Bersaprah, Kemah Budaya Serumpun Ajang Promosi Wisata Budaya

Sambas, Kalbar - Pembukaan KBS Indonesia-Malaysia-Brunei Darussalam di Sambas, Rabu (15/12) cukup meriah. Selain seremoni ala pramuka, pembukaan juga diselingi pertunjukan seni. Tari tiga etnis yang dilakoni ratusan penari dan pemusik memukau peserta KBS dan tamu. Riuh tepuk tangan dan sorak kagum terus terdengar dari tenda tamu dan barisan peserta.

Setiap rangkaian pembukaan KBS dibalut dengan budaya Sambas. Mulai dari kedatangan Gubernur sampai penutup dengan makan bersaprah di takruf. Dua tokoh adat menunggu di mulut jalan tempat kendaraan rombongan gubernur berhenti. Begitu melangkah dari mobil, gubernur ‘dipapas’ dan ditaburi beras kuning. Tahar dan tanjidor mengiringinya menuju tenda VIP. “Ini sebagai kegiatan strategis saling promosi wisata dan kebudayaan. Harus kenal, kita ini satu hamparan, satu pulau,” kata Cornelis dalam pidatonya.

Sebanyak 2.150 orang dari berbagai daerah di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam melibatkan diri dalam kemah tersebut. Kegiatan dibagi dalam 60 persen budaya, 20 persen pramuka dan 20 persen wisata.

Usai seremoni pembukaan, para tamu digiring ke belakang kantor bupati. Mereka menempati lima takruf besar. Duduk melantai tanpa alas kaki untuk acara jamuan. Sebelum makan dimulai, sembari menunggu makanan dihidangkan, Bupati Sambas, Burhanuddin A Rasyid, menjelaskan makna bersaprah di takruf kepada tamu. “Ini budaya Sambas yang masih bertahan sampai sekarang. Dari kota sampai ke desa bersaprah di takruf pasti ada,” ucapnya bangga.

Dia menjelaskan, pengantar makanan sebanyak enam orang mengandung arti rukun iman. Sebelum menghidangkan makanan, pengantar terlebih dahulu menggelar kain putih yang bermakna keterbukaan warga Sambas menerima tamu. “Enam orang ini cara berjalan, menghidangkan makanan, dan berbalik arah semuanya teratur. Sebenarnya tidak boleh membelakangi orang, akan tetapi karena tempat terlalu sempit jadi terpaksa dilakukan,” jelas Burhanuddin.

Sedangkan hidangan dengan lima jenis makanan, lanjutnya, sama dengan jumlah rukun Islam. Dalam satu saprah harus diisi maksimal enam orang yang artinya rukun iman.

“Cara makannya tidak pakai sendok, harus dengan tangan. Oleh karenanya disediakan air cuci tangan,” paparnya. Sebagai wujud kebersamaan, setelah semua tamu mendapat hidangan baru boleh memulai makan.

Selain makanan, ciri khas yang disajikan adalah air sapang. Air berwarna teh dengan aroma khas. Air ini dibuat dari rendaman kayu sapang. Ketua Pesuruh Jaya atau Kwarda Negeri Johor, Yaacob bin A Karim kagum dengan KBS di Sambas. Dia merasakan daerah ini kental dengan budaya melayu. “Saya sangat kagum dengan persiapan dan pelaksanaan jambore ini. Begitu juga dengan budaya yang ditampilkan, Sambas terasa sebagai daerah yang kaya budaya,” katanya.

Dia pun melihat kabupaten ini mengalami kemajuan pesat. Sebelumnya, pada 2006 dia menyempatkan diri ke Sambas saat kegiatan pramuka di Mempawah. Dia menilai Sambas banyak mengalami perubahan pada aspek pembangunan. “Dulu, Sambas tidak semaju seperti sekarang ini. Banyak fasilitas yang sudah dibangun,” ungkapnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts