Merawat Tradisi Nusantara

Oleh Hadriani P

Indonesia kaya akan budaya dan tradisi yang terbentang sepanjang Nusantara. Seni tradisi dari tiap daerah memiliki nilai keskaralan dan adi luhung sebagai bentuk warisan agung bumi pertiwi.

"Tak kenal maka tak sayang, orang muda mesti dikenalkan tradisi seni budaya supaya menumbuhkan rasa cinta, menghargai, menghormati, menjaga, dan melestarikannya," kata Siti Hediati Soeharto, ketua acara Tata Budaya Busana Pengantin Wanita Keraton Nusantara yang diselenggarakan Himpunan Ratna Busana (HRB) pekan lalu di Jakarta.

Mbak Titiek, demikian sapaannya, yakin akan adanya semangat orang muda untuk mau menerima tugas mulia seperti melestarikan tradisi Nusantara dalam hal seni berkain atau berbusana nasional. "Saya melihat ada respons positif. Orang muda mulai peduli terhadap tradisi dan kain lokal dengan caranya."

Sementara itu, Ratna Maida Ning, Ketua HRB, menjelaskan, organisasi ini berdiri sejak 1972 dan beranggotakan 300 orang, sempat tebersit kekhawatiran merosotnya pengenalan budaya Indonesia di tengah globalisasi kini. Maka HRB sering melakukan peragaan busana sesuai visi misinya melestarikan warisan bangsa. Secara konsisten, HRB gencar mengajak masyarakat agar cinta dan mau berbusana nasional, memakai kain lokal, dan mewujudkan tuan rumah di negeri sendiri.

"Kami punya tanggung jawab kepada generasi muda untuk selalu mencintai warisan leluhur. Khususnya mengenalkan potensi kekayaan kain yang tersebar di Indonesia," ujar Ratna bersemangat. Dia dan Titiek berharap acara semacam ini akan diminati orang muda untuk mengenal, memakai, dan merawat busana nasional.

Hari itu HRB menggelar peragaan busana empat pakaian pengantin perempuan, antara lain Puri Mangkunegoro Solo, Kesultanan Kanoman Cirebonan, Kesultanan Siak Indrapura Riau, dan Puri Karangasem Bali.

Pada busana pengantin perempuan Puri Mangkunegoro Solo menyajikan busana basahan, busana tanpa kebaya dengan kain dodot alas-alasan. Dalam tradisi keraton ini, busana basahan adalah tidak memakai baju, melainkan terdiri atas semekan atau kemben, dodot bangun tulak atau kampuh, sampur atau selendang sekar cinde abrit, serta kain jarik cinde sekar merah.

Semekan atau kemben terbuat dari kain batik dengan corak alas-alasan warna dasar hijau atau biru dengan hiasan kuning emas atau putih. Kemben di sini berfungsi sebagai pengganti baju dan pelengkap untuk menutupi payudara.

Kain dodot yang menggunakan corak batik alas-alasan panjangnya kira-kira 4-5 meter dan merupakan baju pokok dalam busana basahan. Selendang cinde sekar abrit terbuat dari kain warna dasar merah dengan corak bunga hitam dan kain jarik cinde sekar abrit terbuat dari kain gloyar, warna dasar merah yang dihiasi bunga berwarna hitam dan putih.

Gaya pengantin Kesultanan Kanoman Cirebon memakai busana kebesaran, dodot berupa batik corak benang emas. Adapun pakaian payas agung terdiri atas songket, kemben sitra merah, dan slendang bangsing kuning kemasan merupakan busana pengantin Puri Karangasem Bali. Untuk keabaya laboh keemasan, sarung dari songket Siak bermotif pucuk rebung, yang di Melayu sarat artinya sebagai lambang kesuburan, merupakan busana pengantin Kesultanan Siak Indrapura Riau.

Sepintas, padu-padan busana antarpulau itu tampilannya membingungkan. Pasalnya, terkesan tumpah-tindih. Hal ini tentu dirasakan kaum muda atau mereka yang belum terbiasa dengan padu-padan busana pengantin Nusantara.

"Justru melalui acara ini kami sangat berharap orang muda menjadi tahu, mau, dan siap belajar banyak untuk menjaga dan meneruskan tradisi," kata Ratna.

Ratna menambahkan, padu-padan begini bukan pekerjaan mudah, memerlukan kemampuan untuk menyajikan busana cantik dan menarik perhatian. "Saya bersyukur banyak kesadaran orang muda yang berminat membantu memberikan padu padan bergaya modis sehingga bisa cepat diterima," ujarnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts