Konsul Malaysia Kagumi Detik-detik Kulminasi di Pontianak

Pontianak - Konsul Malaysia di Pontianak, Kalimantan Barat, Mohamad Zairi Bin Mohamad Basri menyatakan kekagumannya ketika menyaksikan detik-detik peristiwa alam yang langka terjadi yaitu titik kulminasi pada pukul 11.38 WIB di Tugu Khatulistiwa Pontianak, Selasa.

"Peringatan detik-detik kulminasi jarang terjadi dan di negara saya tidak ada, sehingga tidak ada salahnya kami datang ke sini untuk belajar mengenai peristiwa alam. Apalagi dengan rencana Pemerintah Kota Pontianak untuk membangun ‘Sun Dial‘ atau jam dan teropong matahari," kata Mohamad Zairi Bin Mohamad Basri, saat menyaksikan detik-detik titik kulminasi di Tugu Khatulistiwa Pontianak.

Ia mengatakan, sepengatahuannya tidak sedikit warga negara Malaysia yang kebetulan berkunjung ke Pontianak untuk menyaksikan peristiwa alam yang unik dan jarang terjadi itu.

"Kami sarankan Pemkot Pontianak lebih serius dan giat lagi dalam melakukan promosi tentang peringatan detik-detik kulminasi agar bisa menarik wisatawan luar, seperti dari Malaysia dan Brunei Darussalam yang masih satu Pulau Borneo," katanya.

Sekretaris Daerah Pemkot Pontianak, Toni Harianto menjelaskan, perstiwa kulminasi matahari pada titik nol derajat hanya di lima negara yaitu Indonesia (Kalimantan Barat), Afrika (Gabon), Uganda (Zaire), Kenya dan Somalia.

Di Amerika Latin, garis itu juga melintasi empat negara yaitu Equador, Peru, Columbia dan Brazil, sehingga menarik untuk dikunjungi apalagi bagi wisatawan luar Kalbar, katanya.

Ia mengatakan, kulminasi matahari merupakan proses matahari melintasi garis khatulistiwa/equator secara tetap. Itu terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada 21 - 23 Maret dengan titik kulminasi tepat pukul 11.50 WIB, dan 21 - 23 September dengan titik kulminasi tepat pukul 11.38 WIB.

Pada saat itu, tidak terlihat bayangan dari sebuah tongkat yang berdiri tegak karena matahari berada tegak lurus di atasnya.

Toni menambahkan, dari semua kota atau negara yang dilewati, hanya ada satu di dunia ini yang dibelah atau dilintasi secara persis oleh garis khatulistiwa yaitu Kota Pontianak, sehingga menjadi ciri khas dan Tugu Khatulistiwa juga dikenal dengan Tugu Equator.

Dalam peringatan detik-detik kulminasi itu Pemkot Pontianak merangkainya dengan menanam pohon di lingkungan sekitar sebanyak 500 pohon dan sekaligus peluncuran rencana pembangunan Sun Dial.

Sebelumnya, Wali Kota Pontianak Buchary Abdurrachman mengatakan, bangunan sundial direncanakan setinggi 71 meter dan memerlukan dana sekitar Rp76 miliar dengan luas lahan sekitar 39 ribu meter persegi di sekitar kawasan Tugu Khatulistiwa Pontianak.

Sundial dan teropong matahari tidak hanya bermanfaat untuk kawasan wisata, melainkan juga bisa dimanfaatkan untuk pengetahuan ilmiah, museum dan tempat mengamati prilaku matahari akibat pemanasan global.

"Kita bisa memanfaatkan teropong matahari untuk mengetahui peringatan dini akibat pemanasan global," ujarnya.

Sumber: www.antara.co.id (23 September 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts