Tale Kerinci Tergerus Akulturasi

Jambi - Seniman dan budayawan Jambi asal Kerinci Azhar Mj mengaku prihatin terhadap kondisi seni Tale Kerinci, yang mulai hilang akibat tergerus akulturasi.

Tale Kertinci adalah nyanyian khas Kerinci yang memiliki ciri dan tipikal unik dan khas pada cengkoknya yang berbeda dari berbagai bentuk dan jenis seni nyanyian lainnya di dunia. "Sebagai seniman saya prihatin melihat album-album musik Kerinci yang muncul sekarang ini. Labelnya ditulis Tale Kerinci tapi isinya justeru tidak mencirikan karya itu adalah lagu Tale tapi hanya lagu dangdut atau pop yang berbahasa Kerinci," kata Azhar Mj, di Jambi, Jumat (24/12).

Padahal, Tale telah membuktikan kepada dunia tentang begitu tingginya peradaban masyarakat Kerinci di masa lampau. Hal itu terpancar dari warisan kebudayaan seni Tale yang memiliki ciri cengkok unik dan khas yang tidak sama dengan dengkok berbagai jenis seni nyanyian lainnya.

Azhar menjelaskan, seni nanyanyian Tale adalah produk asli kebudaaan masyarakat Kerinci, yang mencerminkan penyatuan nilai estetika yang dimiliki setiap individu masyarakat Kerinci di masa lampau dengan alam lingkungan dan peri kehidupannya yang elok permai.

Cengkok Tale Kerinci terbangun oleh kondisi tersebut. Pakem nada pentatonik yakni do re mi so la yang menjadi cirinya adalah wujud jati diri masyarakat Kerinci yang digambarkan dalam nada yang selalu berayun-ayun seperti angin, atau mendayu-dayu seperti alam pebukitan, pengunungan, hutan, ladang, sawah danau, sungai dan lainn sebagainya.

Pemadangan alam yang elok itu termanifestasikan dengan sendirinya dalam pola nyanyian Tale yang syairnya berupa kalimat-kalimat sastrawi berisi pengekspresian jiwa secara spontan. "Pakem pola nada atau cengkoknya itu jelas berbeda dengan cengkok lagu dangdut ataupun lagu melayu, lagu Arab, lagu India. Apalagi dengan lagu pop kotemporer saat ini," ujarnya.

Dalam catatan Azhar, seniman Kerinci terakhir yang berhasil mempertahankan pakem cengkok Tale tersebut dalam gubahan-gubahan karyanya adalah Atmajar Idris yang berkarya dalam kurun waktu 1980-1990.

Sementara itu seniman Jambi yang masih berkarya lagu Tale tersebut hingga kini adalah Azhar Mj dan Zurhatmi Ismail. Tale Kerinci diperkirakan telah seusia dengan seni nyanyian Kidung atau Nembang di Jawa, atau Nyinden di Sunda. Lebih tua dari seni nyanyian Kaba'i Sumatra Barat, atau seni Mantau masyarakat Dayak.

Seperti Kidung, Nembang dan Nyinden, Cengkok Tale juga menyatu dengan suasana alam dan emosi masayrakat pemiliknya. Namun, berbeda dengan nasib Kidung, Nembang dan Nyinden, yang masih tetap terus bertahan dan mampu dipertahankan masyarakat pendukungnya sebagai harta pusaka warisan budaya leluhur, Tale Kerinci justru semakin hilang tergerus zaman, kalah dari deraan akulturasi atau inkulturasi budaya luar.

Karena itulah Azhar mengkritik keras karya-karya senima musik di Kerinci dewasa ini yang lebih suka memakai jenis musik dangdut dengan memakai bahasa lokal masyarakat Kerinci. "Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, bisa karena rendahnya pengetahuan si seniman atau bahkan mungkin tidak punya pengetahuan samasekali terhadap pakem-pakem lagu tradisi tale," ujarnya.

Bisa juga karena memang si seniman berniat ingin menghancurkan akar tradisi itu dan menggantinya dengan bentuk lain sesuai seleranya sendiri. Jika tidak mau ciri yang menjadi jati diri tradisi negeri tersebut hilang ditelan modernisasi, Pemda harus segera melakukan upaya-upaya penyelamatan kongkrit. Pendidikan dan pengetahuan kebudayaan generasi harus kembali direvitalisasi.

Kaset atau cakram yang sebelumnya berlabel Tale Kerinci harus segera dicabut peredarannya atau diganti label identitasnya tersebut, semisal mengganti judul album dari Tale Kerinci menjadi lagu dangdut berbahasa Kerinci atau lagu pop berbahasa Kerinci.

"Hal itu jauh lebih bijak, daripada terus menjerumuskan masyarakat dalam ketidaktahuannya dengan pengertian yang salah tersebut. Kritik dan saran itu sudah saya sampaikan kepada Bupati Kerinci dan Kadis Budpar Provinsi Jambi maupun kabupaten Kerinci," tandas Azhar.

Saat ini, setiap tahunnya rata-rata dua album lagu Kerinci selalu diluncurkan dengan label Tale Kerinci para artis Kerinci, baik lagu-lagu karya terbaru maupun lagu lama dengan aransemen baru, baik album tunggal maupun kompilasi. Umumnya album-album tersebut direkam di Padang, Medan dan Jakarta. (Ant/OL-2)

-

Arsip Blog

Recent Posts