahun 2007 menjadi sekitar 50.000 orang pada 2008.

Infrastruktur
Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, dan Ketahanan Pangan DKI Jakarta Edy Setiarto mengatakan, dari analisis yang pernah dilakukan Pemerintah Provinsi DKI, ada 25 pulau yang layak dikembangkan sebagai pulau wisata. Pulau-pulau itu memiliki daya tarik wisata yang layak dijual dan mudah diakses.

Pemprov DKI sebenarnya sudah mulai membangun infrastruktur pendukung, seperti listrik, telepon, bandara, dan dermaga. Namun, infrastruktur itu belum dapat menjangkau semua pulau yang akan dikembangkan sebagai pulau wisata.

Kepulauan Seribu sudah memiliki bandara yang dibangun pada 1990 sepanjang 930 meter. Namun, menara bandara dalam kondisi rusak dan tidak dapat digunakan. Pemerintah akan memperbaiki menara dan memperpanjang landasan pacu di bandara itu menjadi 1.400 meter agar dapat didarati pesawat besar. Dana yang dipersiapkan untuk perbaikan bandara sampai tahun 2011 mencapai Rp 180 miliar. (eca)

Sumber: http://cetak.kompas.com (5 Maret 2009)

Menbudpar Buka Pekan Budaya Iran di Museum Nasional Jakarta

Jakarta - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Ir. Jero Wacik bersama Duta Besar (Dubes) Iran untuk Indonesia Behrooz Kamalvandi membuka Pekan Budaya Iran di Museum Nasional Jakarta, Selasa (3/3). Pekan Budaya Iran yang akan berlangsung dari tanggal 3 hingga 10 Maret 2009 itu merupakan hasil kerjasama Kedubes Iran di Jakarta dengan Depbudpar dalam meningkatkan apresiasi seni budaya kedua negara.

Dalam Pekan Budaya Iran tersebut digelar serangkaian acara antara lain pegelaran musik tradisional Iran, pemutaran film, pameran kaligrafi dan seni lukis kontemporer, serta pameran obyek wisata dan kerajian masyarakat Iran.

Seusai membuka acara Menbudpar Jero Wacik akan menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bidang kebudayaan yang dilakukan oleh Dirjen Sejarah dan Purbakala Hari Untoro Drajat dengan Dubes Behrooz Kamalvandi. Indonesia-Iran telah menandatangani Cultural Agreement sebagai kerjasama bidang kebudayaan tahun 1971, kemudiankerjasama tersebut dibuat kembali dan ditandatangani oleh Sekjen Depbudpar Dr. Sapta Nirwandar dan Deputi Menteri untuk Asia Pasifik dan CIS Kementerian Luar Negeri Iran Mehdi Safari pada 10 Mei 2006 saat lawatan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad ke Jakarta.

Pada acara itu Menbudpar bersama undangan akan menyaksikan cuplikan film-film Iran yang akan ditayangkan dalam acara pekan budaya tersebut. Untuk memeriahkan acara penayangan film tersebut, Kedubes Iranmendatangkan 20 artis ternama dari Iran mereka akan melakukan dialog dan berbagi pengalaman dengan masyarakat dan insan film di Jakarta.

Menbudpar Jero Wacik dalam sambutannya mengharapkan agar kerjasama kebudayaan, khususnya di bidang industri perfilman antara Indonesia dan Irandi masa datang terus ditingkatkan. Banyak film dari Indonesia dan Iran sama-sama masuk dalam nominasi sebagai pemenang di sejumlah festival film internasional. Hal ini menunjukkan tingginya perhatian pemerintah kedua negara terhadap industri film nasionalnya agar terus memproduksi film-film yang berkualitas.

Untuk kerjasama bidang pariwisata telah ditandatangani MoU on Tourism pada 16 Desember 2002, adapun sebagai tindak lanjut dibentuk The First Working Group Meeting on Tourism Between Indonesia-Iran, hasilnya telah dituangkan dalam bentuk Minutes of Meeting yang telah ditandatangani pada tanggal 8 Februari 2006. (Pusformas)

Sumber: http://www.budpar.go.id (5 Maret 2009)

Tale Kerinci Tergerus Akulturasi

Jambi - Seniman dan budayawan Jambi asal Kerinci Azhar Mj mengaku prihatin terhadap kondisi seni Tale Kerinci, yang mulai hilang akibat tergerus akulturasi.

Tale Kertinci adalah nyanyian khas Kerinci yang memiliki ciri dan tipikal unik dan khas pada cengkoknya yang berbeda dari berbagai bentuk dan jenis seni nyanyian lainnya di dunia. "Sebagai seniman saya prihatin melihat album-album musik Kerinci yang muncul sekarang ini. Labelnya ditulis Tale Kerinci tapi isinya justeru tidak mencirikan karya itu adalah lagu Tale tapi hanya lagu dangdut atau pop yang berbahasa Kerinci," kata Azhar Mj, di Jambi, Jumat (24/12).

Padahal, Tale telah membuktikan kepada dunia tentang begitu tingginya peradaban masyarakat Kerinci di masa lampau. Hal itu terpancar dari warisan kebudayaan seni Tale yang memiliki ciri cengkok unik dan khas yang tidak sama dengan dengkok berbagai jenis seni nyanyian lainnya.

Azhar menjelaskan, seni nanyanyian Tale adalah produk asli kebudaaan masyarakat Kerinci, yang mencerminkan penyatuan nilai estetika yang dimiliki setiap individu masyarakat Kerinci di masa lampau dengan alam lingkungan dan peri kehidupannya yang elok permai.

Cengkok Tale Kerinci terbangun oleh kondisi tersebut. Pakem nada pentatonik yakni do re mi so la yang menjadi cirinya adalah wujud jati diri masyarakat Kerinci yang digambarkan dalam nada yang selalu berayun-ayun seperti angin, atau mendayu-dayu seperti alam pebukitan, pengunungan, hutan, ladang, sawah danau, sungai dan lainn sebagainya.

Pemadangan alam yang elok itu termanifestasikan dengan sendirinya dalam pola nyanyian Tale yang syairnya berupa kalimat-kalimat sastrawi berisi pengekspresian jiwa secara spontan. "Pakem pola nada atau cengkoknya itu jelas berbeda dengan cengkok lagu dangdut ataupun lagu melayu, lagu Arab, lagu India. Apalagi dengan lagu pop kotemporer saat ini," ujarnya.

Dalam catatan Azhar, seniman Kerinci terakhir yang berhasil mempertahankan pakem cengkok Tale tersebut dalam gubahan-gubahan karyanya adalah Atmajar Idris yang berkarya dalam kurun waktu 1980-1990.

Sementara itu seniman Jambi yang masih berkarya lagu Tale tersebut hingga kini adalah Azhar Mj dan Zurhatmi Ismail. Tale Kerinci diperkirakan telah seusia dengan seni nyanyian Kidung atau Nembang di Jawa, atau Nyinden di Sunda. Lebih tua dari seni nyanyian Kaba'i Sumatra Barat, atau seni Mantau masyarakat Dayak.

Seperti Kidung, Nembang dan Nyinden, Cengkok Tale juga menyatu dengan suasana alam dan emosi masayrakat pemiliknya. Namun, berbeda dengan nasib Kidung, Nembang dan Nyinden, yang masih tetap terus bertahan dan mampu dipertahankan masyarakat pendukungnya sebagai harta pusaka warisan budaya leluhur, Tale Kerinci justru semakin hilang tergerus zaman, kalah dari deraan akulturasi atau inkulturasi budaya luar.

Karena itulah Azhar mengkritik keras karya-karya senima musik di Kerinci dewasa ini yang lebih suka memakai jenis musik dangdut dengan memakai bahasa lokal masyarakat Kerinci. "Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, bisa karena rendahnya pengetahuan si seniman atau bahkan mungkin tidak punya pengetahuan samasekali terhadap pakem-pakem lagu tradisi tale," ujarnya.

Bisa juga karena memang si seniman berniat ingin menghancurkan akar tradisi itu dan menggantinya dengan bentuk lain sesuai seleranya sendiri. Jika tidak mau ciri yang menjadi jati diri tradisi negeri tersebut hilang ditelan modernisasi, Pemda harus segera melakukan upaya-upaya penyelamatan kongkrit. Pendidikan dan pengetahuan kebudayaan generasi harus kembali direvitalisasi.

Kaset atau cakram yang sebelumnya berlabel Tale Kerinci harus segera dicabut peredarannya atau diganti label identitasnya tersebut, semisal mengganti judul album dari Tale Kerinci menjadi lagu dangdut berbahasa Kerinci atau lagu pop berbahasa Kerinci.

"Hal itu jauh lebih bijak, daripada terus menjerumuskan masyarakat dalam ketidaktahuannya dengan pengertian yang salah tersebut. Kritik dan saran itu sudah saya sampaikan kepada Bupati Kerinci dan Kadis Budpar Provinsi Jambi maupun kabupaten Kerinci," tandas Azhar.

Saat ini, setiap tahunnya rata-rata dua album lagu Kerinci selalu diluncurkan dengan label Tale Kerinci para artis Kerinci, baik lagu-lagu karya terbaru maupun lagu lama dengan aransemen baru, baik album tunggal maupun kompilasi. Umumnya album-album tersebut direkam di Padang, Medan dan Jakarta. (Ant/OL-2)

Eksistensi Budaya Daerah Tergantung Ketahanan Budaya Masyarakat

Cirebon, Jawa Barat - Eksistensi adat dan budaya lokal suatu daerah dipengaruhi ketahanan budaya masyarakat setempat dari pengaruh budaya asing. Hal itu dikata Sri Sultan Hamengku Buwono X di Cirebon, Kamis (5/3).

Sultan dalam orasi budaya saat menghadiri upacara adat Awit Muni Gong Sekati di Keraton Kesultanan Kanoman Cirebon mengatakan semakin rendah derajat budaya ketahanan masyarakat pendukungnya, maka semakin kuat budaya asing yang masuk. Di hadapan Sultan Kanoman Cirebon ke-12 Sultan Raja Mohammad Emirudin serta ribuan warga Cirebon dan sekitarnya, Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu mengatakan dalam proses akulturasi budaya tidak selalu berlangsung dalam dua arah berimbang, tetapi bisa terjadi salah satu budaya berpengaruh dominan dan mematikan budaya yang lain.

Karena itu, Sultan HB X yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini mengingatkan agar pemerintah daerah, masyarakat adat dan pihak keraton untuk selalu kreatif dan "gelisah" dalam memelihara budaya setempat. "Tanpa tekanan eksternal pun kebudayaan harus selalu kreatif dan ’gelisah’, karena tanpa itu kebudayaan lokal akan mati dengan sendirinya," katanya.

Ia berharap para pemuka adat khususnya pihak keraton mampu melakukan reposisi dan pembaharuan agar mampu menangkap makna di balik berbagai budaya dan upacara adat. Secara khusus, Sultan HB X mengingatkan bahwa upacara Sekaten atau Panjang Jimat akan punah atau terasing dari komunitas lokal, jika masyarakat tidak lagi punya tradisi kebanggaan terhadap peninggalan para wali yang mensyiarkan ajaran Islam itu. "Saya sangat berharap upacara Sekatenan di Cirebon ini dapat menjadi ’ikon’ religius kultural Cirebon," katanya.

Sultan juga mengatakan rangkaian upacara Sekaten dapat menjadi ’energi kerakyatan’ yang mampu mendorong kehidupan ekonomi rakyat, serta menjadi ajang hiburan rakyat yang murah di tengah hiruk pikuk politik yang sedang berlangsung. (Ant/OL-06)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com (6 Maret 2009)

Java Jazz Dimulai Hari Ini

Jakarta - Deretan manusia berbaris mengular di suatu sudut Hotel Sultan Jakarta, Rabu sore lalu. Mereka hendak menukar kuitansi pembayaran dengan lembar tiket untuk masuk ke area Java Jazz Festival 2009 di Jakarta Convention Center, Jumat, Sabtu, dan Minggu ini.

Arya Anandika, 28 tahun, karyawan perusahaan konstruksi terkemuka, termasuk salah satu pengantre. Ini hari kedua dia datang ke sana. "Kemarin ramai sekali, jadi saya menunda mengambil tiket," ujarnya.

Keputusan itu mengantarkannya ke barisan orang yang justru lebih banyak. Di antara pengantre yang ditanyai Tempo, ada yang sudah menunggu lima jam sejak tengah hari. Paling cepat dua setengah jam.

Demikianlah antusiasme publik terhadap festival jazz ini sudah membuncah. "Ini bukan festival jazz terbesar di Asia. Ini terbesar di dunia," kata CEO Java Jazz Festival Peter F. Gontha, kepada Tempo. Ratusan kelompok dan penampil solo sudah dikonfirmasi bakal tampil. Nama-nama tenar berderet.

Besarnya festival ini membuat pemerintah mensponsori melalui Departemen Perdagangan. "Ini mengangkat citra Indonesia, juga potensi-potensi industri kreatif kita," kata Menteri Mari Elka Pangestu. Menurut Peter, ini pertama kalinya lembaga pemerintah ikut menjadi sponsor Java Jazz. "Ini suatu pembaruan," ujarnya.

Pemerintah DKI Jakarta tak ketinggalan. Mereka memberi keringanan pajak reklame sebagai kompensasi dari aksi sosial dan pencitraan Jakarta sebagai tempat pertemuan musisi jazz internasional. Selain itu, karena mengundang wisatawan asing.

Selain menghadirkan musisi tenar dunia, Java Jazz juga akan diramaikan oleh penampil-penampil dari India, Arab Saudi, Libya, Cile, Norwegia, Jepang, Meksiko, dan lainnya. Sebagian di antara mereka akan meramaikan panggung "World Music". Di panggung itu, para musisi, termasuk dari Indonesia, memperdengarkan musik-musik bernuansa etnik.

Ada banyak panggung memang. Penonton akan memperoleh berbagai pengalaman musik di berbagai pojok. Dari musik piano bernuansa intim dengan penonton di Ruang Merak, panggung lobi yang diisi musisi-musisi muda bergantian tiap jam, hingga klinik musik.

Selain kegiatan musik, ada pula kegiatan lingkungan. Bersama para musisi, pada Sabtu siang, panitia menanam pohon bakau di pesisir pantai Jakarta. Parkir khusus disediakan bagi penonton yang bersepeda.

Kali ini sponsor utama Java Jazz berganti. Dari perusahaan rokok, kini perusahaan telekomunikasi Axis menjadi sponsor utama, dengan kontrak hingga tiga tahun ke depan. Perubahan sponsor ini membuat musisi-musisi muda "bawah umur" boleh tampil di Java Jazz.

Pengamat musik Bens Leo, kepada Tempo, mengaku gembira dengan perkembangan ini. Salah satu penampil yang ia sokong, The Young Prodigies, pun boleh tampil. "Umur mereka 12 sampai 16 tahun," kata Bens.

Mulai hari ini, antrean panjang pun berpindah ke mulut pintu masuk tempat pertunjukan. (IBNU RUSYDI)

Sumber: http://www.tempointeraktif.com (6 Maret 2009)

Altar Tian, Altar Utama Kelenteng

Jambi – Setiap kali masuk ke kelenteng, yang kali pertama terlihat pasti sebuah altar. Letaknya yang persis di depan pintu membuat siapa pun yang masuk pasti melihatnya begitu masuk.

Ternyata penempatan itu bukan tanpa sebab. Altar ini dianggap istimewa, makanya diletakkan di tengah pintu masuk. Altar itu disebut dengan altar tian.

Keistimewaan altar tian ini terlihat dari bentuknya. Altar tian selalu dibuat lebih tinggi daripada altar lainnya. Sebab altar ini digunakan untuk menyembah dewa langit. Karena secara filosofis langit di atas, maka altar tian ini juga harus lebih tinggi daripada altar lainnya dalam kelenteng.

Altar tian itu adalah meja yang terletak pada pintu kelenteng. Altar tian ini selalu ada pada setiap kelenteng. Baik ia kelenteng Buddha ataupun Konghucu.

Ukuran altar tian ini beragam. Semua tergantung pada kelentengnya. “Kalai kelentengnya besar maka altar tian ini bisa dibuat besar, begitu juga sebaliknya, “jelas Aguan (38), juru kunci Kelenteng Hok Liong Kiong, Kotabaru kemarin. Tidak ada patokan ukuran dalam membuat altar tian ini.

Begitu juga bahan untuk membuat altar tian. Bahan pembuatan boleh dibuat dari kayu atau semen dengan membentuknya seperti meja. Yang terpenting dalam altar tian ini adalah posisinya. Altar ini harus selalu berada di pintu kelenteng. "Dan yang penting adalah altar tian harus lebih tinggi daripada altar lainnya,"begitu kata Aguan.

Lebih jauh Aguan menjelaskan, altar ini ada juga mempunyai pantangan tertentu. "Sekali altar tian dipasang, pantang dipindah, digeser atau bahkan dibongkar,"tandasnya. Selain itu demi menjaga kesakralannya, pembersihan juga hanya boleh sekali dilakukan dalam setahun. "Biasanya pembersihan dilakukan saat hari besar tertentu,"imbuhnya.

Di atas altar tian ini beberapa perlengkapan doa ditempatkan. Di antaranya lampu minyak, lilin, serta tiga gelas kecil yang berisi air teh. Ketiga benda yang diletakkan di atas altar tian itu bukan tanpa makna.

Lampu minyak dan lilin disimbolkan sebagai cahaya untuk menerangi kehidupan umat. Dengan penempatan di altar tian ini, dewa dipercaya bisa ketenangan hati dan jiwa yang pada umatnya. Makanya lampu minyak dan lilin itu menyala setiap hari.

Sementara tiga gelas teh di altar adalah persembahan untuk dewa. Air teh tersebut harus diganti setiap hari. Persembahan untuk dewa memang harus setiap hari, makanya juga saban hari diganti.

“Tiga gelas teh ini khusus untuk minuman dewa langit, setiap hari harus diganti, supaya tetap steril, “tukas Tangki (juru kunci) ini. (cr8)

Sumber: http://202.152.33.84 (6 Maret 2009)

Mayoritas Sarana Wisata di Badung Bukan Milik Orang Bali

Badung, Bali - Sarana pariwisata, baik berupa hotel, maupun restoran yang berada di Kabupaten Badung, mayoritas dikuasai warga negara asing atau pendatang dari luar Bali.

"Orang asing tersebut, mulai dari yang bertindak selaku pemilik, sampai ke yang mengelola atau manajemen dari sederet hotel dan restoran yang umumnya besar dan megah di Badung," kata Kabag Pembinaan Obyek dan Sarana Pariwisata Badung Drs Anak Agung Raka di Sempidi, Kabupaten Badung, Rabu.

Ia menyebutkan, kehadiran orang asing di sektor andalan Pulau Dewata itu tentunya menjadi kurang menguntungkan bagi pendapatan masyarakat lokal yang lebih banyak bergerak di bidang yang lainnya.

Melihat itu, Pemkab Badung kini berupaya keras untuk dapat mengembangkan dunia pariwisata yang langsung menyentuh masyarakat lokal di desa-desa.

"Dengan kata lain, obyek dan sarana pariwisata yang dapat menarik kunjungan para pelancong akan diarahkan ke desa-desa," katanya.

Sejauh ini, kata Raka, pihaknya sudah menginventarisasi desa-desa yang dimungkinkan untuk dapat dikelola dan dikembangkan sebagai obyek wisata pedusunan yang memiliki daya tarik tersendiri. ABI - Sumber : Ant

Sumber: http://regional.kompas.com (6 Maret 2009)

Candi Borobudur Akan Difilmkan

Magelang, Jawa Tengah - Objek wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko akan difilmkan. Ini dimaksudkan untuk menggairahkan wisatawan berkunjung ke taman wisata candi tersebut. Film itu sendiri akan menceritakan seputar kehidupan religius dan keberadaannya sebagai objek wisata sekaligus tempat peribadatan umat Buddha.

Film berbentuk CD dan layar tentang Borobudur nantinya akan dipasarkan ke berbagai negara di dunia. Dengan cara demikian, Candi Borobudur sebagai salah satu dari tujuh peninggalan budaya dunia (word class) bisa menarik perhatian wisatawan mancanegara. "Pembuatan film tersebut nantinya akan ditangani langsung Dr Titus Leber, yang juga pernah bekerja pada UNESCO," kata Purnomo yang didampingi Retno Hardistiwi, Direktur Umum dan Personalia PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko.

Titus Leber, selain ahli multimedia, juga dikenal sebagai konsultan Museum Louvre Prancis. Sebelum pembuatan film, lebih dulu Titus Leber akan meneliti bidang keagamaan dan wisata serta kerajinan yang ada di sekitar Borobudur. "Kebetulan, di sekitar Borobudur banyak pondok pesantren dan tempat ziarah Katolik Sendangsono dan kelenteng di Muntilan. Selain itu, juga banyak home industry," kata Purnomo. Untuk penelitian itu diperkirakan butuh waktu tiga bulan. Setelah semuanya matang, baru dilakukan penggarapan film secara menyeluruh. "Karya Titus tidak disangsikan lagi, baik ditinjau dari segi sinematografi maupun seni," kata Direktur Pemasaran PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Agus Kani.

Purnomo meyakini kehidupan umat beragama yang rukun dan damai ini menarik untuk digarap guna menunjukkan kehidupan beragama di Indonesia yang rukun dan damai, khususnya mempromosikan objek wisata candi ke luar negeri. "Kegiatan religius yang bisa berdampingan dengan rukun ini bisa kita jadikan contoh bagi dunia luar bahwa kehidupan beragama di Indonesia berjalan baik dan rukun," katanya. (B Sugiharto)

Sumber: http://www.suarakarya-online.com (10 Maret 2009)

45 Pulau Jadi Kawasan Wisata Bahari

Jakarta - Pemerintah Pusat dan Pemprov DKI Jakarta berencana mengembangkan 45 pulau di Kepulauan Seribu menjadi kawasan wisata maritim betaraf internasional. Investor swasta diajak berpartisipasi.

Sebanyak 45 pulau di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, akan dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari berskala internasional. Proyek tahap awal ditargetkan selesai pada 2011, dan diperkirakan menelan dana 480 miliar rupiah.

Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta Arie Budiman mengatakan dari 45 pulau itu, sebenarnya tinggal 36 yang dikembangkan. Sembilan di antaranya sudah dikembangkan sebagai pulau resor (peristirahatan) yang digarap swasta.

Untuk pengembangan kawasan wisata maritim atau bahari itu, kata dia, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mengundang investor swasta. Pembicaraan teknis penggarapan serta pembukaan undangan bagi investor akan dilakukan dalam sebuah workshop yang digelar setelah bulan Juni mendatang.

“Selain investor baru, para pemilik pulau pribadi akan diundang dalam kesempatan ini,” katanya seusai bertemu Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo di Balaikota, Rabu (4/3).

Pada tahap awal, lanjutnya, pembangunan kawasan wisata dimulai dengan pembuatan infrastruktur seperti moda transportasi serta jaringan utilitas listrik dan air minum dengan perkiraan dana sekitar 300 miliar rupiah, Selain itu, dilakukan upaya mempertahankan kualitas lingkungan.

Bupati Kepulauan Seribu Abdul Rahman Andit mengatakan pembangunan bandar udara di Pulau Panjang, Kepulauan Seribu, yang sempat terbengkalai hampir 15 tahun akan dilanjutkan. Pembangunan landasan udara itu diperkirakan selesai pada 2011 mendatang.

Pelabuhan udara itu sebelumnya sudah dibangun sejak 1990, tetapi terhenti akibat krisis moneter. Rencananya landasan udara diperbaiki dan panjang landasan diperpanjang menjadi 1.400 meter dari panjang sebelumnya ini 130 meter. Pembangunan ini diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar 180 miliar rupiah.

Abdul Rachman menyatakan, dari sembilan pulau yang sudah dikembangkan menjadi kawasan wisata maritim itu, empat di antaranya mati suri karena ditinggalkan pengunjung. Keempat pulau itu antara lain Pulau Bidadari, Sepa, Ayer, dan Onrust. Sedangkan yang lainnya megap-megap karena segala keterbatasan, seperti transportasi seperti krisis moneter, kenaikan bahan bakar dan isu keamanan.

Sementara itu, Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Departemen Pariwisata dan Kebudayaan RI Firmansyah Rahim mengatakan pemerintah pusat telah sepakat untuk menjadikan kawasan Kepulauan Seribu sebagai tujuan wisata yang berkualitas dan berskala internasional. Skema awalnya, pemerintah akan memilih pulau-pulau potensial untuk dijadikan tempat wisata bagi turis mancanegara.

Anggaran pengembangan tempat wisata itu, kata dia, bisa diambil dari APBD, APBN, maupun dukungan dari pihak swasta. Saat ini yang diperkirakan dalam pengembangan wisata itu adalah membangun infrastruktur, transportasi, dan aksebilitasnya. “Karenanya perlu dilakukan penanganan bersama antara pemerintah daerah dan pusat,” ungkapnya.

Wisatawan Menurun

Abdul Rahman mengatakan belum tergalinya potensi wisata di Kepulauan Seribu membuat tingkat kunjungan wisata tak beranjak naik. Bahkan pada 2008, terjadi penurunan yang drastis sebesar 80 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada 2007, kunjungan wisatawan mencapai sekitar 180 ribu, pada 2008 hanya 50 ribuan pengunjung.

Penurunan jumlah wisatawan itu disebabkan banyak faktor, di antaranya adanya krisis keuangan global, naiknya harga komponen atau suku cadang kendaraan, tingginya harga sewa resort di lima pulau itu, serta adanya pencemaran karbol yang sudah tiga kali terjadi di kepulauan Seribu.

Sekjen Gabungan Pengusaha Wisata Indonesia (Gahawisri) Didin Junaedi mengatakan sebelum tahun 2000-an Kepulauan Seribu pernah mengalami kejayaan. Namun belakangan ini, justru mengalami degradasi dan jumlah wisatawan menurun. “Diharapkan dikembangkan wisata maritim di 15 pulau itu bisa mengembalikan gairah pariwisata di Kepulauan Seribu,” katanya. (KJ/u)

Sumber: http://hariansib.com (4 Maret 09)

Ribuan Warga Rebutan Gunungan Gerebeg Mulud

Yogyakarta - Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat mengeluarkan lima buah gunungan dalam rangka memperingati Maulud Nabi. Ribuan orang memperebutkan gunungan itu.

Gerebeg Mulud yang jatuh hari Senin (9/3/2009) atau 12 Rabiul Awal 1430 H merupakan puncak perayaan Sekaten.

Prosesi diawali dengan penjemputan lima buah gunungan (pareden) dari tempat pembuatan gunungan di Kamandhungan menuju Bangsal Ponconiti Keben, kompleks keraton.

Lima buah gunungan terdiri dua buah lanang, satu gunungan wadon, satu gunungan darat dan satu gunungan gepak oleh 8 bregada (birgade) prajurit Keraton.

Bertindak sebagai panglima atau manggalayudha prajurit, adik Sultan Hamengku Buwono X, GBPH Yudhaningrat.

Dari Bangsal Ponconiti, Keben, prajurit Wirobrjo, Daeng, Patangpuluh, Ketanggung, Prawirotomo, Nyutro, Mantrijero, dan Jagakarya berdefile menuju Pagelaran Keraton. Lima buah gunungan keluar di kawal prajurit Bugis dan Surokarso keluar dari keraton diiringi tembakan salvo tiga kali.

4 Gunungan diperebutkan di halaman Masjid Besar Kauman dan satu buah gunungan di perebutkan di halaman Kadipaten Puro Paku Alaman Yogyakarta dengan dikawal prajurit Lombok Abang dan Plangkir.

Empat ekor gajah milik Kraton Ngayogyakarta dan Kebun Binatang Gembira Loka turut mengawal satu gunungan jaler menuju Puro Pakualaman.

Saat menuju Puro Pakualaman, ribuan warga telah menunggu sejak pagi hingga siang pukul 11.30 WIB di sepanjang jalan Sultan Agung. Gunungan tersebut langsung dibawa masuk menuju halaman dalam Puro Pakualaman.

Setelah dilakukan acara serah terima gunungan dari pihak keraton Ngayogyakarto Hadiningrat kepada perwakilan Kadipaten Puro Pakualaman. Beberapa orang kerabat ada yang ikut mengambil gunungan jaler yang terbuah dari aneka sayuran dan hasil bumi lainnya. Selanjutnya gunungan dibawa menuju lapangan Sewandanan yang terletak di depan halaman.

Namun antusiasme warga yang ingin ngalap berkah tersebut membuat gunungan yang belum sampai di tengah halaman sudah langsung dirayah hingga habis tanpa sisa. Ribuan orang saling berebutan, meski isi gunungan telah habis, sisa-sisa yang terjatuh di tanah juga langsung dipunguti warga. (bgs/aan)

Sumber: http://www.detiknews.com (10 Maret 2009)

Mak Itam Banyak Diminati Wisatawan

Padang, Sumbar - Lokomotif uap Mak Itam mampu menarik wisatawan lokal dan mancanegara. Puluhan penumpang sudah merasakan naik kereta yang ditarik lokomotif berbahan bakar batu bara dan kayu itu selama sepekan terakhir.

Mak Itam melayani jalur kereta api dari Stasiun Sawahlunto ke Stasiun Muara Kalaban, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Panjang jalur ini 7 kilometer dan melewati lubang kalam sepanjang 840 meter. Lubang kalam dibangun zaman Belanda tahun 1894.

Kepala Stasiun Sawahlunto Zulkifli, Senin (9/3), mengatakan, respons masyarakat atas keberadaan Mak Itam dan gerbong tua sangat baik. Respons itu ditandai dengan ketertarikan wisatawan mencoba naik di gerbong yang ditarik lokomotif uap itu.

”Hari Minggu kemarin, ada 30 penumpang yang naik kereta ini. Sebagian besar penumpang berasal dari Riau dan secara khusus datang ke Sawahlunto untuk merasakan naik kereta uap. Sebelumnya, puluhan penumpang asal Belanda mencarter Mak Itam dan gerbong tua,” ujar Zulkifli.

Untuk perjalanan bersama Mak Itam, PT Kereta Api menetapkan tarif Rp 80.000 pergi-pulang. Rute ini dijalankan secara reguler setiap hari Minggu. Sementara tarif pesanan lokomotif uap dengan gerbong tua dipatok Rp 5 juta. Gerbong tua ini bisa mengangkut sampai 50 penumpang.

Selain kereta api uap, ratusan wisatawan penggemar kereta api juga bisa merasakan naik kereta api di tepi Danau Singkarak. Kereta api wisata ini berangkat dari Stasiun Padang Panjang dan tiba di Stasiun Sawahlunto. (ART)

Sumber: http://cetak.kompas.com (10 Maret 2009)

Penurunan Pengunjung Pasar Malam Sekaten Perlu Dievaluasi

Yogyakarta - Penurunan jumlah pengunjung pasar malam perayaan sekaten (PMPS) 2009 perlu dievaluasi untuk penyelenggaraan tahun depan, kata Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto di Yogyakarta, Senin malam.

"Pada PMPS tahun ini, jumlah pengunjung menurun dibanding tahun sebelumnya, ini perlu dievaluasi dan introspeksi bagi penyelenggaraan tahun mendatang," katanya dalam sambutan tertulis yang dibacakan Wakil Wali Kota Haryadi Suyuti saat menutup PMPS 2009.

Menurut wali kota, turunnya jumlah pengunjung PMPS tahun ini tidak lantas membuat penyelenggaraan PMPS tahun depan menjadi kurang bersemangat, tetapi justru mendorong upaya menemukan inovasi baru agar penyelenggaraan PMPS 2010 menjadi lebih berkualitas. "Kritik yang dilontarkan kepada panitia harus dijadikan masukan," sambungnya.

Herry menyebutkan acara tambahan seperti festival band, kesenian bernuansa islami ataupun peragaan busana, bisa menjadi sebuah terobosan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan PMPS.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Haryadi Suyuti menambahkan bahwa penyelenggaraan PMPS 2010 akan dilaksanakan sekitar awal Januari, bertepatan dengan tahun "dal" yang merupakan perayaan sekaten secara besar-besaran.

"Masih banyak yang bisa dibenahi sehingga kualitas PMPS lebih baik dan menarik," katanya.

Haryadi juga menyatakan peserta PMPS tahun depan tidak hanya berasal dari Kota Yogyakarta dan sekitarnya, tetapi rencananya juga melibatkan peserta dari daerah lain.

Sementara itu, Ketua Panitia PMPS 2009 Hadi Muchtar mengatakan pelaksanaan PMPS tahun depan harus bisa lebih baik dibanding 2009. Untuk itu, perlu dukungan dari semua pihak termasuk kalangan swasta dan masyarakat.

PMPS 2009 dibuka Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X pada 30 Januari lalu.

PMPS berlangsung 40 hari, dan berakhir bersamaan dengan kembalinya dua perangkat gamelan kembar dari Pagongan Masjid Agung ke Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Sumber: http://www.antara.co.id (10 Maret 2009)

Denpasar Festival Dimeriahkan “Fashion on the Street”

Denpasar, Bali - Mulai Selasa (28/12) besok hingga Jumat (31/12) mendatang, Pemkot Denpasar kembali bersinergi dengan komponen masyarakat menggelar Denpasar Festival. Perhelatan yang memasuki tahun ketiga ini merupakan bingkai puncak ekspresi kreativitas dan budaya unggulan yang mengacu pada potensi lokal. Agenda tahunan ini akan dibuka Wali Kota I.B. Rai Dharmawijaya Mantra ditandai dengan penancapan Kayonan yang dipusatkan di kawasan Patung Catur Muka.

Acara pembukaan yang akan dimulai pukul lima sore ini diisi dengan berbagai atraksi kesenian dan budaya. Di antaranya parade potensi lokal, fashion on the street, jegog jazz, dan tarian kontemporer ’’Mapantigan’’.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar Putu Budiasa mengatakan hal itu saat ditemui di sela-sela persiapan pelaksanaan Denpasar Festival, Minggu (26/12) kemarin. Budiasa menambahkan, Denpasar Festival ini dipersiapkan secara optimal yang diharapkan dapat memberikan kebanggaan terhadap masyarakat Kota Denpasar, sehingga bisa dijadikan ikon akhir tahun yang tidak terlupakan. ’’Festival akhir tahun ini sekaligus dijadikan refleksi kehidupan masyarakat kota yang memiliki sekian banyak budaya unggulan sebagai pijakan mengembangkan budaya kreatif masyarakat,’’ ungkap Budiasa didampingi Kadis Perindustrian dan Perdagangan Wayan Gatra.

Gatra menambahkan, Denpasar Festival juga merupakan perwujudan kerja sama antara pemerintah dengan masyarakat dan tampilan bentuk nyata potensi yang dimiliki Pemkot dan masyarakat Denpasar. Untuk itu masyarakat diharapkan berpartisipasi aktif dalam menyukseskan even tahunan ini. Terkait persiapan, pihak panitia sudah dalam posisi siap untuk menggelar festival yang juga melibatkan berbagai komunitas kreatif Denpasar.

Menurut Wayan Gatra, perhelatan ini akan lebih menarik dari pelaksanaan tahun sebelumnya. Setidaknya dalam even kali ini akan melibatkan 6.900 peserta dan 272 stan. Termasuk 30 stan untuk usaha endek dan bordir serta 40 stan untuk usaha multiproduk. Selain itu dalam even tahun ini juga akan menggelar 100 persen produk Indonesia. ’’Artinya kita menggugah masyarakat untuk membeli dan menggunakan produk buatan Indonesia,’’ jelasnya.

Buleleng Gelar Gebyar Wisata Budaya

Singaraja, Bali - Pemkab Buleleng menggelar acara bertajuk Gebyar Wisata Budaya, mulai Senin (27/12) di bekas Pelabuhan Buleleng, Kota Singaraja, dalam upaya mempromosikan potensi wisata wilayah itu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng Putu Tastra Wijaya di Singaraja, Minggu (26/12), mengatakan, pergelaran tutup tahun ini baru pertama kali dilaksanakan yang juga untuk menampung kreatifitas para seniman.

"Karena itu kami berupaya mempertahankan kegiatan itu dengan menampilkan kesenian yang bernuansa tradisional," ujarnya.

Selain menampilkan penari lokal dan penari asing, katanya, kegiatan yang akan berlangsung hingga 31 Desember itu juga diisi dengan pesta kuliner, pameran lukisan, serta berbagai kerajinan hasil kreasi masyarakat Buleleng.

Menurut Putu Tastra Wijaya, penguatan seni budaya yang berbasis kearifan lokal ini, merupakan gagasan dari Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Buleleng IGA Sayang Bagiada yang juga istri Bupati Buleleng Putu Bagiada.

Dinas Budpar, katanya, akan terus berupaya menyelenggarakan gebyar wisata budaya di tahun-tahun mendatang, bahkan akan upaya untuk meningkatkannya, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

Kesenian yang akan ditampilkan pada gebyar itu adalah, gong gebyar, berbagai tarian, seperti tari taruna jaya, palawakya, legong keratin, dan lainnya.

Untuk tabuh-tabuh gong yang akan ditampilkan oleh para seniman adalah tabuh semarabawa, tabuh kreasi, dan, tidak kalah menariknya, pementasan drama tari wong.

Bupati Buleleng Putu Bagiada akan membuka pagelaran kesenian tersebut, yang akan dimeriahkan dengan lomba ngoncang, megoak-goakan, tarian sanghyang memedi. Pada hari pertama akan tampil gong kebyar dengan tarian taruna jaya, palawakya, yang akan disaksikan ratusan wisatawan manca negara. (Ant/OL-3)

Disbudpar Pentaskan Cerita Rakyat Datu Museng

Balaikota, Sulsel - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Makassar, Minggu (26/12) gelar pementasan cerita rakyat “Datu Museng dan Maipa Deapati’, di Benteng Rotterdam.

“Cerita rakyat Makassar tentang kisah percintaan Datu Museng dan Maipa Deapati jarang dan bahkan tidak pernah dipertunjukkan sehingga hampir terlupakan,’’ ujar Asniaty, Kabid Kebudayaan dan Kesenian, Dibudpar Makassar, baru-baru ini.

“Kami tak ingin, ada generasi muda di Makassar tidak mengetahui cerita rakyat yang sudah melengenda sejak masa penjajahan Belanda itu,” ujar Asniaty.

Sekadar diketahui, cerita rakyat Datu Museng-Maipa Deapati adalah kisah percintaan anak manusia yang tidak kesampaian seperti cerita Romeo and Juliet karya Shakespear.

“Kita tampilkan sentra tari dengan melibatkan sanggar tari di Makassar,” ujar Asniaty.

Lampulo Jadi Objek Wisata ‘Peringatan Allah’

Banda Aceh, NAD - Dalam rangka visit Banda Aceh Years 2011, situs tsunami rumah boat (perahu) di Gampong (desa) Lampulo resmi menjadi objek wisata "Peringatan Allah".

"Situs tsunami ini menjadi objek wisata Peringatan Allah, karena dengan melihat ini orang bisa berpikir kekuasaan Maha Pencipta yang tiada tara," kata Wakil Walikota Banda Aceh, Illiza Saaduddin Jamal.

Illiza mengatakan, boat nelayan yang bertengger di atas pertapakan rumah warga itu, sebagai salah satu bukti sejarah tentang dahsyatnya musibah pada Minggu, 26 Desember 2004, diyakini bisa menarik perhatian wisatawan.

Disebutkan, dipertapakan bekas rumah milik Abasiah itu ada sebuah prasasti bertulis testimoni singkat tentang boat yang ikut menyelamatkan 59 orang saat tsunami dalam tiga bahasa, Indonesia, Aceh, dan Inggris.

"Disana juga terbentang sebuah spanduk berisi foto-foto 59 korban selamat dalam boat milik nelayan itu saat gelombang tsunami menyapu pesisir Aceh. Pemilik rumah itu, Abasiah mengatakan dia ikut selamat dari tsunami setelah naik ke dalam boat, yang saat itu berlalu di depannya," terang Illiza.

Menurut Illizah, setelah kapal berhenti, Abasiah baru tahu ternyata kapal itu berhenti tepat di atas rumahnya. Bahkan warga sudah siap memberi kenyamanan kepada wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Peringatan Allah dan siap menjadi pemandu.

Keusyik Lampulo, Alta Zaini, mengatakan, pihaknya berharap wisatawan asing akan datang mengunjungi objek wisata bersejarah ini secara berkelanjutan.

"Kita mengajak keluarga korban tsunami mengambil hikmah dari musibah itu dan jangan terus larut dalam kesedihan. Objek wisata Peringatan Allah itu selain menjadi tempat merenungi musibah tsunami, diharapkan bisa menjadi sarana meningkatkan perekonomian warga sekitar," pintanya.

Menikmati Jadah Tempe dan Sate Kelinci Kaliurang

Sleman, DIY - Makanan ringan khas wisata Kaliurang, Sleman, Provinsi Yogyakarta mulai laris seiring dibukanya lokasi wisata tersebut. Para pengunjung taman wisata tersebut mulai berdatangan sejak kawasan wisata tersebut dibuka pada 11 Desember lalu.

“Saya sudah mulai berjualan sejak tempat wisata ini dibuka, usai dua bulan libur karena mengungsi,” kata Sukani, 65 tahun, pedagang jadah tempe di Kaliurang, Minggu (27/12).

Pada hari-hari ramai pengunjung, biasanya Sukani bisa menjual 5 kilogram jadah dan seratus tempe yang dibacem. Namun saat ini ia hanya menjual 2 kilogram jadah saja. Sedangkan tempe yang sudah dibacem hanya 100 buah saja.

Judah atau orang Jakarta menyebut uli itu terbuat dari ketan dicampur kelapa. Jadah tempe khas Kaliurang berupa dua buah jadah dengan ukuran berdiameter 5 centimeter. Sedangkan tempe yang dibacem adalah tempe yang pembuatannya dengan dibungkus daun jati.

Biasanya, warga Yogyakarta, semisal almarhum Umar Kayam, memakan jadah Kaliurang dua jadah sekaligus, plus satu potong tempe. Caranya, tempe bacem diletakkan di tengah di antara tumpukan dua jadah. Lebih nikmat, bila jadah tempe ini disantap pagi atau sore hari dengan ditemani satu cangkir teh atau kopi hangat.

Harga satu tangkep jadah tempe hanya Rp1.500,00 saja, dijamin terasa di lidah dan mengganjal perut kosong. Selain menjual jadah tempe, biasanya pedagang jadah juga menjual ampyang atau kacang gula yang biasa dibawa oleh para pendaki gunung untuk pengecapan lidah agar tidak pahit.

Mengunjungi Kaliurang tak lengkap rasanya bila tidak mencicipi sate kelinci di daerah ini. Sudah dua pekan ini, menurut Heri Giarto, salah satu penjual sate kelinci di Kaliurang, mengatakan, para penjual sate kelinci sudah mulai menjajakan dagangannya. “Pascaerupsi Merapi, penjual jadah dan sate tutup, ya baru dua pekan ini kami buka,” kata Heri.

Heri mengaku berjualan sate kelinci mengikuti jejak orang tuanya. Keluarganyalah yang pertama kali menjual sate kelinci di kawasan Kaliurang, sekitar sepuluh tahun lalu. Sehari dalam keadaan normal, Heri bisa memotong 10 ekor kelinci. “Tapi sekarang habis 3 ekor,” katanya.

Jumlah pedagang dan penjual makanan di lokasi wisata Kaliurang, saat ini sekitar seratus pedagang. Pascaerupsi Merapi, warung makan, termasuk warung sate kelinci banyak ditinggakan pemiliknya.

Akibatnya sejumlah warung yang agak terbuka dimasuki oleh kawanan monyet. Monyet-monyet yang berada di Taman Nasional Gunung Merapi yang berada di Kaliurang membuka genting atau membuat lubang lalu menjarah makanan.

“Dagangan saya berupa makanan habis dijarah monyet, kawanan monyet menjebol genting lalu membawa makanan ke taman, kerugian mencapai Rp 5 juta,” kata Umiyati, salah satu pedagang yang kiosnya berada di dekat Taman Nasional Gunung Merapi.

Ia menambahkan, saat terjadi erupsi Merapi, getaran vulkanik menyebabkan beberapa kaca dan genting pecah, sehingga monyet dengan leluasa menjarah makanan.

Umi dan pedagang lainnya berharap pemerintah juga membatu permodalan dagangan mereka. Sebab, usai mengungsi selama dua bulan dan berpindah dari pengungsian satu ke lainnya sebanyak 7 kali, pedagang sudah kehabisan modal untuk berdagang. “Kami sangat berharap pemerintah juga memikirkan kami,” katanya.

Makassar Jadi Persinggahan Kapal Pesiar Asing

Makassar - Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), masih menjadi daerah tujuan persinggahan kapal pesiar Asing, setelah kapal berbendera Italia, Costa Allegra berlabuh di Pelabuhan Makassar, Selasa (10/3).

"Sepanjang tahun ini, Makassar telah menjadi salah satu kota tujuan persinggahan kapal pesiar berbendera asing," kata Kepala Dinas Pariwisata kota Makassar Eddy Kosasih di Makassar, Selasa.

Kunjungan kapal pesiar asing di pelabuhan Makassar mampu memberikan kontribusi terhadap kepariwisataan kota Makassar sebagai kota dunia. Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar, katanya, akan terus melakukan upaya promosi keluar negeri untuk lebih mengenalkan lagi kota Makassar.

"Wisatawan asing yang berkunjung di Makassar telah mencapai 24.591 orang, kita targetkan ada peningkatan hingga 20 persen tahun ini," ujar Eddy.

Sejumlah objek daya tarik wisata di Makassar, katanya, telah diperkenalkan kepada wisatawan asing yang berkunjung di daerah ini. Objek-objek itu di antaranya adalah Fort Rotterdam, Pantai Losari, Istana Tamalate dan Balla Lompoa, serta obyek taman wisata Bantimurung, yang terletak di perbatasan Makassar-Maros, Sulsel. "Kami telah menyiapkan agenda kunjungan pada titik-titik tersebut," papar Eddy.

Kapal pesiar berbendera Italia, Costa Allegra, yang merapat di Pelabuhan Soekarno Hatta, pada Selasa membawa sekitar 743 wisatawan asing dari berbagai negara serta 466 orang awak kapal. Wisatawan asing itu berasal dari Jerman, Spanyol, Italia, Jerman, Prancis, Turki dan Peru.

Para wisatawan tersebut sebelumnya berlayar dari Singapura dan langsung menuju Makassar, yang kemudian akan dilanjutkan menuju Kepulauan Walacea dan Pulau Komodo.

Kapal pesiar Costa Allegra, merupakan kapal pesiar kedua yang dioperasikan perusahaan Italia yang merapat di Makassar dalam dua tahun terakhir ini. Maret 2006 lalu, kapal pesiar Costa Marina pertama kalinya melakukan kunjungan di Makassar. (Ant/OL-01)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com (11 Maret 2009)

Setelah Bandara Thailand Tak Lagi Ditutup

Bangkok, Thailand - Sepertinya seorang selebriti memasuki ruangan. Wartawan-wartawan foto berebut tempat bagus, bersaing dengan orang-orang—terutama kaum wanita—yang menyerbu ikut mengambil foto dengan kamera saku. Petugas dengan susah payah membuka jalan bagi pria yang jadi obyek kamera itu sehingga bisa mencapai tempat duduknya di barisan depan.

Dia memang tampan dan menarik. Tetapi dia bukan bintang film. Dia bukan penyanyi pop. Dia adalah Abhisit Vejjajiva, Perdana Menteri Thailand.

Popularitas perdana menteri yang baru terpilih pertengahan Desember lalu itu rupanya tidak terbatas hanya di negaranya. Acara yang dihadiri Abhisit akhir Februari lalu di Balai Sidang Bangkok itu adalah temu wicara dalam rangka Mega Fam Trip, acara yang diadakan Badan Pariwisata Thailand (Tourism Authority of Thailand/TAT) untuk promosi pariwisata negara itu. Pesertanya adalah operator wisata dan wartawan dari berbagai negara.

”Ini adalah acara tahunan kami. Kami ingin Anda melihat apa yang dimiliki negara kami untuk ditawarkan kepada dunia,” kata Ny Phornsiri Manoharn, Ketua TAT. ”Oktober lalu kami mengundang sampai 1.000 agen perjalanan dan wartawan dari 49 negara. Kali ini, karena persiapannya singkat, kami fokuskan pada kawasan Asia Pasifik dengan mengundang 300-an agen perjalanan dan hampir 100 wartawan dari 22 negara.”

Pariwisata adalah salah satu komponen paling penting dari perekonomian Thailand. Tahun 2008, menurut Santichai Euachongprasit, Wakil Ketua TAT Bidang Pemasaran Internasional, sektor pariwisata Thailand menghasilkan 5-7 persen GDP. Dengan hampir empat juta orang dipekerjakan secara langsung atau tidak langsung dalam industri ini, pariwisata membantu menciptakan lebih banyak pekerjaan yang berhubungan dengan pariwisata dan menyebarkan pendapatan ke penduduk setempat dengan mendorong investasi di daerah-daerah pedesaan.

Peran penting pariwisata dalam perekonomian Thailand itu disadari dan diakui betul oleh Pemerintah Thailand. ”Ini salah satu industri paling berhasil, dengan miliaran dollar investasi ditanamkan dalam industri ini,” kata Abhisit, yang mengatakan bagaimana industri yang tahun 1960 menarik 81.000 wisatawan dan menghasilkan 10 juta dollar AS itu pada tahun 2008 bisa menarik 14 juta pengunjung dan menghasilkan devisa hampir 15 miliar dollar AS.

Upaya bersama
Kesadaran dan pengakuan akan pentingnya sektor pariwisata itu tecermin dalam upaya Pemerintah Thailand yang bersikap all-out—tidak setengah-setengah atau seadanya—dalam menanganinya. Badan Pariwisata Thailand TAT yang ditugaskan mempromosikan industri ini, antara lain dengan mengembangkan strategi pemasaran proaktif dan mendorong kerja sama di dalam dan luar negeri dalam promosi pengembangan pasar pariwisata itu, menjalankan tugasnya dengan serius. Dibentuk tahun 1960, TAT beraksi melalui 22 kantor di seluruh negeri dan 15 kantor di luar negeri.

Ketua TAT Phornsiri Manoharn berulang kali menyebutkan bahwa promosi pariwisata adalah sebuah upaya bersama dari berbagai pihak yang terlibat. Ini tampaknya yang menjadikan bersatunya mereka menghadapi situasi yang berkembang. Ketika para demonstran anti-Thaksin mengepung Bandara Internasional Suvarnabhumi dan Bandara Domestik Don Muang di Bangkok sehingga harus ditutup selama seminggu pada akhir November-awal Desember lalu, untuk pertama kalinya pariwisata Thailand mengalami bahwa konflik politik dalam negeri mengancam keberlangsungan industri itu.

”Ketika itu terjadi, TAT dan industri perjalanan seperti hotel dan biro perjalanan bertindak segera untuk menangani penumpang yang telantar. Kami membantu membawa dan menempatkan mereka semua di hotel-hotel di Bangkok, menyediakan makanan tiga kali sehari untuk mereka, sampai mereka meninggalkan negara kami, diterbangkan melalui bandara-bandara lain seperti Phuket dan Chiang Mai,” kata Phornsiri Manoharn. ”Tak seorang pun menginginkan ini terjadi. Tetapi, kala ini terjadi, kami semua langsung mengumpulkan kekuatan bersama untuk membantu para turis.”

Penutupan bandara-bandara Bangkok itu merupakan pelajaran berharga bagi Thailand. Pemerintah Abhisit menjanjikan itu tidak akan terulang lagi dengan ditetapkannya undang-undang baru. Abhisit memimpin Thailand Road Show ke Jepang dan negara lain untuk memulihkan kepercayaan turis dan investor. TAT yang bekerja sama dengan perusahaan penerbangan Thai Airways juga terus bergerak, antara lain dengan Mega Fam Trip bagi operator wisata dan wartawan serta paket-paket wisata khusus. Aturan bebas visa transit juga diberlakukan.

Ketika bandara-bandara ditutup, keadaan pariwisata buruk karena tidak ada turis yang datang. Kawasan-kawasan turistik sepi, membuat pedagang-pedagang kecil termangu-mangu. Siam Niramit, tempat yang menyajikan show menarik sejarah negeri itu, misalnya, pada hari-hari itu hanya punya sekitar 50 penonton untuk teaternya yang berkapasitas sekitar 3.000 tempat duduk.

Namun, dengan cepat pariwisata Thailand berangsur pulih. Bandara Suvarnabhumi disibuki oleh turis yang datang-pergi, kawasan wisata mulai ramai kembali. Keadaan belum lagi normal sepenuhnya karena jumlah turis awal tahun ini masih belasan persen lebih sedikit dibandingkan angka bulan yang sama tahun lalu. Namun, kemampuan pulih industri itu di Thailand mengesankan.

”Kami punya kekayaan alam berlimpah dan warisan budaya yang kaya,” kata Abhisit berpromosi mengenai negaranya. ”Dan rakyat kami sangat berorientasi memberi layanan,” katanya.

Itulah modal mereka. Dengan upaya bersama semua pihak, rintangan bisa terlewati dengan cepat. (Diah Marsidi)

Sumber: http://cetak.kompas.com (11 Maret 2009)

Ribuan Warga Solo Berebut Berkah Gunungan

Solo, Jawa Tengah - Ribuan masyarakat Solo dan sekitarnya memadati Masjid Agung Surakarta untuk berebut gunungan Sekaten sebagai puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Senin (9/3). Meskipun tradisi gunungan sekaten setiap tahun dilaksanakan, tidak menyurutkan niat ribuan masyarakat untuk berdesak-desakan dan rela berebutan gunungan sekaten. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah gunungan yang dikeluarkan tahun ini lebih sedikit yakni hanya tiga pasang yang berasal dari Keraton Surakarta, Pemerintah Kota Solo dan Pemerintah Kabupaten Boyolali.

Pada tahun-tahun sebelumnya jumlahnya mencapai delapan pasang gunungan yang terdiri dari gunungan laki-laki dan perempuan. Prosesi keluarnya gunungan dimulai dari Kori Brojonolo di Keraton Surakarta dengan ditandai oleh dibunyikannya terompet dan tambur dan diberangkatkan Raja Surakarta PB XIII Hangabehi.

Selanjutnya tiga pasang gunungan dibawa ke halaman Masjid Agung untuk didoakan. Tetapi belum sempat gunungan selesai didoakan oleh ulama keraton, ribuan masyarakat yang sudah menyemut di halaman Masjid Agung sudah berdesakan untuk mendapatkan isi gunungan. Dan hanya dalam hitungan menit, gunungan tersebut sudah habis diperebutkan oleh warga. Bahkan rangka gunungan yang terbuat dari kayu juga turut diperebutkan. Menurut Wakil Pengageng Sasanao Wilopo Keraton Surakarta, KRAr Winarno Kusumo, gunungan merupakan simbol dari Manunggaling Kawula Gusti. Dimana seorang raja harus memperhatikan rakyatnya dengan membagi-bagikan hasil bumi. "Gunungan laki-laki terdiri dari berbagai macam hasil bumi seperti kacang-kacangan, buah-buahan dan hasil bumi lainnya dan bentuknya lebih lancip. Kalau gunungan perempuan berbentuk seperti tampah dan berisi makanan seperti rengginan atau makanan yang terbuat dari nasi kering," jelasnya.

Dilihat dari sejarahnya, sekaten merupakan tradisi yang sangat erat dengan penyebaran Agama Islam di tanah Jawa. Sekaten diselenggarakan setiap tahun untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW dan tradisi ini sudah dimulai sejak tahun 1478 pada masa pemerintahan Kerajaan Demak. Dalam ritual sekaten tersebut dilakukan pengucapan dua kalimat syahadat (syahadatain) yang dulunya untuk mengajak orang Jawa masuk Islam. Sebelum gunungan dibawa masuk ke halaman Masjid Agung, terlebih dahulu diawali dengan ceramah agama yang dilakukan ulama.

Ceramah yang diberikan berisi tentang lahirnya Nabi Muhammad SAW, seusai mendengarkan ceramah agama, para jamaah juga dituntun untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Menurut salah satu warga, Mbah Surip (73) asal Tawangmangu, Karanganyar, setiap tahun selalu mendatangi tradisi sekaten ini. Bahkan dirinya rela berdesak-desakan untuk berebut gunungan. "Tadi dapat kayu rangka gunungan dan daun pisang. Jika ditanam di sawah, akan cepat panen dan daunnya akan diberikan kambing biar cepat melahirkan. Ini kan sudah kepercayaan," ujarnya. Cuaca yang sangat panas, tidak mengurungkan niat warga untuk berebut gunungan. Bahkan mereka juga rela mengais sisa-sisa gunungan yang berjatuhan hanya untuk mendapatkan berkah dari sekaten. (Endang Kusumastuti)

Sumber: http://www.suarakarya-online.com (11 Maret 2009)

Bakpau, Kue Khas Tionghoa yang Kian Populer

Jambi - Cukup banyak kue khas Tionghoa yang disukai masyarakat umum. Yang menarik, tidak hanya disukai, cukup banyak pula masyarakat non Tionghoa Jambi yang mengadu nasibnya dengan berdagang kue-kue khas Tionghoa itu.

Bakpau misalnya, merupakan salah satu jenis kue tradisional yang cukup banyak dilirik masyarakat non Tionghoa Jambi.

Buktinya, setiap hari cukup mudah menemukan pedagang non Tionghoa menjajakan kue berwarna putih bulat itu dengan menggunakan gerobak. Biasanya, mereka mangkal di tempat-tempat strategis di Kota Jambi.

Tono (22), merupakan salah seorang warga non Tionghoa yang sudah sekitar satu tahun berdagang kue bakpau menggunakan gerobak di Kota Jambi. Menurut pria berdarah Jawa ini, peminat kue yang dijajakannya cukup banyak. Meski begitu, umumnya didominasi masyarakat non Tionghoa.

“Mungkin mereka (warga Tionghoa, red) lebih memilih bakpau yang asli khas Cina,” ujar pemuda berkulit sawo matang itu, saat ditemui di depan GOR Kotabaru, (6/3) kemarin. Sebagai pilihan untuk konsumennya, kata Tono, ia menawarkan banyak pilihan rasa bakpau, mulai dari kacang hijau, coklat hingga rasa ayam.

“Kalau harga rasa ayam jauh lebih mahal, harganya Rp 3.000 setiap biji, sedangkan rasa kacang hijau dan rasa coklat hanya Rp 2.500. Konsumen tinggal memilih sesuai keinginannya,” ujar Teguh ramah.

Lebih lanjut Tono menjelaskan, membuat bakpau tidak terlalu rumit. Sama dengan membuat roti pada umumnya, hanya membutuhkan tepung, gula dan berbagai bahan pembuat roti.

Kemudian, adonan diendapkan hingga mengembang, baru diolah. “Untuk menarik minat konsumen, bakpau disajikan dalam keadaan panas. Biasanya kalau ada yang beli, bakpau baru saya panaskan,” ujarnya.

Soal keuntungan, setiap harinya pria ini bisa meraih keuntungan hingga mencapai Rp 50 ribu. Ia biasanya memulai berjualan sore hari, sekitar pukul 16.00 WIB hingga malam.

“Biasanya bisa dapat keuntungan sampai Rp 50 ribu, tapi sering juga di bawahnya, bahkan pernah dapat untung cuma Rp 15 ribu mulai dari sore sampai malam,“pungkasnya. (cr8)

Sumber: http://jambiekspres.co.id (11 Maret 2009)

Di Kaltim Ada 4 Kasultanan

Samarinda, Kalimantan Timur - Kepala Dinas Pariwisata Kaltim mengakui, pengembangan potensi pariwisata Kaltim belum optimal akibat lemahnya infrastruktur serta promosi yang masih terbatas meski memiliki peluang besar untuk menggaet wisatawan nasional dan mancanegara.

"Menyambut Tahun Kunjungan Wisata Kaltim 2009, berbagai kelemahan itu coba dibenahi, tetapi perlu dukungan semua pihak, termasuk pemkab/pemkot se-Kaltim, terutama untuk membenahi infrastruktur dan menjual berbagai potensi pariwisata andalan daerahnya masing-masing," kata Kepala Dinas Pariwisata Kaltim Firminus Kunum di Samarinda, Selasa (10/3).

Ia menjelaskan bahwa persoalan lemahnya infrastruktur memang sudah menjadi masalah klasik yang harus segera dituntaskan karena bukan saja menghambat sektor kepariwisataan, juga sektor lainnya.

Di bawah kepemimpinan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, berbagai masalah yang menjadi persoalan di Kaltim kini dibenahi, antara lain pembenahan infrastruktur perhubungan, peningkatan sumber daya manusia, dan pemberdayaan ekonomi rakyat.

Ferminus memaparkan bahwa Awang Faroek selaku Gubernur Kaltim yang baru dilantik akhir 2008 sudah mencanangkan 10 program utama, antara lain pembenahan infrastruktur dan peningkatan sumber daya manusia.

"Kami berharap dengan terbenahinya infratruktur di Kaltim ini akan menjadi lokomatif untuk mendorong bergeraknya sektor lain, termasuk parwisata," katanya.

Kaltim memiliki berbagai potensi ekonomi yang menjanjikan, termasuk sektor kepariwisataan.

Kondisi alam yang luas menyebabkan Kaltim kaya dengan potensi pariwisata sejarah, pantai, taman laut, arung jeram, serta hutan, termasuk obyek wisata sosial dan budaya, yakni kehidupan masyarakat pedalaman (Dayak), pesisir, dan keraton (di Kaltim terdapat empat kasultanan, yakni Kerajaan Kutai, Kerajaan Bulungan, Kerajaan Berau, dan Kerajaan Paser).

Panjang garis perbatasan Kaltim dengan Malaysia timur lebih dari 1.000 km yang memiliki berbagai potensi alam luar biasa, termasuk bisa dikembangkan untuk obyek pariwisata.

Pada kawasan perbatasan darat itu terbentang Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) seluas 1,3 juta hektar dengan ekosistem hutan tropis basah dataran tinggi yang menyimpan keanegaragaman (bio-diversity) luar biasa, termasuk ditemukan kawanan gajah Kalimantan yang sudah ratusan tahun dianggap punah di kawasan utara Kaltim itu.

Di kawasan itu juga ditemukan sejumlah titik penyebaran berbagai peninggalan kuno, antara lain peti kubur batu sehingga bisa menjadi obyek wisata sejarah.

"Hambatan menjangkau kawasan itu memang lagi-lagi karena lemahnya infrastruktur sehingga butuh biaya tinggi untuk mencapai kawasan pedalaman dan perbatasan di Kaltim," kata dia.

Terkait masalah promosi, pihaknya berharap dukungan dari legislatif dalam mengalokasikan dana yang cukup memadai untuk menjual berbagai potensi pariwisata di Kaltim.

Pelaksanaan PON XVII-2008 Kalimantan Timur yang melibatkan sekitar 8.000 sampai 10.000 orang tamu ke Kaltim cukup membantu mengenalkan berbagai potensi pariwisata di Kaltim.

Ia berharap tersedianya berbagai venues pasca-PON tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal dalam menggelar event olahraga, baik nasional maupun internasional, karena bermanfaat untuk promosi berbagai potensi daerah, termasuk sektor kepariwisataan. ABI

Sumber: http://regional.kompas.com (11 Maret 2009)

Barongsai Usir Roh Jahat

Jambi – Selain menghibur, ternyata atraksi barongsai juga mempunyai arti tersendiri. Dipercaya masyarakat Tionghoa barongsai ini mampu mengusir roh-roh jahat yang mengganggu. Dengan suara iringan musik yang sangat nyaring ditelinga saat atraksi barongsai, dipercaya dengan suara nyaring ini mampu mengusir makhluk halus atau roh jahat.

Selain suara iringan musik barongsai yang sangat nyaring. Penampilan barongsai ini juga selalu identik dengan muka harimau atau singa dipercaya dapat mengusir makhluk halus. Sebab mereka yakin makhluk halus selalu takut pada raja hutan ini.

“Barongsai biasanya ditampilkan dalam acara-acara tertentu, gunanya untuk melindungi acara tersebut dari gangguan roh jahat, “ujar Lim Aguan, tangki kelenteng Hok Liong King.

Barongsai ini seperti pada bangunan kelenteng, sering kita jumpai ada patung singa serta naga diatasnya, singa dan naga itu dipercaya untuk melindungi dan mengusir roh jahat yang datang mengganggu. Begitu juga saat penampilan barongsai bisa mengusir roh jahat hal ini dipercaya warga Tionghoa.

“Kalau ada acara-acara besar, tidak lengkap rasanya kalau tidak menampilkan barongsai, “ungkap Lim Aguan. Seperti pada acara ulang tahun dewa biasanya selalu menampilkan barongsai, supaya roh jahat serta makhluk halus tidak mengganggu, “tambah Lim Aguan.

Lebih jauh Lim Aguan menjelaskan, untuk melakukan atraksi barongsai ini butuh latihan khusus, sebab tanpa latihan tidak akan bisa melakukannya. Mulai dari tari-tariannya hingga melompat setinggi-tingginya.

“Banyak juga macam-macam tarian barongsai ini, seperti tarian naga dan singa. Tarian Singa atau shi wu, juga punya perlambangannya sendiri. Singa dalam adat dan budaya kita (Tionghoa_red), melambangkan kekuatan, keagungan, keberanian, dan kemampuannya untuk menolak bala dan mengusir makhluk halus, “tukas Lim Aguan.

Sementara tarian naga dipercaya dapat memberi kedamaian kepada semua pengunjung. “tarian naga itu untuk memberikan kedamaian kepada kita, “pungkasnya. (Cr8)

Sumber: http://jambiekspres.co.id (12 Maret 2009)

Arca Buddha di Museum Balaputra Dewa Dicuri

Palembang, Sumatra Selatan - Arca Buddha peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang tersimpan di Museum Balaputra Dewa, Palembang, Sumatera Selatan, dicuri. Arca yang diperkirakan dibuat dari bahan perunggu pada abad IX itu merupakan barang sitaan Polda Sumsel yang dititipkan sejak tahun 1992.

Salah seorang satpam museum, Muhofir, yang ditemui, Rabu, mengatakan, arca dengan tinggi sekitar 15 sentimeter tersebut baru diketahui hilang sejak Senin (9/3) oleh satpam yang bertugas pada pagi hari. Lemari kaca tempat penyimpanan arca Buddha tersebut terlihat kosong dan pintunya rusak.

Menurut Muhofir, pintu Gedung 2 tempat koleksi tersebut dipamerkan selalu terkunci dan jendelanya dilengkapi dengan teralis besi. Hingga saat ini, kondisi pintu dan jendela tidak mengalami kerusakan.

Ia menambahkan, museum memiliki delapan satpam yang bertugas dalam tiga giliran jaga. Namun, setelah kehilangan arca, semua satpam diperintahkan untuk berjaga-jaga.

Dari buku panduan Museum Negeri Sumatera Selatan diketahui arca yang hilang membentuk Buddha dalam posisi duduk bersila di atas padmasanaganda (tempat berbentuk bunga padma). Buddha terlihat dalam sikap kaki silatasana dan tangan jinanmudra (lambang kebijaksanaan). Bagian belakangan ada stela berbentuk akolade dengan puncak meruncing berhiaskan payung (chattra). Pada pinggiran sandaran arca tersebut dihias motif lidah api.

Orang dalam
Kepala Museum Balaputra Dewa Syafei Wahid saat dikonfirmasi membenarkan adanya pencurian arca koleksi museum itu. Syafei sudah meminta anggota stafnya untuk melaporkan kasus pencurian tersebut ke Kepolisian sektor Sukarami setelah pihak museum melakukan penyelidikan internal.

Ia mengungkapkan kecurigaan keterlibatan orang dalam atas hilangnya arca tersebut. Kecurigaan itu karena ruang pameran museum hanya dibuka siang hari untuk pengunjung.

Syafei mengungkapkan, arca yang ditemukan di situs Bukit Siguntang, Palembang, tersebut disimpan di Museum Balaputra Dewa sejak tahun 1992. Arca itu merupakan hasil sitaan polisi yang kemudian diserahkan ke Museum Balaputra Dewa.

Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti yang dimintai tanggapannya mengaku sangat menyayangkan pencurian tersebut. Alasan dia, temuan peninggalan Kerajaan Sriwijaya pada abad X tidak banyak. Jika ada arca dan prasasti yang ditemukan, jumlahnya hanya belasan.
Arca tersebut diperkirakan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Arca itu pun sering dibawa untuk pameran di luar negeri. (WAD/BOY)

Sumber: http://cetak.kompas.com (12 Maret 2009)

Kadin: Tambah Pasar Tradisional!

Tanjungpinang, Kepulauan Riau - Keberadaan pasar tradisional di Tanjungpinang yang hanya satu dinilai sudah tidak mampu lagi memenuhi keperluan masyarakat kota ini yang tumbuh dengan pesat. Karenanya, Pemko melalui dinas terkait perlu membuat pasar tradisional yang baru dan dekat dengan kawasan pemukiman penduduk. Di samping untuk memenuhi keperluan penduduk pasar tradisional juga sebagai fundamen untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan.

”Pasar tradisional di Tanjungpinang harus ditambah karena inilah fundamen dari ekonomi kerakyatan, sangat beda konsepnya dengan supermarket, swalayan atau mal. Di tengah krisis sekarang inovasi seperti ini harus dan wajib dilakukan. Karena pasar tradisional mampu menampung banyak pelaku usaha kecil dan menengah,” kata Ketua Kadin Tanjungpinang Edi Rustandi SH MH menjawab Batam Pos, Rabu (11/3).

Saat ini Tanjungpinang hanya punya satu pasar tradisional yang lengkap di Jalan Pasar Ikan, yaitu Pasar Baru yang dimiliki oleh Pemkab Bintan melalui BUMD-nya. Satu pasar lainnya terletak di Bintan Centre dan sekarang sudah mulai lengkap. Namun, Pasar Baru masih tetap menjadi tujuan utama warga berbelanja. Sekaligus membuat arus lalu lintas di sekitarnya sangat padat.

Secara terpisah, Kepala Dinas Koperasi UKM dan Pasar Drs H Wan Kamar mengatakan hal senada. Menurutnya, Tanjungpinang sekarang memang memerlukan minimal 1 buah pasar tradisional lagi. Di samping untuk mempermudah warga mendapatkan berbagai keperluan hariannya, juga untuk mengembangkan sektor UKM yang perannya sangat penting dalam menggerakkan roda perekonomian di Tanjungpinang.

Untuk itu, ujar Wan Kamar, Dinas Koperasi UKM dan Pasar akan berusaha mewujudkannya di tahun anggaran berikutnya, karena untuk tahun anggaran sekarang sudah berjalan.

”Paling lambat diusahakan pada tahun anggaran berikutnya ini sudah terlaksana. Di mana lokasinya saat ini sedang kita bahas bersama, yang jelas konsepnya untuk memudahkan warga dan menghidupkan ekonomi kerakyatan,” jelasnya.

Sementara Edi Rustandi menyarankan sebaiknya setiap kecamatan di Tanjungpinang memiliki satu pasar tradisional sendiri. Sehingga, ekonomi kerakyatan di kota ini benar-benar bisa bergerak. (git)

Sumber: http://batampos.co.id (12 Maret 2009)

Indonesia Terus Berusaha Patenkan Batik, Keris, dan Wayang

Jakarta - Indonesia masih terus berupaya untuk mempatenkan tiga kekayaan warisan budaya nenek moyang berupa batik, keris, dan wayang.

"Kami sedang terus mengupayakan agar batik, keris, dan wayang dipatenkan dan diakui sebagai kebudayaan asli Indonesia," kata Kabag Pembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Edi Irawan, di Jakarta, Kamis (12/3).

Ia mengakui bahwa upaya mendaftarkan tiga warisan budaya khas Indonesia itu sedikit terlambat tetapi menurut dia lebih baik dilakukan meski terlambat daripada tidak sama sekali. Apalagi untuk mendaftarkan paten atas sesuatu agar diakui di dunia internasional tergolong sulit dan tidak sesederhana yang dibayangkan. "Sulit untuk memenuhi mekanisme hak paten agar diakui dan menjadi kesepakatan internasional," katanya.

Namun, hingga kini pihaknya dengan keras terus mengupayakan pemenuhan hak komunal atas batik, keris, dan wayang. Ketiganya tetap harus diakui sebagai warisan budaya milik dunia yang asli Indonesia. "Hak komunal itu ada dan itu yang akan kami kejar," katanya.

Edi mengatakan, sangat disayangkan hingga kini masih banyak peninggalan nenek moyang yang belum dioptimalisasi dan dijadikan sebagai milik asli bangsa Indonesia. Ia mencontohkan di Museum Leiden Belanda masih banyak peninggalan berupa surat-surat, lukisan, benda-benda purbakala yang seharusnya berada di Indonesia tetapi justru berada di negeri bukan asalnya.

Karena itu, sudah saatnya bangsa Indonesia mengembangkan budayanya, menghargai sesuatu yang dimilikinya, dan mempatenkan karya-karyanya sebagai bentuk penghargaan kepada bangsa sendiri. "Kita saatnya menggunakan kekayaan budaya sebagai mata uang baru menjadi sesuatu yang bernilai dalam industri ekonomi kreatif," katanya. (Ant/OL-06)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com (13 Maret 2009)

Kawasan Borobudur dan Prambanan Dihijaukan

Yogyakarta - Kawasan komplek Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, dan Candi Prambanan di perbatasan Jateng dan Daerah istimewa Yogyakarta (DIY), akan ditanami pohon untuk penghijauan agar menunjang pelestarian zona satu di kedua candi itu.

"Kawasan zona dua merupakan bagian tanggungjawab PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (PT. TWCBPRB) untuk mengelola dan memanfaatkannya. Dalam penghijauan itu nantinya juga akan ditanam berbagai jenis plasma nutfah tanaman langka sekaligus melestarikan keberadaan tanaman itu," kata Dirjen Sejarah dan Purbakala Depbudpar, Hari Untoro Dradjat, di Yogyakarta, Kamis.

Seusai memberikan pembekalan tentang konservasi dan pemanfaatan warisan budaya dunia Candi Borobudur dan Prambanan, kepada wartawan di Yogyakarta, ia menambahkan pelestarian di kawasan zona dua kedua candi itu terutama dengan sisi penghijauan kawasan.

Candi Borobudur dan Prambanan sebagai karya adiluhung yang sifatnya karya besar maka visi pelstarian menjadi penting dan PT. TWCBPRB sebagai pengelola kawasan zona dua sepakat untuk mengubah paradigma dalam pelestarian dengan konteks maupun orientasinya tidak hanya pada bangunan monumen candi saja, tapi lebih luas lagi pada area situs dan kawasan.

Pengembangan selanjutnya, pengemasan menjadi sangat penting untuk penyeimbang karena dalam pelestarian warisan budaya tidak terpancang pada bangunan saja tapi utama menggabungkan pelestarian budaya dan alam.

"Jadi, jika saat ini di kawasan Candi Borobudur banyak dibangun menara seluler, maka dikhawatirkan keaslian lingkungan menjadi sangat terganggu, apalagi pengembangan permukiman di kawasan itu juga makin pesat," katanya.

Ia mengatajkan, Borobudur jangan dilihat sebagai destinasi wisata saja tetapi harus dilihat dari pemetaan lingkungan, sebab di kawasan Candi Borobudur juga memiliki potensi lainnya, misalnya masyarakat di sekitar candi memiliki kemampuan memproduksi kerajinan gerabah, tarian tradisional.

"Jadi, pelstarian tidak hanya dilihat dari bangunan candi saja tetapi perlu dilihat pula potensi budaya, seni dan spiritual," katanya.

Sementara itu, Direktur Utama PT. TWCBRB, Purnomo mengatakan bahwa konsentrasi utama manajemen PT. TWCBPRB adalah bersama para pemangku keptingan pariwisata di Jawa Tengah dan DIY untuk mengembangkan kawasan candi Borobudur dan Prambanan sebagai objek wisata andalan.

"Kami tidak saja mengembangkan khususnya kawasan Candi Borobudur saja tapi juga mengembankan lingkungan di sekitar candi, sehingga sehingga menjadi aset wisata yang memiliki daya tarik sendiri bagi wisatawan," katanya.

Menurut dia, Candi Borobudur dan Prambanan yang sudahmasuk dalam kategori warisan budaya dunia maka konservasi dan pemanfaatn candi tersebut harus selalu dalan koridor yang tepat baik dari segi pelestarian maupun pemanfaatannya.

Kareanyanya, acara pembekalan ini dimaksudkan memberikan tambahan wawasan bagi pejabat di lingkungan PT.TWCBPRB, sehingga diharapkan dapat mendukung terwujudnya Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko sebagai tempat tujuan pariwisata budaya kelas dunia, katanya. (*)

Sumber: http://antara.co.id (13 Maret 2009)
-

Arsip Blog

Recent Posts