Warung "Esek-esek" di Kediri Diobrak

Kediri, Jatim - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Kediri mengobrak-abrik belasan warung di bantaran Sungai Brantas. Warung semi permanen ini diduga menjadi tempat mesum pasangan pelajar dan waria.

Penertiban yang dilakukan siang tadi membuat para pemilik warung kalang kabut. Mereka tidak menduga tempat usaha yang telah berjalan lebih dari lima tahun itu akan ditertibkan. “Jangan dirusak pak,” ratap Sumiati, salah satu pemilik warung saat petugas hendak merobohkan tempat usahanya, Senin (6/12).

Tindakan petugas ini memang tidak setengah hati. Menggunakan gergaji besi dan peralatan tukang, mereka membongkar lapak-lapak berbentuk panggung. Tempat usaha berbentuk lesehan ini terbuat dari bambu dan berjajar di sepanjang bantaran sungai Brantas.

Kawasan ini menjadi favorit sejumlah anak muda dan masyarakat Kediri. Selain melayani tamu mulai pagi hingga malam hari, tempat ini cukup nyaman dan tidak terlalu bising karena berada di tepi sungai. Bahkan pengunjung yang hampir seluruhnya berpasangan ini dengan leluasa berbuat mesum karena lokasinya yang sepi. Warung itu juga cukup jauh dari jalan karena menjorok ke tepian sungai. “Mereka bebas berbuat apa saja tanpa ketahuan,” kata Khoirul Abadi, pekerja radio yang berkantor di dekat kawasan itu.

Selain pasangan muda dan pelajar, kawasan itu juga menurut Khoirul juga menjadi langganan para pekerja seks komersial dari kelompok waria dan gay. Mereka mangkal mulai pukul 19.00 Wib hingga tengah malam untuk menjaring pria hidung belang.

Keberadaan mereka tidak terlalu dipersoalkan warga setempat. Sebab tidak sedikit warga yang memiliki usaha di tempat itu. Bahkan keberadaan pengunjung di tempat itu sangat mendongkrak pendapatan mereka. “Sebagian besar pengunjungnya memang remaja,” tambah Khoirul.

Hal itu dibantah Yugo Nugroho, Koordinator Paguyuban Brantas Bersemi, sebuah perkumpulan pengelola warung bantaran Sungai Brantas. Menurut dia tidak ada perbuatan maupun transaksi prostitusi di tempat itu. “Para waria dan gay itu sudah ada di sini sebelum warung buka,” katanya.

Menurut Yugo, mereka justru menghormati para pengunjung warung dengan tidak bertransaksi di tempat itu. Apalagi warung-warung itu ditutup mulai pukul 23.00 Wib. Dia berharap operasi Satpol PP itu tidak membongkar seluruh bangunan agar memberi kesempatan warga untuk berdagang.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Muhammad Ivantoro mengatakan pembongkaran ini merupakan tindak lanjut keluhan masyarakat. Karena itu pihaknya telah memberikan surat teguran dan peringatan untuk tutup sebanyak tiga kali sebelum melakukan pembongkaran. “Ini bukan mendadak,” katanya.

Namun, dia setuju permintaan pedagang untuk tetap berdagang di kawasan itu. Hanya saja keberadaan akan ditata untuk mencegah tindakan prostitusi. Sebanyak 18 lapak dibongkar dalam penertiban tersebut. (Hari Tri Wasono)

-

Arsip Blog

Recent Posts