Seni Melayu Bergairah

Medan, Sumut - Perlu lebih banyak panggung untuk mengembangkan kesenian Melayu agar semakin menyatu dengan masyarakat. Apalagi saat ini sebagian anak muda tengah bergairah mengembangkan budaya Melayu. Kehadiran panggung bertujuan agar semangat tidak padam.

Demikian antara lain yang disampaikan para penyanyi dan penari lagu Melayu di sela-sela acara Festival Kebudayaan Melayu di Mal Palladium, Medan, Minggu (28/11). Acara ini berisi lomba tari japin, lomba menyanyi lagu Melayu, dan lomba tari serampang 12.

”Saya melihat gairah para seniman Melayu semakin meningkat dalam tiga tahun terakhir ini. Itu terutama terjadi di daerah saya,” kata Safrizal (37), seniman Melayu asal Tebing Tinggi, seusai mengikuti lomba lagu Melayu.

Dalam kesempatan yang sama, seniman Melayu asal Labuhan Batu Utara, Supriyani (27), menjelaskan, gelagat serupa juga terjadi di daerahnya. Puluhan anak muda usia belasan sampai puluhan tahun begitu antusias latihan tari ataupun lagu Melayu. Ini pertanda baik betapa lagu dan tari sebagai bagian dari kebudayaan Melayu begitu dekat dengan generasi muda.

Hal itu terjadi antara lain lantaran pemerintah setempat memiliki program yang jelas dalam upaya melestarikan kebudayaan Melayu. Di Tebing Tinggi, misalnya, paling tidak setiap tahun pemerintah menggelar festival budaya Melayu. ”Saya melihat pejabat wali kota yang baru, Edi Sofian, punya perhatian lebih terhadap budaya Melayu dibandingkan dengan wali kota sebelumnya,” tutur Safrizal.

Di samping itu, kata Safrizal, organisasi seperti Himpunan Pemuda Melayu (HPM) yang ada di Tebing Tinggi amat menyokong kelestarian budaya Melayu. Organisasi inilah yang kerap menggalang dukungan, baik dalam bentuk dana maupun pementasan budaya Melayu. Salah satu tujuan utama HPM adalah melestarikan dan mengembangkan budaya Melayu.

Pekan budaya
Di Labuhan Batu Utara juga demikian. Setiap tahun, pemerintah menggelar pekan budaya, termasuk budaya Melayu.

”Itu untuk mempererat jalinan sosial karena daerah kami terdiri dari 20 etnis ataupun subetnis, seperti Batak, Jawa, China, India, dan Minang. Bagusnya, Budaya Melayu ini bisa diterima oleh semua etnis dan subetnis,” papar Kepala Bidang Pariwisata Kabupaten Labuhan Batu Utara Irwan Zuhri Lubis.

Meski demikian, kata Safrizal, tidak semua budaya Melayu tumbuh subur di Tebing Tinggi. Meskipun terdapat ratusan pemuda mencintai lagu dan tari Melayu, sedikit sekali yang berminat mendalami seni senandung. Saat ini hanya tersisa tak lebih dari empat orang tua yang menekuni senandung. Ini lantaran tidak ada regenerasi yang bagus.

Dia mengusulkan agar regenerasi tersebut diperbaiki, antara lain dengan memperbanyak panggung atau festival budaya Melayu. Semakin sering pemerintah menggelar panggung budaya Melayu, semakin dekat budaya itu dengan masyarakat. Itu keyakinan Safrizal.

”Saya sendiri mulai menyukai budaya Melayu karena sering melihat pementasannya, baik di acara kawinan, agustusan, atau festival di daerah saya,” ujar Supriyani yang berdarah Jawa itu.

Menurutnya, semakin sering masyarakat menyaksikan budaya Melayu ditampilkan, semakin cinta mereka terhadapnya. Begitu juga sebaliknya.

Irwan setuju dengan usulan Safrizal ataupun Supriyani. Pemerintah provinsi sendiri telah menunjukkan apresiasi yang bagus terhadap budaya Melayu. Setidaknya jika dilihat dari adanya Festival Budaya Melayu tahun ini.

”Saya berharap festival-festival budaya ini diperbanyak,” katanya.

Dia meyakini budaya Melayu tetap bertahan meskipun empasan budaya luar dan budaya Barat begitu kencang sebagaimana terlihat di televisi dan internet.

Sebaliknya, semakin kencang terpaan budaya luar, semakin menguat upaya memperjelas budaya lokal. Syarat utamanya adalah memperbanyak panggung untuk pergelaran budaya Melayu.

Selain memperbanyak panggung, kata Safrizal, kebudayaan lokal seperti budaya Melayu ini harus dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah. Tujuannya agar anak-anak tidak hanya mengenal budaya luar lewat televisi dan internet. (MHF)

-

Arsip Blog

Recent Posts