Berwisata ke Surakarta: Menyaksikan Eksotisme Budaya Jawa di Solo

Surakarta - Di masa lalu, Surakarta Hadiningrat yang juga dikenal dengan nama Solo merupakan ibu kota Kerajaan Surakarta Hadiningrat serta pusat pemerintahan dan kebudayaan. Dan sekarang, peninggalan budaya zaman dulu itu saat ini telah menjadi salah satu aset yang bisa "dijual". Sehingga, tak salah jika saat ini Kota Solo memiliki slogan "Solo the Spirit of Java".

Berkunjung ke Surakarta tidak lengkap rasanya jika tidak melihat Keraton Surakarta yang dibangun pada tahun 1745 oleh Raja Paku Buwono II. Di Keraton Surakarta ini wisatawan masih bisa melihat sisa-sisa keagungan zaman raja-raja dahulu. Selain itu, juga bisa dilihat berbagai peninggalan zaman dahulu yang menjadi koleksi di museum Keraton Surakarta, seperti kereta kuda, senjata kuno, serta keris dan benda-benda antik lainnya.

Tempat lainnya yang masih berhubungan dengan raja-raja zaman dahulu adalah Pura Mangkunegaran. Selain menyimpan benda-benda kuno bersejarah, di Puro Mangkunegaran ini juga terdapat Perpustakaan Reksopustoko, yang menyimpan ribuan naskah kuno berisi filsafat, Babad Tanah Jawa, serta keagamaan yang masih menggunakan bahasa Jawa Kuno maupun yang sudah diterjemahkan baik ke dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Belanda.

Di Puro Mangkunegaran ini pengunjung bisa menikmati tari-tarian karena setiap sore Pendopo Puro Mangkunegaran digunakan untuk latihan menari. Lepas dari wisata budaya, belum cukup juga rasanya jika wisatawan tidak melakukan wisata belanja sekaligus wisata di Kampung Batik di daerah Laweyan. Berbagai macam jenis batik, mulai dari kain batik sutera sampai batik yang harganya hanya puluhan ribu, bisa diperoleh di pusat belanja batik di Pasar Klewer, Solo, yang terletak tidak jauh dari Keraton Surakarta.

Sementara di Kampung Batik Laweyan sendiri wisatawan akan dibawa bernostalgia ke zaman dahulu di dalam kampung yang dulunya dikenal sebagai kampung saudagar batik itu. Bangunan kuno dengan halaman yang luas serta pagar tembok yang tinggi masih banyak ditemukan di sana.

Puas berbelanja batik, di Kota Solo juga ada tempat khusus yang menjual benda-benda kuno, yakni Pasar Triwindu, yang terletak tepat di depan Puro Mangkunegaran Solo. Di sini bisa dijumpai benda-benda kuno dan antik, seperti keris, arca batu, arca perunggu, dan lampu gantung.

Masih ada atraksi budaya yang sayang untuk ditinggalkan, yakni pentas ketoprak di Gedung Wayang Orang Sriwedari. Zaman dahulu Sriwedari dikenal dengan istilah Bon Rojo atau tamannya raja. Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, kawasan ini sempat dijadikan kebun binatang sebelum akhirnya dipindahkan ke Jurug. Dan saat ini kawasan itu akan ditata kembali oleh Pemerintah Kota Solo untuk dijadikan kawasan budaya.

Setelah lelah berputar-putar kota, wisatawan pun dihadapkan pada berbagai pilihan kuliner. Kota Solo selain dikenal dengan sebutan kota budaya tampaknya juga layak untuk disebut sebagai kota kuliner. Pasalnya, di sini bisa ditemukan banyak sekali menu tradisional yang rasanya tak kalah lezat dengan makanan modern.

Tengkleng adalah masakan khas Solo yang mirip dengan gulai kambing, tetapi dengan santan yang encer dan hanya ada tulang-tulang kambing dengan sedikit daging yang melekat. Masakan ini sangat terkenal hingga tidak lengkap rasanya jika tidak datang ke Solo tanpa merasakan masakan ini.

Selain tengkleng, ada masakan khas lain lagi, yakni nasi liwet, nasi yang dimasak dengan santan ditambah dengan sayur japan serta potongan daging. Makanan ini bisa ditemukan di setiap sudut Kota Solo. Jika malam hari, nasi liwet banyak dijual di sepanjang jalan daerah Keprabon, sekitar Puro Mangkunegaran.

Lewat tengah malam atau sekitar pukul 24.00 WIB, masih ada masakan khas Solo yang sangat terkenal, yakni gudeg ceker. Meskipun rasanya mirip dengan gudeg lainnya, yang membuat unik adalah waktu jam bukanya yang lewat tengah malam. Gudeg ceker ini bisa ditemukan di daerah Margoyudan atau di sekitar SMAN 1 Surakarta.

Selain itu, masih ada lagi makanan khas Solo, seperti cabuk rambak dan pecel. Dan satu yang harus dicoba adalah sate buntel, yanki sate yang berbahan dasar daging kambing yang dicincang dan dibuat satu adonan besar lalu dibakar.

Wisatawan yang akan berkunjung di Kota Solo juga tidak perlu susah-susah untuk mendapatkan penginapan. Sebab, banyak pilihan bagi wisatawan yang akan menginap. Mulai dari hotel kelas bintang lima hingga penginapan atau home stay yang harganya sangat terjangkau.

Hotel bintang lima di Kota Solo ialah Lor In. Sementara untuk hotel bintang empat adalah Sahid Raya, Sahid Kusuma, Novotel, serta The Sunan Hotel. Selain itu, berbagai hotel melati juga banyak ditemukan di sini.

Saat ini Kota Solo tengah giat-giatnya membangun, baik dari segi ekonomi maupun budaya. Berbagai atraksi seni budaya juga terus digelar untuk meningkatkan wisatawan yang datang ke Kota Solo. Agenda budaya tahunan juga masih menjadi andalan Kota Solo untuk menarik wisatawan, seperti Malam Sekaten, Gunungan Maulud Nabi, serta agenda seni lainnya. "Pada April mendatang juga akan digelar karnaval batik tingkat internasional dan ini diharapkan akan digelar secara periodik di Kota Solo.

Mengapa mengambil tema batik? Karena Solo dikenal akan batiknya dan kami ingin mengenalkan batik ke dunia internasional. Pembangunan tidak harus melupakan budaya dan ini yang akan dilakukan di Kota Solo," ujar Wali Kota Solo, Joko Widodo.

Bahkan pertengahan tahun ini Kota Solo telah ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan City World Heritage Conference atau Konferensi Dunia Kota Warisan Budaya yang akan digelar pada Juli mendatang. Berbagai pembenahan telah dilakukan pihak pemerintah kota ini, antara lain pembangunan Taman Balekambang serta pembangunan city walk.

Sumber: www.suarakarya-online.com (5 Maret 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts