Meresapi Sajian Khas Warung Aceh

Banda Aceh, NAD - Keunikan di Sabang dan Banda Aceh ternyata membuahkan hasil yang memuaskan bagi peloncong kuliner nusantara. Kedai Kopi berukuran kecil, dengan bangku kayu yang sama tuanya dengan dinding yang menghitam dan catnya terkelupas di sana-sini layak Anda ketahui. Sajian yang dihidangkan pun sebatas kopi dan teh. Untuk penganan biasanya disajikan kue timpan, kue khas aceh yang terbuat dari tepung beras diisi sarikaya dan dibungkus daun pisang muda.

Di beberapa kedai kopi dijual pula mie goreng, seporsinya 3.500 rupiah tapi untuk pelancong, biasanya naik menjadi 4.000 rupiah. Hidangan paling mewah adalah martabak, yang penampilan maupun rasanya tak jauh berbeda dengan telur dadar. Meski pada umumnya warga hanya minum kopi, yang secangkirnya 1.500 rupiah, tapi ngobrolnya, bisa sampai 4 jam.

Kendati tergolong kecil, hanya 153 kilometer persegi, Sabang menyandang status kotamadya dengan 2 kecamatan dan 10 kelurahan. Bila di pulau Jawa barangkali setara dengan kota kecamatan di daerah pinggiran. Fasilitas yang dimiliki Sabang, lumayan lengkap.

Kehidupan masyarakat Sabang hanya berdenyut di kedai kopi. Tradisional memang, namun tetap menarik. Meskipun mungkin Anda sudah mengenal kopi ternama di Banda Aceh berlabel Ulee Kareeng dan memiliki cabang di Lhokseumawe. Apalagi menu kopi atau teh hangatnya tersaji bersamaan dengan kue timpan tersebut. Menghilangkan rasa lelah Anda setelah berjalan-jalan di Kota Banda Aceh pastinya. (dok.mi/rmb)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com 29 Mei 2009
-

Arsip Blog

Recent Posts