Kepri Juara Umum Dayung Perahu Naga

Tanjungpinang, Kepulauan Riau - Tim Dayung Kepri akhirnya berhasil mencatatkan hasil manis di hari terakhir kejuaraan nasional (kejurnas) Dayung Perahu Naga di Palembang, Jumat (4/12).

Tim dayung Kepri berhasil menggondol satu emas lagi untuk kategori 500 meter untuk 10 pendayung. Selain itu, Tim Kepri juga berhasil menyabet medali perak untuk kategori 250 meter untuk 10 pendayung.

‘’Dengan demikian, Kepri berhasil keluar sebagai juara umum dalam kejuaraan nasional Dayung Perahu Naga dengan raihan total 3 emas dan satu perak,’’ kata Kabiro Umum Pemprov, Irmansyah, saat dihubungi Tribun, Jumat (4/12).

Untuk tempat kedua dan ketiga diraih oleh Provinsi Sumatera Barat dan Aceh. Sedangkan tuan rumah Sumatera Selatan duduk diperingkat ke empat. Keberhasilan ini, kata Irmansyah setelah tak lepas dari latihan serta kerja keras seluruh tim untuk meraih medali emas tersebut.

‘’Prestasi ini sangat membanggakan kita karena berhasil mengharumkan nama Kepri di tingkat nasional,’’ katanya. Untuk itu Pemprov Kepri tidak akan menutup mata terhadap prestasi yang telah diukir oleh para pedayung Kepri tersebut. ‘’Tentu kami akan memberikan hadiah kepada mereka,’’ janjinya.

Saat ini, cabang olahraga sedang diperjuangkan untuk masuk dalam salah satu cabang olahraga di PON mendatang. Jika berhasil, maka tim dayung Kepri akan otomatis lolos ke PON mendatang.

Kejuaraan Dayung Perahu Naga ini diselenggarakan di Danau Ogan Permata Indah (OPI) Jakabaring, Palembang. Untuk kategori perahu naga, pihak panitia menyiapkan delapan medali emas.

Adapun kategori perahu naga dibagi dalam dua kelompok, perahu naga 500 m dan perahu naga 250 m, dan tiap-tiap kelompok dibagi dalam dua kategori yakni 12 pedayung dan 22 pedayung, untuk putra dan putri. Selain Kepri dan tuan rumah Sumatera Selatan, kejuaraan ini diikuti Aceh, Sumatra Barat, dan Riau. (Anton/eik)

Ancol Gelar Pertunjukan Internasional Akhir Tahun

Jakarta - Taman Impian Ancolakan mempersembahkan berbagai acara akhir tahun dengan tema "Explore Your Imagination!" yang diantaranya menampilkan dua pertunjukan internasional, "Wolverine dan Scorpion Pirates".

"Wolverine dan Scorpion Pirates, kedua `international show` (pertunjukan internasional) ini berasal dari AS," ujar Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Budi Karya Sumadi di Jakarta, Sabtu.

Dijelaskannya bahwa mulai dari "stuntmen" (pemeran pengganti) profesional, skenario, beragam peralatan hingga "special effect" (efek khusus) digarap dengan baik demi memenuhi ekspektasi pengunjung dalam mengembangkan imajinasinya serta menuangkan imajinasi yang ada dalam benak pengunjung tersebut menjadi sebuah pertunjukan spektakuler.

Budi Karya menambahkan, Wolverine dan Scorpion Pirates merupakan sebuah variasi acara internasional yang sangat unik, dimana Wolverine adalah sebuah pertunjukan aksi dalam ruangan bertaraf internasional, sedangkan Scorpion Pirates adalah sebuah "water stuntmen show" yang diperankan di luar ruangan.

Wolverine merupakan sebuah serial pertunjukan "action" dari X-Men, yang pementasan perdananya sukses pada Juli 2009 . Pada pertunjukan ini, Wolverine bersama Cyclops, Storm dan Beast akan menyelamatkan manusia dari serangan mutan.

Namun uniknya adalah selain berhadapan dengan Magnetto, Wolverine akan berhadapan dengan saudaranya sendiri yaitu Sabretooth serta ditambah aksi motor yang melengkapi adegan Wolverine dengan spesial efek cuaca salju, api, angin dan petir.

Sementara dalam scorpions pirates, Gelanggang Samudra akan disulap menyerupai setting pertempuran laut melawan bajak laut kalajengking dengan manuver jet ski yang dipadu dengan atraksi terjun bebas dan menyelam. Pertunjukan itu akan ditambah dengan spesial efek api, air dan ledakan-ledakkan yang akan menambah atraksi bajak laut semakin seru.

"Yang menarik adalah kedua `international show` ini dapat disaksikan langsung oleh pengunjung Dunia Fantasi atau Gelanggang Samudra," ujar Budi seraya menekankan bahwa Ancol Taman Impian akan terus berupaya melakukan inovasi, baik dengan menghadirkan sesuatu yang baru terkait produk maupun pelayanan bagi pengunjung.

Bagi pada pengunjung, menurut Budi, nantinya cukup membayar tiket masuk Dunia Fantasi, maka mereka dapat menyaksikan Wolverine atau membeli tiket Gelanggang Samudra dan mereka sudah langsung mendapatkan benefit menyaksikan Scorpion Pirates.

Selain Wolverine dan Scorpion Pirates, Taman Impian juga akan menyelenggarakan sebuah international art exhibition "Jakarta Contemporary Ceramics Biennale".

Eksibisi itu merupakan pagelaran seni budaya keramik yang menghadirkan karya seni dari perupa internasional maupun nasional dengan warna kontemporer.

Budi Karya mengatakan, Ancol sebagai sebuah destinasi wisata yang memiliki komitmen di bidang pengembangan seni dan budaya akan secara konsisten mengadakan pagelaran seni yang spesial.

Budaya dan seni memiliki nilai historikal yang sangat tinggi dan sangat beragam dari satu karya ke karya lainnya. Nilai histori ini menjadi sebuah nilai yang "tak tergantikan" karena mempunyai makna esensial tersendiri sebagai sebuah jiwa dari sebuah karya.

"Exhibition ini menjadi momentum pertemuan antara perupa, kolektor, pencinta seni, maupun masyarakat luas. Maka kami berharap dapat terjadi sebuah interaksi untuk mengedukasi masyarakat bahwa sebuah seni dan budaya memiliki potensi ekonomi yang dapat dikembangkan melalui tangan-tangan kreatif," kata Budi Karya.

Ubah Visit Batam Jadi Gerakan

Batam, Kepulauan Riau - Hari jadi Kota Batam ke-180, akan diperingati 18 Desember nanti. Perayaan tersebut bertepatan dengan momentum menyongsong Visit Batam 2010, yang kali ini tak hanya akan digagas sebatas program, tapi sebagai gerakan.

Ditemui di sela-sela acara “Melangkah Bersama Anlene”, Minggu (6/12), Kapala Dinas Pariwisata Kota Batam Guntur Sakti mengatakan, pihaknya bersama masyarakat telah menyiapkan banyak event terkait perayaan HUT Kota Batam dan menyongsong Visit Batam 2010 ini.

Di antaranya Parade Budaya Nusantara yang akan digelar pada hari Jumat (11/12), Kenduri Seni Melayu, mulai tanggal 12-15 Desember. Di sini nanti juga akan digelar Big Bazar mulai 12-19 Desember.

Ada pula perayaan tahun baru Islam, 1 Muharram yang jatuh tanggal 17 Desember. Berikutnya ada Smack Drum, Final Festival Band sebagai song theme Visit Batam, lomba foto Visit Batam.

Puncaknya pada tanggal 31 Desember, akan digelar event kenduri akhir tahun dan pesta kembang api di Dataran Engku Putri, Batam Center. Seperti tahun sebelumnya, sederet artis dan grup band sudah siap memeriahkan event ini.

“Ini adalah momen bersejarah, sebab merupakan perayaan HUT Batam yang pertama kali dilakukan, sejak perda hari jadi Kota Batam ditetapkan,” ujar mantan Sekertaris DPRD Batam 2004-2009 ini.

Agar peringatan HUT kota Batam dan menyongsong Visit Batam 2010 ini berlangsung sukses, Guntur mengharapkan partisipasi masyarakat, dengan menjadikan visit Batam ini sebagai gerakan bersama.

Untuk itu, Guntur mengimbau agar semua tempat keramaian dan instansi pelayanan publik, seperti mall, tempat hiburan, hotel, rumah sakit serta beberapa instansi pemerintah maupun swasta.

Termasuk juga pelabuhan dan bandara, ikut menyemarakkan dengan memasang berbagai baliho, spanduk, lampu hias dan sebagainya. ”Kami minta agar karyawan dan karyawati, khususnya petugas front liner, memasang logo Visit Batam di seragamnya, baik dalam bentuk pin atau bordiran,” jelasnya.

Menurut Guntur, dukungan ini sebagai tanda kesiapan masyarakat untuk menyongsong visit Batam 2010. Karena program ini bukan hanya milik sektoral, namun milik seluruh masyarakat. (ref)

Menkokesra: Budaya Bukan Hanya Penopang Pariwisata

Nganjuk, Jawa Timur - Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menegaskan kebudayaan bukan hanya penopang pariwisata. Dia juga menjanjikan pelestarian dan pengembangan budaya dan nilai-nilai moral.

Hal ini disampaikan Agung dalam sambutannya pada peringatan hari jadi seni Trah Asmaprawiro di Padepokan Trah Asmaprawiro, Kecamatan Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur, Minggu (6/12). Sebelumnya, penasihat Trah Asmaprawiro, Harmoko yang juga Menteri Penerangan masa Orde Baru meminta supaya kebudayaan tidak disamakan dengan pariwisata. Sebab, ketika digabung dengan pariwisata, segala hal dihitung dengan uang.

Dalam acara ini pula, Agung didaulat untuk menyerahkan anugrah trah Asmoprawiro kepada Lasimin - pengajar tari Trah Asmoprawiro, guru SDN, dan guru pramuka. Selain itu, ditampilkan beragam kesenian seperti karawitan ibu-ibu Sentonolaras Kecamatan Patianrowo, tari Remo, dan pertunjukan wayang. (Nina Susilo)

Presiden SBY Minta Duta Wisata Promosikan Indonesia

Ambon, Maluku - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta para duta wisata dari berbagai daerah yang mengikuti ajang pemilihan Duta Wisata Indonesia untuk mempromosikan potensi pariwisata Indonesia ke mancanegara, agar jumlah kunjungan wisatawan mancanegara terus meningkat.

(Finroll) - "Ajang pemilihan Duta Wisata yang memasuki tahun keempat ini hendaknya menjadi semangat baru bagi para duta wisata untuk mempromosikan kekayaan pariwisata di tanah air," kata Presiden dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Sekretaris Daerah (Sekda) Maluku, Ros Far-Far, pada Grand Final pemilihan Duta Wisata Indonesia 2009, di Ambon, Sabtu (5/12) malam.

Presiden menghimbau semua pihak untuk menggairahkan pengembangan seluruh potensi pariwisata di berbagai daerah sebagai salah satu pilar utama pembangunan bangsa dan negara, untuk menjaring sebanyak- banyaknya wisatawan berkunjung ke Indonesia.

Menurut Presiden, potensi pariwisata yang sangat besar di tanah air tidak berarti jika semua pihak tidak bekerja keras untuk mengembangkannya. "Pemerintah daerah harus bekerja keras dengan melibatkan semua komponen masyarakat untuk mempromosikan potensi pariwisata yang dimilikinya, agar menarik perhatian wisatawan mancanegara untuk mengunjunginya," ujar Presiden.

Presiden meminta program Departemen Kebudayaan dan Pariwisata "Kenali Negerimu, Cintai Negerimu" harus terus digelorakan dan menjadi bagian pergerakan bersama masyarakat untuk mempromosikan potensi pariwisata di setiap daerah secara global, agar semakin terkenal di mancanegara.

Presiden memberikan apresiasi khusus dan menganggap event pemilihan Duta Wisata Indonesia yang digelar Yayasan Duta Wisata Indonesia bekerjasama dengan Depbudpar dan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Duta Wisata Indonesia (Adwindo), sangat penting untuk membangkitkan kecintaan generasi muda terhadap sektor pariwisata di tanah air.

"Ini wadah untuk menanamkan rasa cinta tanah air yang indah dan kaya akan keragaman budaya yang tak lekang dimakan usia dan terpatri dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika kepada sejak dini kepada generasi muda sejak dini," katanya.

Dia berharap para duta wisata Indonesia dapat menunjukkan jati diri bangsa yang kaya akan nilai-nilai luhur serta ditunjang keramah- tamahan, agar bangsa dan negara semakin dikenal.

Bali Perluas Jaringan Ekowisata Desa

Denpasar, Bali – Bali mulai mengembangkan dan memperluas jaringan ekowisata desa atau JED untuk memberikan keseimbangan dengan usaha wisata komersial yang lebih maju dari segi pelayanan maupun infrastruktur.

"Kami tidak ingin memindahkan atau mengalihkan wisatawan ke tempat lain. Ekowisata hanya dilakukan sebagai bentuk penyeimbang terhadap ekonomi lokal, dan masyarakat kali ini sebagai subjek," kata Direktur Yayasan Wisnu Made Suarnatha sekaligus sebagai pendamping dalam JED ini di Karangasem, Jumat (4/12).

Sampai saat ini baru empat model desa yang telah berkembang, yaitu Sibetan dan Tenganan di kabupaten Karangasem, Plaga di Kabupaten Badung, dan Nusa Ceningan di Kabupaten Klungkung. Pada 15 Desember mendatang akan membentuk asosiasi JED yang di dalamnya telah bersiap 20 desa yang siap untuk mempromosikan daerahnya.

Ke-20 desa itu diantaranya Purboayu di Kabupaten Karangasem, Desa Les, Sudaji, Sumber Klampok dan Pemuteran yang terletak di kabupaten Buleleng. Kemudian Desa Kaliakah dan Perancak di Kabupaten Jembrana dan Desa Sekartaji, Braban, dan Angkah di Kabupaten Tabanan.

"Dulu pariwisata Bali merupakan ekowisata dan wisatawan yang datang bukan hanya mencari tempat indah untuk bersenang-senang tapi bagaimana mereka mampu mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang berharga untuk saling berbagi," kata Suarnatha.

Setiap desa harus mampu mengidentifikasi kekhasannya masing-masing, sekecil apapun. Potensi ini yang harus dikemas, karena menurut survei bahwa wisatawan yang pernah ke Bali, 60 persen di antaranya akan kembali ke Bali.

"Suguhan wisata yang ditawarkan tentu harus berbeda sehingga membuat mereka menjadi terkesan tiap kali datang. Ini yang harus dipikirkan supaya Bali tidak kehilangan yaitu dengan mengemas potensi itu," kata dia.

Asosiasi ini juga memberikan ruang promosi berupa pamflet. Hal ini yang akan dicoba untuk dikembangkan karena Bali yang awalnya merupakan daerah ekowisata kemudian booming pariwisata massal dengan fasilitas akomodasi yang luar biasa dan justru membuat konflik dengan lingkungan. "Bali ini pulau kecil dan jangan selalu dijejali dengan hal-hal yang bersifat massa," ujar Suarnatha.

Selain memberikan ruang untuk promosi, asosiasi ini juga sebagai wadah guna mendapatkan pendampingan dan secara teknis akan diberikan pelatihan bagaimana menjadi seorang pemandu wisata. Nantinya akan diberikan sertifikat untuk desa yang telah memenuhi syarat, seperti soal sanitasi, makanan, dan cara memperlakukan para wisatawan yang berkunjung.

Empat desa yang sudah ada nantinya akan berbagi pengalaman dengan beberapa desa yang baru merintis ekowisata ini. JED sendiri telah membangun jaringan ke luar negeri hingga beberapa negara, seperti Thailand, Kamboja, Malaysia, dan Amerika Latin.

JED ini harus membuat keuntungan lebih banyak pada masyarakat lokal karena selama ini pariwisata dikuasai pebisnis besar dan pemerintah kurang memfasilitasi. "Pemerintah lebih banyak memberikan ruang untuk investor sehingga potensi desa di Bali ini kurang terekspos," ujarnya.

Dia mengakui bahwa sampai saat ini, sejak JED dikembangkan, peminatnya memang sebagian besar wisatawan mancanegara, seperti dari Eropa, Jepang, Amerika Latin, Australia, dan Amerika Serikat.

Dengan perluasan JED ini, diharapkan ke depannya, akan terjadi pemerataan di sektor pariwisata dan masyarakat yang berhak mendapatkan keuntungan serta manfaat lebih besar karena merekalah yang selama ini mengelola dan memelihara daerahnya.

"Persoalan atau kendala bahasa tidak terlalu penting karena nantinya akan ada penerjemah. Yang terpenting adalah masyarakat memahami potensi desanya dan bagaimana menjualnya," kata dia.

Manajer JED Gede Astana menambahkan, untuk tahun ini jumlah wisatawan yang mengikuti ekowisata sebanyak 300 orang. "JED ini tidak menitikberatkan pada jumlah karena yang terpenting adalah kualitas," ujarnya.

Seperti kunjungan ke hutan di Tenganan yang dibatasi tidak boleh lebih dari 15 orang. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar hutan tidak rusak. (Ant/OL-5)

Tourism Award` Pacu Pariwisata Bali

Denpasar, Bali - Komponen pariwisata Bali menyambut positif penyelenggaraan "Tri Hita Karana (THK) Tourism Award" sebagai upaya memacu pariwisata terutama perhotelan untuk menerapkan konsep tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan.

"Kami percaya industri pariwisata Bali sangat tergantung dengan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan, tidak hanya untuk wisatawan, tetapi juga bagi Bali sendiri," kata Ida Bagus Gede Sidharta Putra, pelaku pariwisata di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan wisatawan yangt berkunjung ke Bali karena kekhasan adat dan budaya yang dimiliki, mereka datang ingin menikmati budaya tersebut.

"Wisatawan mancanegara ingin menyaksikan langsung budaya Bali, dan mereka tidak puas melalui tayangan media saja," atanya.

Menurut dia hal itu merupakan salah satu keberhasilan promosi yang dilakukan pemerintah maupun komponen pariwisata termasuk juga peran media massa.

"Karena itu semua komponen masyarakat harus mendukung kegiatan `Tri Hita Karana Tourism Award` dalam upaya menjaga keseimbangan manusia dengan lingkungan," katanya.

Ia menyatakan mendukung kegiatan ini karena dapat diimplementasikan dengan lingkungan utuk menunjang pariwisata," kata Sidharta Putra pemilik Hotel Griya Santrian.

Hotel Griya Santrian yang menyabet penghargaan "Tri Hita Karana Tourism Award" dengan predikat "emerald II" karena penataan lingkungan di kawasan hotel tersebut semuanya berdasarkan konsep Tri Hita Karana.

"Ke depan kelestarian lingkungan alam maupun keseimbangan hidup akan terus ditingkatkan, sehingga kami terus dapat mempertahankan penghargaan predikat `emerald`," kata pria yang juga Ketua Yayasan Pembangunan Desa Sanur itu.

Ia mengatakan keharmonisan dan keseimbangan hidup yang tertuang dalam filosofi Tri Hita Karana menjadi tanggung jawab moral untuk dipertahankan serta dilestarikan oleh semua masyarakat Bali.

Sejumlah hotel yang menerima "Tri Hita Karana Tourism Award" 2009 dalam acara penyerahan penghargaan tersebut pada Jumat malam (4/12) antara lain untuk kategori hotel bintang lima dan bintang lima plus adalah Four Season at Jimbaran, Intercontinental Bali Resort, Melia Benoa, Nusa Dua Beach, St Regis dan The Laguna yang seluruhnya mendapat penghargaan emas.

Untuk kategori hotel bintang empat penghargaan emas diraih oleh Harris Resort Kuta, Mercure Resort Sanur, Novotel Bali Benoa dan Risata Bali, serta perak diraih Grand Istana Rama, Puri Santrian dan Santika Premiere.

Kategori hotel bintang satu, dua dan tiga penghargaan "emerald II" diraih Griya Santrian dan penghargaan perak masing-masing diraih Inna Sindhu Beach, All Seasons Resort Legian, Damai Lovina Villas, Puri Dalem dan Warwick Ibah.

Sedangkan penghargaan untuk kategori hotel melati diberikan kepada Dewi Sinta (perunggu), Puri Lumbung Cottages (emas), The Ulin Villas (perak), Villa Kubu (emas) dan Furama Villas (perak) (ant)

Sanggar Megat dan Tualang Tige Juara

Lingga, Kepulauan Riau - Sanggar Megat Syah Alam dari Lingga tampil sebagai juara pertama dalam lomba tari tradisi dalam kegiatan Rampai Seni Budaya Melayu (RSBM). Kategori tari kreasi dimenangkan Sanggar Tualang Tige dari Singkep Barat.

Dewan juri menetapkan pemenang lomba tari tradisi juara pertama anggar Megat Syah Alam Lingga, juara kedua Tualang Tige Singkep Barat, dan juara ketiga Payung Singkep. Juara harapan sanggar utusan dari kecamatan Senayang

Sedangkan dalam lomba tari kreasi pemenangnya adalah Sanggar Tualang Tige dari Kecamatan Singkep Barat, juara kedua Megat Syah Alam dari kecamatan Lingga, dan juara ketiga Sanggar Gema Cinta dari kecamatan Singkep.

Juara harapan Intan Payung Singkep dari Kecamatan Singkep.

Dewan juri lomba tari tradisi dan tari dalam kegiatan menetapkan Angga S sebagai penata musik terbaik dan Yudi terpilih sebagai penata tari terbaik.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lingga Muhammad Ishak mengatakan lomba tari kreasi dan tari tradisi mendapat sambutan meriah dari para penonton yang memadati halaman Gedung Nasional Dabo Singkep, Minggu (6/12) malam.

Dibanding RSBM tahun lalu, lomba tari tahun ini cukup banyak diikuti yakni sebanyak 22 peserta. Raja Murad selaku koordinator dewan juri mengaku bangga dan kagum melihat penampilan sanggar yang tampil. (dea)

Dijajaki, Transfer Turis dari Melaka

Batam, Kepulauan Riau - Acara konvensi Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) dimanfaatkan Pemko Batam untuk mempromosikan potensi pariwisata Batam kepada peserta konvensi baik dari Malaysia maupun delegasi negara lain.

Dalam jualan pariwisata tersebut, Pemko Batam lebih banyak menjelaskan berbagai kegiatan yang digelar dalam rangka Visit Batam 2010, perkembangan wisata, dan potensi Batam sebagai salah satu kota MICE (Meeting, Incentive, Congress, dan Exhibition) di Indonesia. Presentasi pariwisata Batam tersebut disampaikan Kadispenda Kota Batam, Raja Supri, SSos, MSi mewakili Wali Kota Batam Ahmad Dahlan.

Selain presentasi, Pemko Batam juga memutar video yang berisi beragam destiniasi wisata Batam, mulai wisata budaya, resort, event wisata, belanja, kuliner, dan hiburan malam.

Wali Kota Ahmad Dahlan yang juga hadir dalam konvensi tersebut menyebutkan, antara Batam dan Melaka bisa dijalin kerja sama (MoU) di bidang pariwisata. Melaka, kata Dahlan, mengandalkan wisata sejarahnya. Banyak wisatawan asing yang berkunjung ke Malaysia, termasuk ke Melaka.

”Kita berencana menjalin kerja sama dengan Melaka dalam hal pariwisata, yaitu transfer wisatawan. Wisatawan asing yang berkunjung ke Malaysia bisa diarahkan juga untuk berwisata ke Batam,” kata Dahlan usai penutupan konvensi tersebut kepada wartawan.

Sementara bidang investasi, Pemko akan menjajaki kerja sama dengan Johor Bahru yang merupakan daerah industri seperti kawasan industri Iskandar.

Selain Raja Supri, tampil sebagai pembicara Wakil Gubernur Kepri HM Sani. Sani menjelaskan berbagai potensi di Kepri, termasuk bidang pariwisata yang meliputi wisata sejarah, wisata resort, dan wisata olahraga.

”Selama ini hubungan Malaysia dengan Kepri bagus. Banyak yang berobat ke Malaysia terutama Melaka. Saya juga berharap banyak warga Malaysia yang berkunjung ke Kepri,” katanya, akhir pekan kemarin.

Sani mengatakan, sekitar 300 juta etnis Melayu di dunia merupakan pasar yang potensial dalam hal ekonomi, termasuk pariwisata. Untuk memajukan DMDI dan Melayu, kata Sani, harus dilakukan lima aksi. Yaitu melakukan pertukaran informasi, promosi bersama dengan berbagai expo, membuat pasar bersama seperti yang sudah dilakukan Uni Eropa, meningkatkan halangan dalam berniaga, misalnya dengan adanya kemudahan dalam lintas batas negara, dan meningkatkan kunjungan, terutama pelaku bisnis. (eri)

Kajian Antropologi : Orang Mandailing Adalah Etnis Batak

Oleh Ibnu Avena Matondang

WILAYAH dalam pandangan antropologi dilihat sebagai suatu kesatuan daerah yang didiami oleh sebentuk komunitas atau suku, sehingga dalam suatu wilayah bisa terdapat hanya satu komunitas atau suku maupun satu wilayah yang didiami oleh beberapa komunitas atau suku.

Konsep wilayah dalam pandangan antropologi pertama kali dikemukakan oleh antropolog Amerika , M.J. Herskovits[2]Kemudian konsep wilayah kebudayaan dikenal dengan istilah culture area,Antropolog G.P. Murdock menyusun suatu sistem terhadap daerah-daerahkebudayaan di Afrika serta mengklasifikasikan daerah-daerah kebudayaan tersebut melalui unsur perbedaan bahasa dan perbedaan sistem kekerabatan.

Melalui konsep culture area yang hendak didapatkan adalah untuk menarik satu garis merah yang menjadi persamaan bagi penduduk suku-suku bangsa yang mendiami wilayah tersebut.

Tulisan ini ditujukan untuk turut memberikan jawaban atas satu pertanyaan yang "menggelitik", yaitu : Mandailing Tidak Sama Dengan Batak, Ditujukan kepada sebagian orang yang beranggapan bahwa Mandailing tidak sama dengan Batak.

Sebelumnya definisi tentang suku Batak[3] adalah terdiri dari enam sub-group, yaitu Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing dan Angkola. Keenam sub-group tersebut terdistribusi di
sekeliling Danau Toba, kecuali Mandailing dan Angkola yang hidup relatif jauh dari daerah Danau Toba; dekat ke perbatasan Sumatera Barat,

Di dalam kehidupan sehari-hari banyak orang mengasosiasikan kata "Batak" dengan 'orang Batak Toba'. Sebaliknya grup yang lain lebih memilih menggunakan nama sub-grupnya seperti Karo, Pakpak, Simalungun, Mandailing dan Angkola.

Alasan perbedaan agama
ANGGGAPAN bahwa Mandailing bukan Batak didasarkan keadaan dilapangan bahwa pada umumnya etnis Mandailing memiliki agama yang berbeda dengan etnis Batak, Dalam hal ini agama Islam dan Kristen-baik Protestan maupun Katolik. Apabila anggapan tersebut yang menjadi dasar anggapan maka telah terjadi pengkerdilan terhadap proses berfikir secara kritis . Karena sebagaimana diketahui, agama muncul setelah kebudayaan muncul dari suatu masyarakat, dan diadopsi dalam kehidupan masyarakat tersebut,

Dalam kebudayaan Mandailing maupun Batak secara keseluruhan, kedua agama tersebut muncul dan dianut setelah mengalami proses yang lama, Konsep agama pada dahulunya didasarkan pada dinamisme dan animisme.

Perkembangan masyarakat Sipirok di Tapanuli Selatan diperkirakan baru muncul lebih kurang sembilan abad setelah pengaruh Islam mulai berkembang di Barus atau pantai barat Tapanuli Tengah[4]

Secara geografis Tapanuli Selatan merupakan basis daerah Mandailing dan hal ini dipertegas dengan pernyataan bahwa sejak sekitar abad ke-16 pengaruh agama Islam belum masuk kedaerah Tapanuli Selatan[5]


Hal ini kemudian didukung dengan tulisan oleh Parlindungan[6] menyatakan bahwa penyerbuan laskar Paderi dari Sumatera Barat ke Sipirok terjadi sekitar tahun 1816. Sebelum laskar Paderi memasuki kawasan Sipirok, mereka lebih dulu menaklukkan seluruh daerah Mandailing, Angkola dan Padang Lawas.

Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan : daerah Mandailing Tapanuli Selatan telah ada sebelum pengaruh Islam, karena sampai sekarang tidak ditemukan bukti-bukti peninggalan sejarah yang menunjukkan adanya perkembangan Islam yang meluas baik di Tapanuli Tengah maupun di Tapanuli Selatan sejak abad ke-7[7]

Sedangkan agama Kristen masuk kedaerah Sumatera Utara dimulai dengan masuknya para misionaris yang ikut dengan rombongan penjajah Belanda. Salah satunya adalah Nomensen.

Dari apa yang telah dipaparkan, pupus sudah anggapan yang menyatakan bahwa Mandailing bukan Batak karena faktor agama.

Alasan perbedaan bahasa
HAL lain yang menganggap bahwa Mandailing bukan Batak didasarkan karena Mandaling memiliki perbedaan bahasa dengan bahasa Batak, Anggapan ini runtuh dengan jawaban bahwa bahasa atau linguistik pada awalnya sama namun karena dipengaruhi faktor lingkungan, kebiasaan dan hal lain maka terjadi pergeseran dari bahasa semula. Namun pergeseran ini tidak menimbulkan perbedaan yang berarti,

Sebagai bahan acuan adalah adanya perbandingan antara beberapa kosa kata bahasa Sipirok dan bahasa Sansekerta[8]

Dalam perbandingan tersebut kata "huta" yang dalam bahasa Sansekerta "kota" yang memiliki arti sebagai kampong dan kosa kata ini juga digunakan dalam masyarakat Batak, Kosa kata lainnya adalah "debata" yang dalam bahasa Sansekerta "devta" memiliki arti dewata, dalam masyarakat Batak dalam hal ini Toba menyatakan Tuhan atau yang memiliki Kuasa dengan kata "debata", Tuhan atau "debata" digunakan dalam "Somba Debata" yang berarti sembah/sujud kepada Tuhan atau pencipta alam.

Faktor bahasa yang menjadi pembeda antara Mandailing dan Batak juga bukanlah faktor yang memiliki perbedaan signifikan antara Mandailing dan Batak.

Perbedaan-perbedaan yang menjadi landasan anggapan bahwa Mandailing dan Batak hilang dengan sendirinya apabila dikaji secara mendalam, Usaha-usaha pembedaan yang mengarah pada pemisahan antara Mandailing dan Batak merupakan taktik strategi bangsa penjajah (Belanda) untuk memecah persatuan dan keutuhan Nusantara.

Sampai saat ini masih ada orang, kelompok yang mempertahankan anggapan bahwa Mandailing bukan bagian dari Batak secara luas.

Klasifikasi Van Vollenhoven dan Koentjaraningrat
DALAM suatu klasifikasi yang dilakukan Van Vollenhoven[9] terhadap wilayah Indonesia yang mengklasifikasi berdasarkan dari aneka warna suku-bangsa di Wilayah Indonesia biasanya masih berdasarkan sistem lingkaran-lingkaran hukum adat, Dan pengklasifikasian ini, membagi wilayah
Indonesia kedalam 19 daerah, yaitu :
1. Aceh 11. Sulawesi Selatan
2. Gayo-Alas dan Batak 12. Ternate
2a. Nias dan Batu 13. Ambon Maluku
3. Minangkabau 13a. Kepulauan Baratdaya
3a. Mentawai 14. Irian
4. Sumatera Selatan 15. Timor
4a. Enggano 16. Bali dan Lombok
5. Melayu 17. Jawa Tengah dan Timur
6. Bangka dan Biliton 18. Surakarta dan Yogyakarta
7. Kalimantan 19. Jawa Barat
8a. Sangir-Talaud
9. Gorontalo
10. Toraja

klasifikasi yang dibuat oleh Van Vollenhoven ini kemudian diadopsi oleh Koentjaraningrat walaupun karya Van Vollenhoven ini masih terdapat keragu-raguan pada daerah Kalimantan, Sulawesi, Indonesia Timur dan Sumatera, Koentjaraningrat menyatakan, lokasi sesuatu suku-bangsa di Indonesia biasanya ada selisih antara berbagai pengarang bahkan untuk menyatakan batas-batas wilayah suku-bangsa Aceh ada enam orang pengarang yang memiliki perbedaan antara satu sama lain[10]

Koentjaraningrat yang merupakan bapak antropologi Indonesia dalam bukunya "Pengantar Antropologi 1, 1980) tidak menyinggung sama sekali tentang perbedaan antara Mandailing dan Batak. Kalaupun ada hanyalah perbedaan batas-batas wilayah suku-bangsa Aceh.

Batak itu satu, kenapa ingin pisah ?
Anggapan bahwa Mandailing bukan Batak merupakan tindakan "kekonyolan pemikiran" yang kemungkinan menyebabkan destruct knowledge,

Menurut hemat penulis keinginan "anggota etnis Mandailing" untuk tidak menyamakan Mandailing dengan Batak- karena Mandailing bukan bagian Batak, merupakan strategi yang didasari rasa superior, primordialisme, dan emosi keagamaan berlebih.

Sejatinya seorang antropolog dilarang memasukkan unsur-unsur superior, primordialisme dan emosi keagamaan berlebih dalam menyikapi satu masalah, Mudah-mudahan tulisan ini dapat membuka cakrawala pemikiran terhadap pandangan yang ada.

Mandailing masuk kedalam bagian Batak secara luas. Karena Batak secara luas merupakan representasi suku-suku Batak, yang memiliki akar budaya dan wilayah yang sama.

Kerugian tidak timbul dari hanya sekedar peletakan Mandailing bagian dari Batak, Pemikiran umum telah terdoktrin stereotipe Batak "kasar", "kurang beradab". Namun, hal ini muncul dari pandangan orang-orang yang berada diluar lingkaran kebudayaan Batak secara luas.

Kata akhir tulisan ini untuk membuka diri terhadap proses perkembangan namun dengan memperhitungkan aspek perkembangan tersebut, marilah kita bersatu dalam Batak secara luas dan tidak mengkotak-kotakkan diri dalam pemikiran yang sempit.

Daftar Bacaan :
Koentjaraningrat (1980). Pengantar Antropologi 1. Jakarta. Aksara Baru
Koentjaraningrat (1990). Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta. UI-Press
Lubis Pangaduan. Z dan Zulkifli Lubis (1998). Sipirok Na Soli Bianglala
Kebudayaan Masyarakat Sipirok. Medan. Badan Pengkajian Pembangunan Sipirok
dan USU Press
Purba Mauly (2005). Pluralitas Musik Etnik : Batak-Toba, Mandailing, Melayu,
Pakpak-Dairi, Angkola, Karo, Simalungun. Medan. Pusat Dokumentasi Dan
Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nomensen

NB : Tulisan ini diutamakan untuk membuka cakrawala terhadap etnis Batak
sebagai suatu kesatuan Holistik.

[1] Penulis adalah mahasiswa departemen Antropologi stambuk 2003 dan bagian dari etnis Mandailing secara luas
[2] Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, 1980 : 299
[3] Mauly Purba, Pluralitas Musik Etnik ; Batak-Toba, Mandailing, Melayu, Pakpak-Dairi, Angkola, Karo, Simalungun, 2005 : 50-51
[4] Z. Pangaduan Lubis dan Zulkifli Lubis, Sipirok Na Soli Bianglala Kebudayaan Masyarakat Sipirok, 1998 : 30
[5] Z. Pangaduan Lubis dan Zulkifli Lubis, Sipirok Na Soli Bianglala Kebudayaan Masyarakat Sipirok, 1998 : 31
[6] Dalam Z. Pangaduan Lubis dan Zulkifli Lubis, Sipirok Na Soli Bianglala Kebudayaan Masyarakat Sipirok, 1998 : 31
[7] Z. Pangaduan Lubis dan Zulkifli Lubis, Sipirok Na Soli Bianglala Kebudayaan Masyarakat Sipirok, 1998 : 31
[8] Z. Pangaduan Lubis dan Zulkifli Lubis, Sipirok Na Soli Bianglala Kebudayaan Masyarakat Sipirok, 1998 : 28
[9] Dalam Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, 1980 : 315
[10] Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, 1980 : 316- 318

Indonesia Surga Pegolf Dunia

Jakarta – Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik mengatakan Indonesia sangat potensial menjadi pusat wisata golf kelas dunia karena selama ini kerap dianggap sebagai surga pegolf dunia.

"Golf ini saya sebut sebagai rekreasi dan Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk wisata golf," kata Wacik setelah acara pelepasan atlet golf ke Sea Games ke Laos di Jakarta, Minggu (6/12).

Ia mengatakan, Indonesia saat ini memiliki sebanyak 150 lapangan golf dan 50 di antaranya bertaraf dunia. "Taraf dunia ini dalam arti seluruhnya termasuk servis yang diberikan," katanya.

Lapangan golf kelas dunia di Indonesia, kata Wacik, telah didukung dengan layanan kelas satu mulai dari proshop hingga caddy yang terlatih. "Golf di Indonesia sudah siap melayani sejak pukul 06.00 pagi," katanya.

Menurut dia, Indonesia terbukti sebagai surga pegolf dunia khususnya bagi turis asal Korea, Jepang, dan Australia. Turis dari tiga negara itu terutama Korea menyempatkan diri melancong ke Indonesia untuk menikmati wisata golf.

Sejumlah lapangan golf kelas dunia yang menjadi favorit adalah Bali, Jakarta, dan Banten. "Wisatawan yang single trip atau datang sengaja untuk main golf ke Indonesia adalah turis asal Korea," katanya.

Ia menambahkan, dari 300.000 turis Korea yang datang ke Indonesia, sekitar 25 persen di antaranya berkunjung ke Bali untuk berwisata golf. "Golf selalu kami sertakan dalam promosi pariwisata selama ini," katanya.

Pihaknya juga berencana menyelenggarakan piala dunia golf mengulang kesuksesan serupa pada tahun 1983. Sampai saat ini rutin tiap tahun, Indonesia menyelenggarakan event golf kelas dunia mulai dari Indonesia, Pertamina Open, hingga Ladies Open. (Ant/Ol-5)

KA Wisata Padang-Pariaman Kembali Beroperasi

Padang, Sumatera Barat - Kereta api wisata rute Padang-Pariaman akan beroperasi kembali mulai Selasa (8/12), setelah berhenti melayani penumpang sejak gempa bumi melanda Sumatra Barat (Sumbar) pada 30 September lalu.

"Senin ini KA jalur ini kami uji cobakan. Besok, kembali akan dioperasikan seperti biasa," kata Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divre II Sumbar Syafrial Romeo di Padang, Senin (7/12).

KA wisata Padang-Pariaman sempat tidak beroperasi karena rel KA turun sepanjang dua meter di KM 43, tepatnya di Sintuk, Padangpariaman, akibat gempa tersebut.

Kondisi itu mengakibatkan KA wisata tidak bisa mengangkut wisatawan dari Padang ke Kota Pariaman sejak peristiwa gempa dua bulan lalu.

Menurut Syafrial, pengoperasian kembali KA wisata tersebut didasari permintaan masyarakat yang ingin menikmati jasa layanan KA.

KA wisata tersebut, kata dia, memiliki lima gerbong dan melayani penumpang empat kali sehari, yakni pagi dari Padang pukul 06.00 WIB, dari Pariaman pukul 08.30, pukul 14.00 dari Padang dan pada pukul 16.10 dari Pariaman. Harga karcis untuk satu kali perjalanan adalah Rp2.500.

Dengan aktifnya KA Wisata Padang-Pariaman, kata Syafrial, berarti lima jalur KA di Sumbar beroperasi normal kembali.

Akibat gempa, rute KA Padang-Padangpanjang juga tidak beroperasi karena rel tertimbun longsor di beberapa titik. Longsoran itu terjadi di kawasan Lembah Anai, Padangpanjang di KM 68, KM 70, dan KM 73.

Sementara itu, rute Padangpanjang-Muaro Kelaban, dan Sawahlunto-Muaro Kelaban tidak terganggu akibat gempa. Demikian pula rute Padang-Lubukalung, kata Syafrial, baru dibuka sejak 2 November 2009.(Ant/Ol-5)

Peserta Festival Danau Lindu Keluhkan Infrastruktur

Tomado, Sulawesi Tengah - Sejumlah warga, termasuk para peserta Festival Danau Lindu (FDL) ke-1 mengeluh selain karena prasana jalan dan listrik belum memadai, mereka juga kesulitan melakukan komunikasi keluar.

"Kalau kami mau komunikasi dengan menggunakan handphone harus pergi ke Sadaunta, desa yang berada pada poros jalan utama Palu-Kulawi dengan menempuh perjalanan dua jam menggunakan sepeda motor," kata Bernad, 35, salah satu peserta FDL dari Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Senin (7/12).

Menurut dia, seharusnya sebelum melaksanakan kegiatan seperti itu, Pemkab Sigi terlebih dahulu membenahi berbagai sarana infrastruktur seperti jalan, listrik dan telekomunikasi.

Hal senada juga disampaikan Karya, warga desa Anca, desa yang bertetangga dengan Tomado yang menjadi sentral lokasi pelaksanaan FDL ke-1. Ia mengatakan, sejak Provinsi Sulteng berdiri hingga kini, Kecamatan Lindu masih terisolasi.

"Bayangkan saja kalau ada warga yang sakit keras untuk berobat di rumah sakit di Palu harus dipikul degan jalan kaki sepanjang 12 kilometer ke desa Sadaunta, dan dari sana baru naik angkutan pedesaan menuju Palu," katanya.

Begitu pula jika hendak menelepon, terpaksa harus pergi ke Sadaunta, Kecamatan Kulawi baru bisa melalukan komunikasi keluar. "Ini kendala utama yang dihadapi masyarakat Lindu," katanya.

Ia berharap pemerintah dalam tahun-tahun mendatang memprioritaskan pembangunan sarana dan prasana fital seperti pembukaan akses jalan memadai, kelistrikan, dan fasilitas telekomunikasi guna melepaskan Kecamatan Lindu dari keterisolasian, dan ketertinggalan dari Kecamatan lainnya di Sulteng.

Masyarakat berharap ketika FDL ke-2 dilaksanakan pada 2010, akses jalan menuju dataran Lindu paling tidak sudah memadai. Begitu halnya dengan listrik dan telekomunikasi sudah ada.

Kalau kondisinya masih seperti sekarang ini, maka besar kemungkinan FDL tidak akan berhasil seperti yang diharapkan Pemprov Sulteng dan Pemkab Sigi.

Apalagi, kata Karya, jika sampai FDL sudah masuk dalam kalender tetap Dinas Periwisata Sulteng seperti FDP (Festival Danau Poso) yang setiap tahun diselenggaran dan selama ini memberikan kontribusi besar bagi pendapatan asli daerah (PAD) dan juga devisa negara.

FDL ke-1 di pusatkan di desa Tomado, Ibu Kota Kecamatan Kulawi diikuti lebih 500 peserta dari 15 Kecamatan di Kabupaten Sigi, berlangsung tiga hari dari 5-7 Desember 2009 dan dibuka langsung oleh Gubernur HB Paliudju dan ditutup oleh bupati pada Senin (7/12) petang. (Ant/Ol-5)

Mahasiswa Asing Tampilkan Tarian Tradisional Jatim

Surabaya, Jatim - Sebanyak sebelas mahasiswa asing menampilkan tarian tradisional Sprakling Surabaya dan Glipang di Surabaya Plaza Hotel, Senin (30/8). Mereka berasal dari Timor Leste, Thailand, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Solomon Island, Samoa, Tuvalu, Afsel, Jerman dan Rusia.

Kesebelas mahasiswa tersebut plus seorang dari Indonesia merupakan sebagian dari mahasiswa yang menerima Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) dari Kementrian Luar Negeri Indonesia untuk mengikuti program tersebut selama tiga bulan.

Mereka memperlihatkan kemampuan menampilkan dua tarian tradisional sebagai bagian dari evaluasi pendidikan dan pelatihan seni budaya yang diterima selama menjalani program BSBI di Surabaya. Program ini telah berlangsung sebulan.

Penampilan mereka dibagi dua kelompok. Enam mahasiswi menampilkan tari Sprakling Suroboyo yang merupakan ikon Surabaya dan enam mahasiswa menampilkan tari Glipang dari Probolinggo yang menggambarkan ungkapan syukur prajurit atas perlindungan Tuhan selama perang.

Mereka lincah dan bersemangat menampilkan kedua tarian tersebut dengan iringan irama musik tradisional yang rancak, meskipun beberapa tampak agak kaku dalam menggerakkan tangan dan kaki. Misalnya Skolovsky Alexei dari Rusia. Sebaliknya George Ribbs Waigugu dari Afsel tampak paling luwes. Toh penampilan mereka mendapat aplaus para tamu.

Menurut Diaztiarni Azhar, pimpinan produksi dalam pelatihan dan pengenalan seni budaya Jatim, penamplan mereka cukup bagus untuk orang asing yang baru sebulan mengenal Indonesia dan mempelajari tarian tradisional.

“Mereka berasal dari berbagai latar belakang dan disiplin ilmu. Hanya enam orang yang punya basic menari. Lain-lainnya ada yang penyanyi, pelukis, komposer dan mahasiswa bahasa. Tapi mereka antusias dan tekun berlatih. Ini patut dihargai,” ujarnya.

Skolovsky Alexei, mahasiswa dari Rusia, mengaku senang dan bangga bisa ikut menari Glipang. Ia mengatakan, ini pertama kalinya ia menari. Menurutnya, semula terasa sulit belajar menari, namun lama-lama ia justru menyukainya.

Alexei berpendapat, musik dan tarian Rusia jauh berbeda dengan musik dan tarian di Indonesia yang lebih kompleks dan dinamis dengan banyak gerakan tangan, kaki, bahu dan kepala serta lirikan mata.

“Ini sesuatu yang baru dan tantangan untuk saya. Tapi saya bisa menari, kan?” ujarnya dalam Bahasa Inggris campur Bahasa Indonesia yang patah-patah. Selama sebulan di Surabaya, membuatnya bisa mengucapkan sedikit kata-kata dalam Bahasa Indonesia dan ia berupaya menerapkannya dalam percakapan sehari-hari. (*)

Kebudyaan “Budikerh” Terancam Punah

Pesawaran, Lampung - Satu kebudayaan di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung ’Budikerh’ terancam punah, dengan indikasi sudah jarang ditampilkan dalam pagelaran seni dan budaya.

"Provinsi Lampung memiliki berbagai jenis aneka ragam corak adat istiadat yang sangat banyak diantaranya baik itu Lampung Pepadun maupun Pesisir atau Peminggir," ujar salah satu tokoh adat Lampung, Zendri Junaidi yang bergelar Sutan Indra Jaya dari Saibatin Marga Punggung Melaya, di Pesawaran, Minggu.

Menurut dia, sekarang ini dirasakan kebudayaan adat Lampung tersebut berangsur-angsur mengalami kemunduran dan terancam punah oleh era modern.

Ia mengatakan marga adat melaya merupakan salah satu marga saibatin dari Lampung pesisir atau peminggir di mana bagi kaum pria dan wanita dari marga adat melaya itu yang akan melangsungkan pernikahan harus melalui prosesi rangkaian tradisi adat.

Tradisi itu diantaranya acara budikerh, kedayokhan, kemukhuh, butamat, butetakh, serta nyambai budamping.

Namun, sambung dia, saat ini kebudayaan Budikerh yang merupakan perlambang rasa syukur atas dilaksanakan prosesi pernikahan di kalangan masyarakat Lampung semakin menurun bahkan terancam punah.

"Tradisi budikerh sendiri merupakan bentuk pembacaan sholawat yang diiringi alat tabuh rebana yang dimainkan hingga larut malam yang merupakan rangkaian itu salah satu bentuk wujud syukur kepada Allah SWT," ujar dia.

Dalam adat budikerh itu, tambah dia, berkumpul sejumlah tokoh adat penyimbang marga adat melaya yang terdiri dari kumpulan tiga marga yaitu marga punggung melaya, marga punggung penengahan, dan marga punggung tampak untuk memberikan doa kepada ke dua mempelai tersebut.

Setelah itu, lanjutnya, berurutan rangkaian selanjutnya adalah kedayokhan dimana ke dua mempelai akan diarak berkeliling kampung layaknya seorang raja dan ratu, dalam arakan itu juga ditampilkan berbagai jenis atraksi baik atraksi seni bela diri pencak silat, tari jambang, serta tari pedang.

"Tradisi tersebut sudah amat jarang terlihat dan disaksikan oleh masyarakat, sehingga perlu adanya pelestarian dan pengembangan budaya daerah kepada generasi muda untuk mengantisipasi terjadinya kepunahan akan salah satu kekayaan budaya daerah itu," jelas dia.

Budaya adat dari marga adat melaya itu, imbuh dia, merupakan salah satu jenis corak ragam budaya provinsi lampung yang harus tetap dilestarikan sehingga tidak pudar di era modern.

"Upaya untuk melestarikan kebudayaan Lampung khususnya adat marga adat melaya maka perlu pembinaan dan pelatihan kepada generasi muda untuk belajar budaya Lampung sehingga kebudayaan adat Lampung tidak hilang," tandas dia.

Hidup Berdampingan dengan Anak Krakatau

Oleh Wisnu Aji Dewabrata dan Yulvianus Harjono

Titik hitam di laut yang tampak dari Pelabuhan Canti, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Minggu (25/7/2010), mulai menunjukkan bentuknya. Titik hitam itu adalah Kapal Motor Batanghari, salah satu kapal yang berlayar dari Pulau Sebesi ke Canti. Kapal yang panjangnya sekitar 5 meter itu sarat dengan penumpang dan barang. Barang berukuran besar, seperti sepeda motor, diletakkan di atap kapal. Sementara penumpang duduk lesehan di dalam kapal, di atap, dan di anjungan kapal.

”Kalau mau ke Gunung Anak Krakatau, harus carter kapal. Soalnya tidak ada kapal ke Gunung Anak Krakatau, yang ada cuma ke Pulau Sebesi,” kata Ismail (49), pemilik warung makan di Pelabuhan Canti.

Setiap hari ada dua kali jadwal pelayaran, yaitu pukul 07.30 dari Pulau Sebesi ke Canti dan pukul 13.30 dari Canti ke Pulau Sebesi.

Pulau Sebesi adalah pulau berpenghuni yang letaknya paling dekat dengan Gunung Anak Krakatau. Perjalanan naik kapal dari Pulau Sebesi ke Gunung Anak Krakatau hanya 1,5 jam (sekitar 36 kilometer). Dari Pulau Sebesi, Gunung Anak Krakatau dapat terlihat samar-samar.

Pulau Sebesi terdiri atas empat dusun yang tergabung dalam satu desa, yaitu Desa Tejung Pulau Sebesi. Desa tersebut masuk Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan.

Menurut Kepala Desa Tejung Pulau Sebesi Syahroni, luas Pulau Sebesi sekitar 2.350 hektar. Jumlah penduduk mencapai 2.727 orang atau sekitar 850 keluarga.

”Setahu saya, Pulau Sebesi sudah dihuni sejak tahun 1950-an. Ayah saya lahir di Pulau Sebesi dan kakek saya dimakamkan di Pulau Sebesi,” kata Syahroni.

Pasrah dan waswas
Pasrah dan waswas, demikian perasaan warga Pulau Sebesi karena rumah mereka begitu dekat dengan Gunung Anak Krakatau. Apabila Gunung Anak Krakatau meletus, yang pertama kali tersapu adalah Pulau Sebesi.

Perasaan pasrah dan waswas itu mendorong warga Pulau Sebesi untuk selalu melakukan doa bersama di Gunung Anak Krakatau sekali setahun.

Siang itu, Minggu (25/7/2010) pukul 13.30, puluhan warga Pulau Sebesi baru selesai melaksanakan doa bersama di hutan yang berada di kaki Gunung Anak Krakatau.

Doa bersama diawali dengan shalat dzuhur berjamaah, dilanjutkan membaca Surat Yasin dan membaca tahlil yang dipimpin imam masjid Pulau Sebesi.

Menurut Rahman (47), tokoh masyarakat Pulau Sebesi, doa bersama di Gunung Anak Krakatau dulu dilakukan setiap bulan Maulud (bulan ketiga penanggalan Jawa). Sejak ada Festival Krakatau, doa bersama digelar pada saat festival berlangsung.

”Anak Krakatau ini gunung yang berbahaya. Jadi, kami berdoa bersama untuk keselamatan warga Pulau Sebesi,” kata Rahman.

Rahman menceritakan, dulu doa bersama selalu diikuti dengan upacara melarung kepala kerbau ke laut. Namun, sekarang warga tidak lagi melarung kepala kerbau karena pemborosan. Warga merasa cukup melaksanakan doa bersama secara sederhana.

Bekas kedahsyatan letusan Gunung Krakatau tahun 1883 masih dapat ditemui hingga kini. Hayun (38), warga Pulau Sebesi, mengungkapkan, warga sering menemukan perabotan dapur, seperti cobek dan gelas, saat menggali tanah. Perabotan itu dihanyutkan gelombang tsunami dan terkubur dalam tanah.

Hayun mengutarakan, rasa waswas selalu menghantui warga Pulau Sebesi, apalagi ketika Gunung Anak Krakatau mulai batuk-batuk. Terakhir, Gunung Anak Krakatau menunjukkan peningkatan aktivitas tahun 2007 dan 2008 yang disertai keluarnya semburan asap, pasir, dan batu pijar.

”Waktu itu warga cemas, Gunung Anak Krakatau yang lagi batuk-batuk menimbulkan gempa kecil di Pulau Sebesi. Warga hanya bisa pasrah kepada Tuhan,” lanjut Hayun.

Untuk mengungsi meninggalkan Pulau Sebesi, kata Hayun, tidak mungkin karena kapal yang tersedia hanya belasan. Selain itu, warga memiliki ikatan emosional yang kuat dengan Pulau Sebesi sehingga enggan meninggalkan Pulau Sebesi.

Pariwisata menggeliat
Selain mengandalkan perkebunan dan perikanan sebagai mata pencarian, warga Pulau Sebesi mulai serius menggeluti bisnis pariwisata. Di Pulau Sebesi ada tiga vila dan 12 rumah penduduk yang dapat disewa untuk homestay. Dalam seminggu ada 20-40 wisatawan datang ke Pulau Sebesi.

Pulau Sebesi dan sekitarnya memiliki banyak obyek wisata dan letaknya strategis. Pulau Sebesi memiliki daerah perlindungan laut (DPL) yang terumbu karangnya terjaga dan pulau terdekat dengan Gunung Anak Krakatau. Tidak ada hambatan komunikasi menggunakan telepon seluler di Pulau Sebesi, bahkan jaringan internet tanpa kabel pun tersedia.

Terumbu karang di sekitar Pulau Sebesi dan Gunung Anak Krakatau merupakan surga bawah laut bagi penyelam. Warga Pulau Sebesi sudah bisa menjadi pemandu para penyelam.

Sayangnya, semua potensi itu belum maksimal karena keterbatasan pasokan listrik dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di Pulau Sebesi. Warga masih mengandalkan genset atau panel surya bantuan pemerintah yang alatnya sudah mulai usang.

Qasidah, Manifestasi Keluhuran Budaya Islam

Sintang, Kalbar - Radio Republik Indonesia (RRI) Sintang, Sabtu (28/8) lalu menggelar lomba qasidah tradisional se Kabupaten Sintang. Lomba tersebut dibuka secara resmi oleh Asisten Pemerintahan Setda Sintang H Zulkifli HA di Aula LPP RRI Sintang. Saat membuka festival, Zulkifli mengatakan, bahwa qasidah merupakan manifestasi dari keluhuran dan keagungan seni budaya Islam yang tak lekang oleh waktu dan tak tergeser oleh perubahan zaman.

“Seni budaya qasidah yang ada, hidup dan berkembang di Indonesia termasuk di Kabupaten Sintang, merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya. Qasidah tidak hanya menunjukkan jati diri umat Islam saja, tetapi juga bangsa Indonesia,” ungkap Zulkifli.

Harus diakui, kata dia, seiring dengan proses globalisasi yang makin maju sekarang ini, sebagian seni budaya Islami telah mengalami pendangkalan kandungan nilainya. Tidak sedikit generasi muda yang merasa enggan untuk mendalami qasidah ini. Mereka umumnya lebih senang dengan seni budaya asing, yang kadangkala berbenturan dengan nilai luhur Islami.

“Saya melihat sangat penting dilaksanakan festival seperti ini, supaya dapat menghasilkan generasi muda yang bertaqwa dan cinta ilmu pengetahuan, agar dapat menjadi anggota masyarakat yang anggun, santun dan unggul serta membawa manfaat bagi nusa dan bangsa,” tambahnya.

Pelaksana Tugas Harian (PLh) Kepala Stasiun LPP Radio Republik Indonesia Sintang Wallusent Ganyon, menyampaikan komitmen RRI Sintang untuk terus mengembangkan seni budaya termasuk yang bernuansa agama di Kabupaten Sintang dan pembinaan iman masyarakat.

“Saya berharap seluruh peserta bisa mengambil hikmah dan manfaatnya bagi pengembangan seni budaya qasidah dan memperkuat iman masing-masing. Apa yang kami lakukan ini sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kami dalam menjalankan fungsi kami sebagai media massa,” jelasnya.

Otok Indro, ketua panitia festival qasidah menjelaskan bahwa festival qasidah tersebut sebagai rangkaian untuk mengisi bulan suci Ramadan dan perayaan Hari Radio yang ke 65 Tahun 2010. Selain menyelenggarakan festival qasidah, LPP RRI Sintang juga sudah melaksanakan acara berbuka puasa bersama warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Sintang dan anak-anak Panti Asuhan HIRA Baning Sintang.

“Acara ini hasil kerjasama LPP RRI Sintang dengan Badan Kontak Majelis Taklim Kabupaten Sintang. Festival seperti ini merupakan yang kedua kalinya setelah yang pertama kami laksanakan pada tahun 2008 yang lalu. Festival ini hanya satu hari saja yang diikuti oleh 6 group qasidah. Masing-masing group berjumlah 10 orang,” jelas Otok. (zal)

Ditemukan Dinosaurus Jenis Baru di China

Jinan - Para ilmuwan China telah mengidentifikasi dinosaurus jenis baru di sebuah kota pegunungan Provinsi Shandong timur, demikian laporan Xinhua-OANA.

Dinosaurus tersebut adalah jenis Ceratops yang tak pernah ditemukan sebelumnya, kata para pakar dari Akademi Ilmu Pengetahuan China (CAS), Sabtu (28/8/2010).

Fosil-fosil dinosaurus itu diangkat dari dalam tanah pada Januari 2008 di kota Zhucheng, tempat beberapa dinosaurus Cretaceous ditemukan sejak 1960-an, "Namun, identifikasinya baru saat ini," kata Xu Xing, periset kenamaan dinosaurus di China.

Xu, periset pada CAS Institute of Vertebrate Paleontology dan Paleonthropology itu menyebutnya sebagai "Sinoceratops Zhuchengensis".

"Tengkoraknya setidaknya panjang 180 cm dengan lebar 105 cm," kata Xu.

"Dinosaurus itu memiliki cula sepanjang 30 cm di bagian wajahnya dan sedikitnya 10 lekuk, cula-cula lebih kecil di atas kepalanya."

Ceratops (yang berarti muka bercula) besar adalah dinosaurus pemakan tanaman dari akhir periode Cretaceous yang berasal lebih dari 65 juta tahun yang lalu.

Ceratops yang paling terkenal adalah Triceratops, herbivora besar dengan berat lebih dari 10 ton.

Penemuan Zhuchengensis tersebut diduga akan menuliskan kembali teori-teori yang sekarang beredar mengenai transisi morfologi di kalangan dinosaurus, kata Xu.

"Hal ini mengaburkan perbedaan antara dua jenis Ceratops," katanya.

"Ini beruang yang menggambarkan Centrosaurus, sekelompok Ceratops, yang lebih kecil, tetapi ukurannya menyerupai Chasmosaurus, raksasa dari Ceratops."

Xu dan rekan-rekannya mengatakan, penemuan itu memberikan bukti yang mendukung hipotesis migrasi dinosaurus bertanduk dari Asia ke Amerika Utara.

Para ilmuwan China telah menemukan sedikitnya 10 spisies dinosaurus di kota Zhucheng dalam tiga putaran penggalian sejak tahun 1960-an, termasuk Tyrannosaurus dan Hadrosaurs. (Jodhi Y)

Upacara Adat Pengurip Jagat Tunggu Izin

Bangli, Bali - Rencana upacara "Pengurip Jagat" oleh pengempon atau pengurus Pura Bukit Penulisan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, terkendala izin dari Kementerian Kehutanan karena akan memanfaatkan hutan lindung.

"Kami pesimistis izin dari Kementerian Kehutanan itu akan turun, karena rencana upacara `Pengurip Jagat` ini sangat mepet, yakni pada hari raya purnama, Kamis (23/9)," kata Kepala Dinas Perhutanan, Perikanan dan Pertanian (P3) Kabupaten Bangli I Wayan Sukartana, Sabtu.

Ia mengakui saat ini rekomendasi permohonan penggunaan hutan lindung itu sudah diterbitkan oleh Bupati Bangli I Made Gianyar, bahkan sudah ditindaklanjuti dengan permohonan rekomendasi ke Gubernur Bali.

Namun, karena mengurus izin dari Menteri Kehutanan RI memerlukan prosedur cukup panjang, maka izin itu tak bisa segera bisa diurus.

"Inilah yang menjadi kendala kami untuk memperjuangkan aspirasi warga, dan membuat kami pesimis kalau upacara itu bisa digelar pada areal hutan lindung," katanya.

Sesungguhnya, menurut Sukartana, upacara untuk keselamatan bumi di areal hutan itu tak akan ada tanaman yang mati, karena kebanyakan tanaman di hutan itu merupakan pohon yang sudah besar-besar.

"Persoalannya hanya persoalan di mekanisme dan prosedur pengurusan izin, serta waktu yang memadai untuk mendapatkan izin tersebut," katanya.

Mengingat persoalan hutan itu sangat riskan, kata Sukartana, maka izin itu sangat penting untuk diurus dulu. Karena jika tidak ada izin dari kementerian terkait, maka pelakunya bisa dikenai sanksi berat jika terjadi penyimpangan.

"Ketika prosedur tidak benar dan tidak dilalui ditakutkan nanti muncul masalah baru, apalagi ditambah menyangkut persoalan upacara agama sehingga ceritanya akan lain ketika terjadi masalah," ujarnya.

Terkait persoalan itu, ujar Sukartana, pihaknya sudah mengumpulkan para ketua adat se-Kabupaten Bangli. Dari hasil pertemuan itu, mereka sudah berjanji menyampaikan masalah itu kepada Umat Hindu di Kabupaten Bangli sehingga tak ada ketersinggungan informasi di mata umat.

Sebagai alternatif, lanjut Sukarta, pihaknya menyarankan areal lain untuk pagelaran upacara, yakni di SMPN 3 Sukawana, Bangli.

Gamelan Bali Getarkan Jantung Seni Musik Rusia

Jakarta - Denting Gamelan Bali yang dikumandangkan tim ISI Denpasar mampu menggetarkan publik Rusia di jantung komunitas seni musik Rusia.

Gebrakan tim kesenian Institut Seni Indonesia Denpasar diawali dengan penampilan di Gedung philharmonia kota Tula 200 km dari Moskow, ujar Sekretaris Pertama KBRI Moskow Johannes O S Manginsela dalam keterangan persnya yang diterima Antara, Senin.

Pagelaran yang bertemakan "the Colour of Indonesia" merupakan bagian dari rangkaian peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia - Rusia digelar atas kerjasama KBRI Moskow, ISI Denpasar Bali didukung Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional.

Penampilan gamelan dan tari nusantara mempesona tidak kurang dari 750 orang pengunjung yang memenuhi gedung pertunjukan di kota asal sastrawan besar Rusia Leo Tolstoy itu.

Diakhir pertunjukan penonton memberikan appresiasi dengan berulang-ulang memekikan "malajet.. Malajet.." atau hebat.

Pada penampilan lainnya tim ISI Denpasar juga berhasil memukau komunitas seni di Moskow di Rachmaninov Hall, Moscow Tchaikovsky Conservatory.

Di sekolah yang merupakan sekolah musik klasik yang paling prestius di Rusia tersebut tidak kurang dari 200 pengunjung memenuhi ruang konser yang terkenal ekslusif dan hanya berkapasitas 250 tempat duduk tersebut.

Pada akhir pertunjukan, penonton tidak hentinya bertepuk tangan sehingga para seniman asal Bali ini dituntut untuk keluar kembali ke panggung untuk memberikan "bonus" permainan gamelan tambahan yang spontan dimainkan selama tidak kurang dari tiga menit sebagai "finale" yang disambut dengan standing ovation dari penonton.

Komposisi tabuhan pembuka dan diikuti permainan gamelan yang mengiringi tarian nusantara seperti tari Selat Segara (Bali), Padang Bulan (Jawa Timur), Oleg Tambulingan (Bali), Pakarena (Sulawesi), Mandau, Garuda, Berburu (Papua).

Kecuali tari Saman (Aceh), seluruh tarian diiringi oleh tabuhan musik tradisional secara live. Dengan dukungan akustik ruangan yang prima pertujukan dilakukan tanpa bantuan pengeras suara (sound system).

Duta Besar RI Moskow, Hamid Awaludin mengatakan bahwa pagelaran budaya Indonesia yang merupakan diplomasi seni dan budaya dapat memicu berkembangnya sektor pariwisata Indonesia.

Masyarakat Rusia yang sudah sejak lama mengenal Bali sebagai salah satu tujuan wisata dan diharapkan melalui Bali, mereka dapat mengenal Indonesia secara keseluruhan.

Ditambahkan bahwa peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Rusia ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk lebih meningkatkan hubungan dan persahabatan kedua bangsa.

Sementara itu Margaritha Karatygina, kepada departemen hubungan internasional Moscow Tchaikovsky Conservatory menyambut gembira keberhasilan penampilan ISI Denpasar serta optimis keberhasilan ini akan mendorong minat mahasiswa musik Rusia untuk mendalami lebih jauh seni musik Timur, khusunya gamelan dari Indonesia.

"Kekayaan budaya Indonesia sangat beragam dan oleh karena itu ISI Denpasar mempersembahkan Paket Nusantara," kata Pembantu Rektor Bidang Kerjasama ISI Denpasar, I Wayan Suweca.

"Rusia adalah salah satu negara yang kaya pula akan seni dan budaya serta apresiasi masyarakat terhadap seni dan budaya sangat tinggi,” tambahnya pula.

Kedua bangsa memiliki potensi untuk mengembangkan kerjasama di bidang seni dan budaya dan ISI Denpasar siap menjalin kerjasama dengan perguruan-perguruan tinggi seni di Rusia," tambahnya. (ZG/K004)

Wuih...Hebat! Bocah 10 Tahun Main Bareng Ozzy Osbourne

Mantan pentolan grup musik heavy metal Black Sabbath, Ozzy Osbourne, sepanggung dengan bocah ajaib keturunan Jepang berusia 10 tahun bernama Yuto Miyazawa. Demikian dilansir Yahoo Music!, Jumat (27/8/2010).

Selama ini, Ozzy sering manggung bareng musisi ternama lainnya antara lain Metallica tahun lalu di acara perayaan Rock and Roll Hall of Fame. Setelah itu, ia bernyanyi untuk Slash dalam rekaman solo, bahkan ia sempat berkolaborasi dengan Wu-Tang Clan untuk album greatest hits-nya yang berjudul "Bible of Ozz."

Namun, Ozzy yang dijuluki sebagai Pangeran Kegelapan ini melakukan kolaborasi teranyar dengan si kecil Miyazawa. Ia bergabung dengan Ozzy dalam tur musim panas bertitel Ozzfest dan tampil bersama memainkan Crazy Trains bersama Ozzy.

Ia menggunakan gitar bermotif polka dot yang digunakan Randy Rhoads dan saat tampil bareang si bocah ajaib ini memainkan lagu Crazy Trains yang pernah populer pada tahun 1987. Di akun Twitter, Miyaza memasukkan fotonya saat bersama Ozzy.

Musikal Laskar Pelangi Bakal Digelar Akhir Tahun

Jakarta - Miles Productions dan Etcetera Entertaiment akan menggelar musikal laskar pelangi. Acara teater tersebut didukung penuh oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.

"Pemda DKI baik dan mendukung rencana digelarnya Musikal Laskar Pelangi di Teater Jakarta pada Desember 2010 mendatang. Sekarang kita sudah punya Teater Jakarta, dan semoga lebih banyak pertunjukan seni bermutu yang dapat dinikmati masyarakat Jakarta di teater seperti halnya Musikal Laskar Pelangi," ucap Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Arie Budhiman, di Taman Ismail Marzuki, Jum'at (27/8/2010).

Musikal Laskar Pelangi akan digelar selama 3 minggu untuk umum, mulai 17 Desember 2010 bertempat di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Di masa depan, Teater Jakarta diharapkan dapat menjadi pusat hiburan dan pertunjukan seni yang menjadi barometer pertunjukan bagi masyarakat, baik di Indonesia maupun di wilayah kawasan.

"Kami bersemangat mewujudkan ide ini karena baik buku maupun film Laskar Pelangi mampu menghibur sekaligus memperkaya nilai dan kebanggan kita sebagai Indonesia. Kami akan tampilkan musikal yang menerapkan tata cara yang digunakan oleh teater Internasional seperti West End dan Broadway,"ucap Produser Musikal Laskar Pelangi, Mira Lesmana.

Menurut Riri Riza selaku sutradara Musikal teater Musikal Laskar Pelangi akan memasukan unsur lokal dan budaya Indonesia yang kuat.

"Baik penyutradaraan, musik desain panggung dan koreografi, akan menampilkan sentuhan melayu yang kental," papar Riri Riza.

Mengapa Tokek Mahal Harganya?

Tokek, hewan reptil yang suaranya sering muncul di rumah, kebun, gedung atau bahkan hutan itu kini harganya makin mahal. Tokek berkaki empat mirip cicak itu lebih sering dijumpai di rumah dan kini makin mudah diperoleh di pasaran untuk berbagai keperluan.

Apa yang menjadikan tokek mahal harganya? Ternyata bukan karena suaranya yang sering bunyi tanpa diduga dan berulang-ulang satu periode. Tetapi lebih kepada kandungan dari tokek itu sendiri, yang otomatis untuk memanfaatkan harus disembelih atau dimatikan.

Tokek rumah atau cicak besar bernama latin Gekko gecko dikenal di beberapa tempat beda menyebutnya misalnya tekek atau tokek, (Jawa), tokok (Sunda), dan tokay gecko atau tucktoo (Inggris).

Tokek rumah memiliki bintil besar-besar di punggungnya yang berbeda-beda warnanya dan hal ini satu diantara pembeda dengan cicak kecil. Bermacam-macam warnanya dari warna abu-abu kebiruan sampai kecoklatan, dengan bintik-bintik berwarna merah bata sampai jingga.

Perut tokek warna abu-abu biru keputihan atau kekuningan dan ekornya juga ada enam baris bintil belang-belang. Kakinya di jari-jari ada bantalan pengisap sehingga pandai lengket di dinding tembok atau pohon.

Tokek menjadi mahal dan dicari orang konon karena bisa menyembuhkan orang yang mengidap HIV atau AIDS. Penyakit mematikan itu menyerang sistem imun tubuh dan belum ada obat medis yang mampu mengatasinya. Sehingga, ramuan tradisional dari tokek dipercaya sebagai paling mujarab untuk hal itu.

Bagian lidah tokek dan darahnya dikabarkan mengandung zat yang bisa melawan virus HIV. Yang memiliki khasiat itu tokek berbobot lebih dari 3 ons dalam keadaan hidup.

Selain lidah, konon empedu tokek juga mujarab untuk pengobatan orang yang mengidap AIDS. Kabar beginilah yang membuat orang harus membeli dengan harga mahal demi terselamatkan nyawanya.

Di bagian empedu tokek, juga mengandung senyawa anti tumor dan kanker sehingga bisa meningkatkan kekebalan tubuh.

Sedangkan daging secara keseluruhan sudah dikenal sejak nenek moyang bisa menyembuhkan berbagai penyakit gatal. Banyak orang memberikan kesaksian bahwa penyakit kulit gatal-gatal bisa sembuh dengan tokek yang dibakar atau digoreng.

Harga tokek bervariasi tergantung berat badan dan usia tokek itu sendiri. Di beberapa daerah seperti Jakarta, Batam, Banjarmasin, Makassar, Pontianak, Surabaya dan Solo serta kota lainnya sudah ada lokasi khusus penjualan tokek.

Di Pasar Jatinegara, Jakarta juga ada pasar hewan yang menyediakan berbagai macam satwa langka sekalipun, dengan harga murah.

Untuk tokek dengan berat badan kurang dari 1,5 ons masih kisaran Rp 200 ribu. Tapi bila sudah besar sekitar 2 ons dan sudah tua maka bisa mencapai Rp 5 jutaan.

Jika nasib mujur, penjual tokek dengan berat badan lebih dari 3 ons atau 4 ons bisa terjual Rp 100 juta. Akan lebih mahal lagi jika sudah mencapai 1 kilogram dan mendapat pembeli langsung dari Korea, China atau Malaysia harganya bisa lebih dari Rp 200 juta.

Tokek raksasa yang pernah ditemukan di pedalaman Kalimantan memiliki berat hingga 64 kilogram yang kemudian terjual Rp 179 miliar oleh pengusaha Korea melalui orang Malaysia.

Pemudik Butuh Info Wisata Jogja

Yogyakarta - Potensi pemudik Lebaran 2010 di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai wisatawan cukup besar sehingga perlu memperoleh informasi pariwisata yang memberi kemudahan untuk mengunjungi obyek wisata di daerah ini.

"Dengan demikian, wisatawan bisa mengetahui obyek wisata mana saja yang akan dikunjungi, sarana transportasi, dan akomodasi yang tersedia," kata Ketua Yayasan Widya Budaya Yogyakarta Widi Utaminingsih di Yogyakarta, Sabtu (28/8/2010).

Menurut dia, dengan adanya informasi pariwisata, wisatawan tidak perlu repot mencari informasi obyek wisata di daerah ini, terutama mereka yang baru pertama kali berkunjung ke DIY.

"Akses wisata DIY bisa berupa posko informasi pariwisata di tempat strategis seperti pintu gerbang masuk wilayah Yogyakarta, di antaranya pintu masuk Bandara Adisutjipto, Stasiun Tugu, Kantor Dinas Pariwisata," katanya, yang yayasannya memiliki perhatian pada studi pengembangan budaya dan pariwisata berbasis potensi lokal.

Menurut dia, setiap libur Lebaran, Yogyakarta "dibanjiri" wisatawan khususnya para pemudik dan wisatawan Lebaran sehingga diperkirakan jumlah wisatawan yang berkunjung ke provinsi ini saat Lebaran 2010 meningkat signifikan.

"Mereka terbanyak adalah pemudik yang mengunjungi kampung halamannya atau tempat kelahirannya dalam rangkaian silaturahmi dengan keluarga," katanya.

Ia mengatakan, wisatawan mudik tidak boleh diabaikan karena potensinya sangat besar. Mereka juga akan menyempatkan untuk mengunjungi obyek wisata di daerah setempat.

"Untuk itu, Dinas Pariwisata harus bisa memberikan informasi mengenai pariwisata kepada wisatawan Lebaran sehingga mereka tidak kesulitan saat akan mengunjungi obyek wisata," katanya.

Menurut dia, pemberian akses informasi pariwisata sebagai bentuk layanan wisatawan dari pemerintah daerah. "Dengan demikian, wisatawan akan merasa senang dengan kemudahan itu dan mereka akan merasa nyaman saat berada di Yogyakarta," kata Widi.

C h a n i a

Cerpen Venny Mandasari

Hanifah mempunyai tiga anak, masih kecil-kecil. Si sulung Chania, berumur lima tahun. Sejak berumur empat tahun Hanifah sudah mengajarkan Chania mencuci piring, menyapu lantai, dan menjaga kedua adiknya jika Hanifah pergi bekerja. Chania anak yang sangat pintar. Hanifah bekerja mencuci dan menggosok dari rumah ke rumah.

“Mak, Chania capek,” keluh Chania setelah pagi-pagi dia bangun, mencuci piring, memandikan kedua adiknya, dan menyapu lantai. “Hari ini Chania nggak usah jaga adik ya?” pinta Chania, memelas. Baru kali ini dia berani menolak ibunya. Kedua adiknya sangat penurut padanya, cuma yang kecil sangat lincah. Chania lelah mengejarnya ke sana ke mari.

“Chania mau, kita nggak makan?” tanya Hanifah, lembut. Dia sedang memasak.

Chania terdiam memandangi kedua adiknya yang sedang bermain. Chania sangat berakal. Chania tidak ingin, dia dan kedua adiknya kelaparan. Kemudian dia menggeleng lemah.

“Ayah kan kerja, Mak. Kenapa Mamak juga harus bekerja?” cempreng suara Chania. Dari subuh Ayah Chania sudah pergi dan pulangnya sore. Ayahnya buruh bangunan.

“Gajinya tidak cukup, Chan.” Hanifah menatap Chania, kasihan, tapi cuma sebentar. “Mamak sudah siap masak. Mamak pergi, ya,” kata Hanifah buru-buru. “Jaga adikmu baik-baik,” teriaknya di daun pintu.

Lukman, adiknya yang kecil menangis melihat ibunya pergi. Chania membujuknya agar diam. Di usianya yang masih kecil, Chania sangat pintar mengurus adik.

“Ana Mak, Kak?” tanya adiknya, Della yang cadel.

“Kerja,” jawab Chania sambil menggendong Lukman.

“Jam belapa pulang na?”

“Nanti sore, Del. Sibuk kali pun Della ini!” bentak Chania dengan suara terengah-engah karena keberatan menggendong Lukman, bercampur kesal karena pertanyaan Della.

Della tampak tidak peduli dimarahi kakaknya. Dia tetap bermain.

“Della...!” panggil tiga orang anak seusia Della dan Chania.

“Apa?” suara kanak-kanak Della sangat lembut. Dia bangkit dari duduknya.

“Main, yuk?” Ketiga temannya membawa boneka. Ada boneka panda, kelinci, dan patung. Della segera mengambil boneka teddy-nya yang sudah kusam, boneka bekas, yang ditemukan ibunya.

“Kak, Della main ya?” kata Della pada Chania. Chania mengangguk, tersenyum tipis.

“Jangan jauh-jauh ya!” teriaknya pada Della kemudian. Dilihatnya punggung Della dan teman-temannya sampai menghilang. Matanya berkaca-kaca. Dia ingin sekali bermain bersama mereka, tapi waktunya tidak ada.

Mungkin inilah nasibnya sebagai anak perempuan sulung. Sudah tanggung jawab Chania menjaga kedua adiknya. Neneknya, ibu dari Hanifah, sangat menyayangi Chania. Chania disarankan untuk tinggal bersama neneknya, tapi Hanifah tidak mengijiinkannya. Bersama neneknya, Chania pasti akan bahagia. Nenek Chania cuma tinggal berdua bersama kakeknya.

Seperginya Della, Chania menidurkan Lukman di ayunan.

* * *

Pulang kerja, Hanifah merebahkan badannya di kamar dengan kasur tipis tanpa tempat tidur. Kasur itu pun dia dapat dari tetangganya yang baik hati bernama Lea.

Hanifah dan Agung, suaminya, pindah hanya membawa pakaian. Hanifah kawin lari karena ayahnya tidak merestui hubungannya dengan Agung. Pekerjaan Agung tidak tetap. Hanifah dan anak-anaknya diterima di rumah orangtua Hanifah, tapi pintu mereka tertutup untuk Agung.

Lukman berlari menuju kamar, mengejar ibunya.

“Aduh, Nak. Mamak capek. Pergi sana, sama kakakmu,” Hanifah berpaling dari Lukman. “Chania!” teriaknya kemudian.

Chania akan tidur di kamarnya, saat Hanifah memanggilnya. Badannya sakit-sakit, letih, satu harian menjaga Lukman. Chania tidak menghiraukan panggilan Hanifah. Ingin rasanya dia tenang, satu hari saja tanpa perintah dari ibunya. Chania ingin seperti teman seusianya yang lain, yang waktunya hanya dihabiskan untuk bermain, bukan bekerja.

“Chania!” ulang Hanifah lagi.

Chania tetap tidak menyahut. Ditutupnya mukanya dengan bantal.

Tidak berapa lama, terdengar langkah kaki Hanifah masuk kamar Chania.

“Hey, kemana kupingmu, dipanggil dari tadi?” bentak Hanifah, menarik telinga Chania, hingga bangkit dari tidurnya. Chania sangat terkejut.

“Chania capek, Mak.” Air mata Chania langsung mengalir.

“Kau kira Mamak nggak capek, ha?!” bentak Hanifah. “Kau jaga adikmu sebentar, Mamak mau istirahat.” Hanifah menarik tangan Chania keluar dari kamar. Chania menurut, namun air matanya tetap mengalir.

* * *

“Hanifah!” teriak seseorang di pintu.

Hanifah tahu betul dengan suara itu. Segera dia bangkit dari tidurnya dengan semangat. Chania sedang mengejar Lukman yang akan ke sumur.

“Ada apa Kak Lea?” tanya Hanifah keluar dari kamar. Wajahnya dipasang seramah mungkin. Lea adalah tetangga Hanifah yang kaya, yang sering memberi mereka makanan, baju, dan uang. Lea salah seorang majikan tempat Hanifah mencuci.

“Tidur kau?”

“Tidak, golek-golek saja. Kecapekan. Maklumlah, Kak. Cari uang payah.” Muka Hanifah minta dikasihani, duduk di lantai. Lea menatapnya simpatik, ikut duduk di dekat Hanifah. Rumah Hanifah kosong melompong, tanpa kursi. Hanya ada satu meja dan tivi 14 inci.

“Lauk apa kalian tadi?”

“Tak ada. Cuma ikan asin dan sambal.”

“Ini ada ayam aku masak tadi.” Lea menyodorkan piring yang tertutup.

“Wah, terima kasih sekali, Kak.” Diambil Hanifah piring itu, lalu diletakkannya di atas meja, di samping tempat dia duduk.

Mata Hanifah tertuju pada baju Lea. “Cantik kali baju Kakak, ya. Beli dimana?” tanyanya berbasa-basi, di balik sebuah niat. Sejak gadis, Hanifah senang meminta.

“Ah, iya? Di Pasar. Ini kubeli seratus ribu.”

“Aih, mahalnya. Ingin sekali aku membeli baju, apalagi ini mau hari Raya, tapi tak ada uang. Sampai seratus ribu, manalah aku sanggup. Baju anak-anak ini lagi,” kata Hanifah memelas. Wajahnya selalu ingin dikasihani.

“Nanti kukasih uang THR mencucimu lebih dan baju ini untukmu,” ucap Lea yang tidak habis-habis rasa kasihannya terhadap Hanifah.

“Wah, terima kasih sekali lah, Kak. Baik kali Kakak ini. Tak enak hati pula aku,” balas Hanifah dengan sumringah.

***

Beberapa menit kemudian, Agung pulang. Sampai di depan pintu, dia menanyakan Lukman, anak kesayangannya. Sejak menikah, Agung sangat menginginkan anak laki-laki, namun ternyata dua anak pertama mereka adalah perempuan. Itu sebabnya Hanifah tidak dia beri ijin KB sampai akhirnya mendapat anak laki-laki. Agung sangat membenci Chania.

“Di belakang tadi, sama Chania,” jawab Hanifah.

“Oh,” jawab Agung singkat, lalu tersenyum pada Lea. Della sedang bermain di depannya, mencari perhatiannya. Mata Della mencuri-curi pandang pada Agung, sambil berbicara pada bonekanya. Agung kelihatan cuek.

“Chania!” panggil Agung kemudian. “Bawa Lukman kemari!”

Chania yang sedang mengejar Lukman di kamar mandi, gelagapan saat mendengar teriakan ayahnya. Rasa takutnya pada Agung lebih besar dari pada sama Hanifah. Lantai kamar mandi licin, dia terpleset, sementara Lukman semakin mendekati bibir sumur. Dinding sumur setinggi dada Lukman. Chania ingin berteriak memanggil ayah dan ibunya, tapi rasa takutnya lebih besar.
Sambil menunggu Chania, Agung berbincang dengan Lea dan Hanifah.

“Kemana anak itu? Lama kali.” Agung bergumam beberapa menit kemudian. “Della, coba lihat kakakmu,” katanya kemudian pada Della.

Della berjalan menuju dapur. Agung tidak sabar, lalu menyusul Della.

“Ini Bang, sekalian bawa ayam dari Kak Lea. Taruh di atas meja ya,” pinta Hanifah, melihat suaminya bangkit. Disodorkannya piring dari Lea tadi. Agung menurut. Baru dua langkah dia berjalan, terdengar suara Della di dapur.

“Mak, Kak Nia acuk umul,” teriak Della, menunjuk ke arah sumur.

Chania dan Lukman sudah tidak ada lagi di sana.

--0--

KSI Medan, Agustus 2010

-

Arsip Blog

Recent Posts