Membangun Kembali Rumah Adat Manggarai

Jakarta - Komunitas Rumah Asuh bekerja sama dengan Yayasan Tirto Kusumo menggelar pameran foto sekaligus peluncuran buku berjudul Pesan dari Wae Rebo. Pembukaan akan dilaksanakan Sabtu (19/6) esok di Teater Atap Salihara.

"Aktivitas yang telah kami lakukan tak lain untuk mempertahankan dan melestarikan tradisi," ujar arsitek dan fotografer, Yori Antar, saat jumpa pers pada Jumat (18/6) di Serambi Salihara. Selain itu, rangkaian kegiatan yang akan diselenggarakan dimaksudkan akan menjawab kegelisahan atas isu konservasi adat dan budaya di nusantara.

Bermula dari ekspedisi aristektur-aristektur muda Han Awal & Partners Architects menemukan kampung Wae Rebo di Flores, Nusa Tenggara Timur dalam perjalanan mereka pada Agustus 2008. Kampung ini adalah satu-satunya kampung adat dengan rumah-rumah adat Manggarai, Flores yang disebut mbaru niang. Meski wilayahnya sangat terpencil, ternyata kampung ini menyedot banyak perhatian para peneliti maupun wisatawan minat khusus dari mancanegara.

Kemudian dari data yang diperoleh, Rumah Asuh dan Yayasan Tirto Utomo mulai membangun dua rumah adat tersebut, salah satunya adalah Tirta Gena Ndorom, yaitu rumah tertua di perkampungan itu. "Dis ana hanya ada 7 rumah adat saja. Dalam rumah adat itu setidaknya dihuni oleh 8 keluarga," ujar Yori. Pembangunan rumah ini sepenuhnya dilakukan oleh warga sebagai proses transfer ilmu dari para tetua kepada generasi muda.

Proses pembangunan yang unik tersebut terekam dalam bentuk film dokumenter dan kemudian juga tercetak dalam sebuah buku. Buku Pesan dari Wae Rebo ini ditulis dari dua sisi yaitu pihak luar (arsitek dan pengamat) dan masyarakat sendiri. Selain itu, buku ini juga merekam budaya dan tradisi yang berkembang di kampung adat tersebut. "Dengan informasi ini diharapkan bisa menjadi formula serta acuan untuk melestarikan rumah-rumah tradisional nusantara," ujar Yori.

Pameran foto tentang proses awal eksplorasi wilayah hingga pembangunan rumah adat tersebut diselenggarakan di galeri Salihara. Selain itu ada juga diskusi mengenai Kain Manggarai dan Kehidupan Sehari-hari di Wae Rebo, Fungsi Kain Ikat dalam Tatanan Budaya Sumba, Kain Tenun Nasional dan Permasalahannya pada Minggu (20/6) di Serambi Salihara. Ada juga presentasi Membangun Rumah Wae Rebo: Membangun Bersama Masyarakat pada Senin (21/6).

Selain di Kampung Wae Rebo, komunitas Rumah Asuh juga telah melakukan kegiatan serupa di Nias, Sumba dan Sintang untuk konservasi arsitektur rumah adat. Kini saatnya merayakan kembali arsitektur nusantara. (Ismi Wahid)

-

Arsip Blog

Recent Posts