Ratusan Orang Lakukan Ritual Mubeng Beteng

Yogyakarta - Ratusan orang melakukan ritual budaya "tapa bisu lampah mubeng beteng" (diam membisu berjalan mengelilingi benteng) Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk memperingati pergantian tahun Jawa atau yang dikenal dengan malam 1 Sura, Selasa (6/12) dini hari.

Ritual budaya berjalan keliling benteng tanpa berbicara yang dilakukan warga Yogyakarta dan sekitarnya itu, dimulai dari Kagungan Dalem Keben atau Bangsal Ponconiti Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Ratusan warga bersama abdi dalem keraton tampak berkumpul di tempat tersebut sejak Senin (6/12) pukul 23.00 WIB.

Sebelum melakukan ritual budaya "tapa bisu lampah mubeng beteng", mereka berdoa bersama.

Pada pukul 24.00 WIB, adik Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X, GBPH Joyokusumo melepas rombongan warga dan abdi dalem untuk mulai berjalan mengelilingi beteng keraton.

Rombongan abdi dalem yang berpakaian adat Jawa berada di depan dengan membawa bendera Merah Putih, Dwaja Budi Wadu Praja, Bangun Tulak, Pandhan Binetot, Pare Anom, Padang Ngisepsari, dan Megakampak.

Mereka berjalan menempuh jarak sekitar lima kilometer berkeliling beteng keraton.

Ritual dimulai dari Keben melewati Jalan Rotowijayan, Jalan Kauman, Jalan Agus Salim, Jalan Wahid Hasyim, Suryowijayan, Pojok Beteng Kulon, Jalan Letjen MT Haryono.

Selanjutnya, Jalan Mayjen Sutoyo, Pojok Beteng Wetan, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, dan dan berakhir di Alun-alun Utara.

Arak-arakan peserta ritual membentuk barisan sepanjang sekitar 300 meter. Meskipun berjalan dalam barisan yang cukup panjang, sepanjang perjalanan mereka tidak berbicara.

Panitia Mubeng Beteng KPH Harsadiningrat mengatakan abdi dalem yang mengikuti ritual tersebut memakai pakaian adat Jawa "pranakan jangkep" untuk laki-laki, dan kebaya bagi perempuan.

Menurut dia, pada saat "mubeng beteng" para peserta dilarang berbicara dan merokok. Mereka diminta memperbanyak dzikir, takbir, tahmid, dan memanjatkan doa kepada Tuhan.

"Para peserta berjalan di sisi kiri jalan, tidak tergesa-gesa dan tidak saling mendahului. Setelah selesai melakukan ritual, mereka kembali ke tempat semula dan membubarkan diri secara tertib," katanya.(Ant/RIZ)

-

Arsip Blog

Recent Posts