Festival Seni Budaya Melayu VI Dipastikan Meriah

Pontianak, Kalbar - Berbagai rangkaian kegiatan siap digelar dalam Festival Seni Budaya Melayu (FSBM) VI mulai tanggal 13 Desember-18 Desember 2010. Kegiatan tersebut diikuti utusan kabupaten/kota di Kalbar dan peserta dari negeri jiran.

Ketua Panitia FSBM VI, H Awang Sofian Razali memastikan pembukaan diawali dengan ledakan meriam di Kompleks Rumah Adat Melayu di Jalan Sutan Syarir pada Senin (13/12) sekitar pukul 14.00. “Kita berharap acara ini dibuka Menteri Pariwisata,” ungkapnya kepada Equator, tadi malam di Graha Pena Equator.

Berbagai acara itu antara lain eksibisi adat tepung tawar, rancang motif Melayu, lukisan umum bertema Kalimantan Barat, hiburan, tari-tarian bernuansa Melayu. “eksibisi ini di Kompleks Rumah Melayu guna menyemarakkan festival,” ujar dia. Sedangkan lomba sampan di Sungai Kapuas.

FSBM juga menggelar pawai jalan kaki dan kendaraan. Dimeriahkan dengan Manggar dan Tanjidor. Bahkan komunitas sepeda ontel telah menyatakan kesediaan berpartisipasi dalam pawai dengan mengenakan baju teluk belanga. Demikian juga TNI dan Polri bakal memberi tembakan salvo. “Ada seminar juga yang hasilnya akan dibukukan,” sebut Awang didampingi Sekretaris Panitia MS Budi dan Wakil Sekretaris Panitia, Mustafa.

Panitia, tambah Awang, mengundang masyarakat Melayu di Riau daratan, Riau kepulauan, Medan, Betawi, Serawak, Malaka, Brunei. “Beberapa komunitas adat menjadi peserta dan bukan hanya undangan,” tutur anggota DPRD Kalbar ini.

Stan dibangun panitia untuk 12 kabupaten/kota yang telah menyatakan kesediaannya berpartisipasi. Pihak-pihak lain yang tertarik menurut Awang turut disediakan stan. Pantun, syair, lomba sampan, lagu daerah, rias pengantin dan pencak silat dipaparkannya sebagai pertandingan di festival. “Festival ini rutin digelar tapi tak selalu di Pontianak,” ucap dia.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalbar kata Awang telah menyarankan agar Festival Budaya Melayu menjadi kalender even pariwisata di Pontianak. Majelis Adat Budaya Melayu Kalimantan Barat (MABM) merespon tinggi terhadap saran tersebut. “Untuk kegaiatan MABM lain digelar di kabupaten/kota sedangkan Festival Budaya Melayu tetap di Pontianak,” cetusnya.

Berkaca dari Seprahan yang digelar Majelis Adat Budaya Melayu Kalimantan Barat beberapa waktu lalu, kata Awang, perlu digelar secara rutin dan lebih intensif. Jadwal tiga bulan sekali diusulkan agar masyarakat semakin akrab dengan budaya tersebut. Seprahan banyak versi, seperti Pontianak, Sambas, Sanggau, dan Ketapang. “Kalau di Sambas masih kental,” sebut dia. (man/dik)

-

Arsip Blog

Recent Posts