Pesta dan Ungkapan Syukur Para Nelayan

Surabaya, Jawa Timur- Berlayar di tengah lautan merupakan hal biasa bagi Mustafa (31), namun mengarungi lautan dengan sebuah kapal berhiaskan bendera warna-warni dengan aneka macam makanan bergelantungan di tiang adalah hal yang istimewa baginya. Hari itu, Mustafa bersama ratusan nelayan di sekitar pesisir Kota Surabaya dan Pulau Madura merayakan Lebaran Ketupat.

Hari itu, kapal motor tempel milik Mustafa tampak berbeda. Kapal sepanjang empat meter itu tampak mencolok dengan hiasan aneka macam bendera. Lucunya, bendera yang dipasang di kapal tersebut tak hanya bendera Indonesia tapi juga bendera-bendera luar negeri, seperti Malaysia, Australia, hingga Myanmar.

Selain hiasan bendera, Mustafa juga menggantung ketupat di beberapa tiang kapal. Di sisi atap peneduh bergelantungan aneka macam makanan dan minuman kemasan mulai dari mie instan, biskuit, sampai minuman suplemen.

"Setiap tahun kami pasti merayakan Lebaran ketupat. Dari pagi hari hingga sore hari kami tidak bekerja tapi bertamasya mengelilingi laut kemudian singgah di Pelabuhan menikmati santapan," ujar nelayan Pantai Greges, Asemrowo, Surabaya ini.

Perayaan lebaran ketupat yang jatuh pada hari ketujuh setelah Idul Fitri dirayakan secara khusus oleh para nelayan. Selama satu hari penuh mereka tidak melakukan aktivitas pekerjaan. Hari ini mereka mensyukuri anugerah rezeki yang mereka terima setiap hari dengan memberikan sedekah laut atau selamatan sekaligus bertamasya.

"Pagi tadi kami membawa ketupat, tumpeng beserta ayam dan berbagai macam sayuran sebagai sedekah. Setelah didoakan bersama, makanan kemudian dibagi-bagi dan disantap bersama," kata Tatik (30), nelayan Pantai Tajungan, Kamal, Bangkalan.

Menurut Tatik tradisi Lebaran Ketupat yang dirayakan dengan berlayar dan bertamasya bersama merupakan adat istiadat yang sudah berlangsung selama puluhan tahun lalu. Seluruh anggota masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa turut serta berlayar. Sementara itu, yang tinggal di kampung hanyalah orang-orang jompo saja.

Antusiasme para nelayan merayakan Lebaran Ketupat terlihat sejak tengah hari, puluhan kapal hias berlabuh di sisi barat Pelabuhan Kamal. Jajaran kapal dengan hiasan warna-warni itu perlahan-lahan bertambah banyak dengan hadirnya nelayan lain yang ingin menikmati suasana Pelabuhan Kamal.

Mustafa, Tatik dan beberapa nelayan di sekitar pesisir pantai Surabaya dan Madura menganggap hari Lebaran Ketupat adalah perayaan lebaran yang sesungguhnya. Mereka berpegangan pada tradisi syariat Islam dimana tujuh hari setelah Idul Fitri umat muslim diperintahkan untuk melakukan puasa sunnah yang disebut puasa syawal.

"Setelah melewati masa puasa syawal, batin rasanya lebih damai. Karena itu, seluruh masyarakat merayakannya dengan lebaran ketupat," tambah Mustafa.

Satu hal menarik yang terungkap dalam perayaan Lebaran K etupat para nelayan adalah kebiasaan mereka untuk membuat sedekah atau selamatan. Bagi mereka, momen lebaran ketupat juga menjadi saat untuk berterimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rezeki yang mereka terima dari kelimpahan lautan.

Di tengah hiruk-pikuk lalu lalang kapal feri dan ribuan kendaraan di Pelabuhan Kamal, masih tersisa puluhan warga yang berdiam sejenak dari kesibukan aktivitas kerja. Di sisi barat pelabuhan, mereka tampak bercengkerama, makan bersama, dan merasakan kemenangan yang telah mereka lalui selepas ramadhan. (Aloysius Budi Kurniawan)

Sumber: www.kompas.com (9 Oktober 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts