Nuansa Islami dalam Seni

Surabaya - Sekelompok gadis muda tengah menari lincah. Mereka bergoyang diiringi musik bernuansa Timur Tengah dengan lirik berbahasa Osing, Banyuwangi. Para penari berkerudung tersebut menyajikan tari Kundaran, khas daerah di ujung timur Jawa itu, yang dikemas dalam bentuk kesenian Kuntulan.

Tari tersebut merupakan satu di antara empat tarian Tydif Studio yang ditampilkan dalam even Ramadan, Moment of Purity di atrium Supermal Pakuwon Indah (SPI) kemarin (28/9).

Selain Kundaran, disuguhkan tari Dolan Sore yang ditarikan enam penarik cilik. Sesuai namanya, tarian kreasi tersebut menceritakan sekawanan anak kecil yang sedang bermain. Terkait dengan tema bulan suci, tari tersebut mengungkapkan kegiatan yang dilakukan anak-anak sembari menghabiskan waktu menunggu berbuka puasa.

Dalam balutan kostum oranye dan hijau, gadis cilik tersebut tampil atraktif menarikan sejumlah permainan tradisional yang mulai dilupakan. Di antaranya, cublak-cublak suweng hingga slebor-slebor.

Selain penari tari Dolan Sore, sejumlah gadis cilik tampak lucu dalam balutan kostum ala burung berwarna biru dan putih. Mereka menarikan tari kutilang. Layaknya kostum dan tema tarian, mereka menarikan gerakan-gerakan dengan kedua tangan seolah-seolah sedang terbang seperti burung kutilang.

Tari bernuansa Timur Tengah tampak ditampilkan oleh sekelompok remaja berkostum merah yang dipadu nuansa emas. Gadis-gadis berjilbab tersebut menarikan tari kreasi Cahaya Islami. Sesuai judul tari, gadis-gadis tersebut menarikan tarian yang mengandung pujian-pujian bernuansa Islami.

Menggunakan dua kipas, mereka menarikan gerakan-gerakan yang menggambarkan pemujaan kepada Sang Khalik. "Maksudnya, para gadis yang religius pasti akan memancarkan aura yang mirip cahaya," ujar Diaztiarni Ashar, pemimpin sanggar tari Tydif.

Bukan hanya tari-tarian Islami, sekelompok musisi hadrah ikut memarakkan acara tersebut. (ken/dos)

Sumber: www.jawapos.com (29 September 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts