Pelihara Warisan Budaya di Kota Tua

Jakarta - Sebanyak 50 orang mengikuti konservasi meriam di Balai Konservasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI di Jakarta Kota yang berlangsung 22-26 November 2010. Mereka terdiri dari 23 orang mahasiswa Antropologi FISIP Universitas Padjajaran Bandung, 3 orang mahasiswa Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia, staf dan para pecinta museum.

Kepala Balai Konservasi Disparbud DKI, Dra Hj Enny Prihantini kemarin mengungkapkan workshop ini merupakan bagian dari Gebyar Taman Fatahillah yang dibuka Kepala Disparbud DKI, Arie Budhiman 20 November yang lalu.

Menurut Enny, ini merupakan bagian dari kegiatan kampanye 'Conservation: Save Our Heritage', penyelamatan warisan budaya dengan konservasi. Hari pertama dan kedua yaitu Senin dan Selasa, baru diberikan teorinya. Sejak Rabu sampai Kamis (25/11) sudah menginjak praktik dengan mengkonservasi 4 meriam kuno di Taman Fatahillah. Meriam itu dari abad 18, jadi lebih muda seabad dibanding meriam Si Jagur yang masih bagus di halaman dalam Museum Sejarah Jakarta.

Tampak meriam 1,8 meter itu tidak mulus lagi termakan korosi. Berbeda dengan meriam Si Jagur yang masih mulus dan mengkilat. "Si Jagur dari bahan kuningan, jadi lebih awet," kata Enny.

Kepala UPT Kota Tua, Drs H Candrian menjelaskan dengan Gebyar Taman Fatahilah ini diharapkan masyarakat lebih banyak mengunjungi museum-museum di Kota Tua itu dan lebih terbuka wawasannya betapa pentingnya menjaga aset bangsa agar tetap lestari.

Sementara Balai Konservasi pada 9 Desember nanti akan menyelenggarakan seminar dengan tema: Peran Konservasi bagi Penyelamatan Benda Cagar Budaya.

Di balai itu juga dibuka Pameran Hasil Konservasi Benda Cagar Budaya. Yang dipamerkan antara lain lonceng raksasa yang begitu halus, pedang eksekusi, wayang golek dan wayang kulit yang semuanya sudah dikonservasi. (Dwi Putro AA)

-

Arsip Blog

Recent Posts