Potret Buram Pendidikan Riau

Pendidikan Riau tertinggal. Sebuah kata singkat yang cukup menggambarkan kondisi dunia pendidikan dan sumberdaya manusia Riau hari ini. Jika kita buka data pendidikan Riau akan terpampang angka yang mengejutkan dimana Riau sangat jauh tertinggal dan menyimpan api dalam sekam yang akan bermuara pada ketertinggalan dalam berbagai aspek dan dimensi kehidupan jika tidak segera dibenahi. Belajar dari kesalahan kebijakan pemerintah masa lalu, sudah seharusnya pemerintah propinsi, kabupaten dan kota mengambil langkah serius pembenahan dan penyusunan master plant pendidikan yang mampu melakukan percepatan dan loncatan untuk mengejar ketertinggalan dan menyamakan gerak langkah pendidikan dan sumberdaya manusia masyarakat Riau dengan daerah lain di Indonesia. Sebuah pemahaman diatas kertas bahwa kemajuan daerah tidak ditentukan oleh kekayaan alam semata tapi sangat ditunjang dan ditopang oleh kesiapan manusianya, harusnya bukan sekedar wacana tapi hendaknya dilakukan melalui program nyata. Bertahun-tahun kita bedah masalah pendidikan Riau dimeja seminar, diskusi dan pertemuan, yang berwujud nyata hanya sebatas SMU Plus, beasiswa sarat masalah, kompetisi dan berbagai kegiatan seremonial yang sarat dengan kepentingan politik. Kemilau Riau dipertontonkan dalam gemuruh berbagai seremoni yang menghabiskan miliaran rupiah uang rakyat tetapi disisi lain ribuan pelajar Riau harus menunggu diberhentikan karena tidak mampu lagi membayar uang sekolah serta berbagai tetek bengeknya yang sengaja dibuat dengan berbagai alasan. Kondisi pendidikan ini semakin parah karena manajemen sekolah, majelis guru dan siswanya turut hanyut dalam berbagai kegiatan politik. Siswa semakin mudah terprovokasi sehingga jangan heran rasa hormat terhadap guru hampir tidak ada, guru dihujat, guru dihina dan guru diusir melalui demontrasi yang sekarang sudah menjalar sampai sekolah dasar. Pendidikan kita kehilangan roh dan nilai-nilai, siswa semakin pintar tapi kering nilai, norma kesopanan, kesantunan dan kejujuran. Disisi lain himpitan ekonomi dan sisten rekrut guru masa silam yang sarat KKN telah menghadirkan guru-guru instan yang tidak bermental pendidik di depan siswa. Guru sekarang bekerja untuk uang bukan pengabdian dan panggilan nurani, banyak guru tidak lagi bisa menjadikan panutan dan ikutan. Sudah saatnya profesi guru memiliki pendidikan profesi diluar dunia perguruan tinggi seperti profesi akuntan, pengacara ataupun notaris agar lebih bisa dimatangkan, dimantapkan dan diprofesionalkan sehingga betul-betulk bisa melakukan fungsinya dengan baik. Disisi lain pemerintah juga harus memperhatikan betul kesejahteraan guru agar bisa bertugas dengan nyaman tidak melamun pada saat mengajar memikirkan apa yang akan dimakan dan apakah sewa rumah sudah dibayar. Kenyataan pahit yang terbentang didepan mata dimana masyarakat Riau tidak mampu mengambil peran dalam gegap gempita pembangunan di daerahnya serta berbagai masalah yang melilit dunia pendidikan, sudah selayaknya menjadi perhatian semua pihak disela-sela peringatan hari pendidilkan ini. Kebijakan pemerintah pusat dimasa lalu yang tidak adil, tidak bijak serta terang-terangan memperbodoh Riau dibidang pendidikan hendaknya segera diperbaiki seiring dengan peluang yang terbuka diera otonomi ini. Tidak saatnya lagi pemerintah dan masyarakat larut dengan berbagai kegiatan seremonial yang tidak menyentuh masalah mendasar dibidang pendidikan. Sangat disadari ketidak mampuan industri menyerap tenaga kerja tempatan Riau sedikitnya dipengaruhi dua faktor. Faktor pertama yaitu masih lemahnya komitmen dan keberpihakan industri/ dunia usaha itu sendiri terhadap tenaga kerja Riau. Berbagai asalan selalu dikemukakan yang secara akal sehat sangat tidak bisa diterima. Sebuah kenyataan pahit hasil investigasi dilapangan tidak sedikit industri yang masih mengambil tenaga kerja non skill dari luar Riau padahal di daerah ini masih banyak yang menganggur. Disisi lain dibeberapa bidang ilmu yang sudah ada di Riau juga tidak ada diberikan peluang tapi dunia usaha masih mengambil dari luar Riau seperti sarjana ekonomi, sarjana sosial politik, sarjana hukum, sarjana pendidikan, sarjana pertanian, sarjana sains ataupun sarjana teknik yang beberapa jurusan sudah berdiri di Riau. Masalah ini perlu dicarikan solusi dengan pengawasan oleh pemerintah dan masyarakat terhadap berbagai kegiatan dunia usaha dalam bidang rekruitmen tenaga kerja. Faktor kedua adalah tidak tersedianya lembaga pendidikan yang memiliki relevansi dengan kebutuhan industri di Riau. Kalaupun ada biaya pendidikannya sangat mencekik yang sedikitpun tidak memungkinkan untuk dimasuki oleh anak Riau yang secara ekonomi sudah sangat miskin dan kuliah hanya dengan semangat dan keinginan menggebu untuk memperbaiki nasib dan kehidupan. Jadi jangan heran kalau anak Riau masih berserak di fakultas murah meriah yang bisa dimasuki dengan biaya murah dan kurang kompetitif seperti FKIP jurusan Bahasa Indonesia, PPKN, Sejarah ataupun UIN Susqa yang tersebar dengan pada berbagai jurusan agama. Kondisi ini terjadi selain kalah bersaing di UMPTN juga lebih banyak dipengaruhi besarnya biaya untuk masuk Fakultas Sains dan Teknologi ataupun besarnya biaya praktek untuk kuliah di Fakultas Teknik, apalagi kalau mau masuk politeknik. Disisi lain terlihat program pemerintah dibidang pendidikan melalui program 1000 master dan doktor bukan jawaban persoalan. Pelaksanaan program mercusuar pendidikan yang tidak ditopang kesiapan di tingkat pendidikan dasar dan menengah serta kurang terprogramnya pelaksanaan beasiswa master dan doktor telah melahirkan masalah baru dimana anak Riau tetap tertinggal sebab yang dapat beasiswa kebanyakan anak luar Riau yang hanya numpang sebentar kuliah ataupun hidup di Riau serta munculnya masalah baru lahirnya pengangguran berpendidikan tinggi. Mengapa mereka bisa menganggur? Terlihat kesalahan manajemen beasiswa telah melahirkan master dan doktor yang tidak memenuhi kualifikasi kebutuhan pasar kerja ataupun master dan doktor yang masih manja yang selalu ingin menyusu padahal sudah banyak menghabiskan uang rakyat setelah tamatpun masih bertanya dan mengharap dicarikan kerja. Berangkat dari kenyataan diatas sudah saatnya penguatan pada pendidikan dasar perlu segera dilakukan dengan meningkatkan mutu pendidikan, kemampuan dan kompetensi guru, perbaikan sarana dan prasarana belajar serta pemantapan sistem pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan daerah. Dengan besarnya dana yang tersedia tapi belum optimal dimanfaatkan sudah selayaknya setiap daerah tingkat dua memiliki sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah umum (SMU) yang unggul untuk menjaring siswa berprestasi dan disiapkan untuk menjadi kader pemimpin daerah masa depan dalam berbagai disiplin dan bidang ilmu. Hal ini penting sebab ketertinggalan Riau harus dikejar dengan strategi yang bisa melakukan loncatan dan percepatan seiring dengan hal itu perbaikan dunia pendidikan secara umum juga terus dilakukan. Ditingkat pendidikan tinggi harus berani melakukan reformasi diri dengan penguatan pada jurusan-jurusan strategis yang bersentuhan langsung dengan potensi dan peluang yang ada di Riau. Kalau perlu beberapa Fakultas dan jurusan yang telah mengalami bloming sarjana di pasar harus ditutup sementara sehingga sumberdaya dan sumberdana bisa diarahkan pada penguatan beberapa jurusan yang potensial untuk melakukan percepatan. Sadar atau tidak sadar kita masih larut tanpa berusaha berbuat optimal dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan serta penyiapan sumberdaya manusia Riau yang handal yang siap ambil bagian dalam pembangunan. Tidak ada pilihan momentum hari pendidikan tahun 2005 ini harus menjadi tonggak kebangkitan pendidikan Riau dengan sesegera mungkin menyiapkan rencana strategis dan segera bekerja bukan hanya bicara diatas podium ataupun berkonsep melalui kertas kerja semata.

-

Arsip Blog

Recent Posts