Jangan ke Bali 7 Maret

Denpasar - Wisatawan mancanegara (wisman) maupun masyarakat Indonesia diingatkan agar tidak ke Bali pada Jumat, 7 Maret, saat umat di daerah tujuan wisata Pulau Bali menunaikan brata nyepi menyambut tahun baru saka 1930.

"Wisatawan yang ingin berliburan atau masyarakat Indonesia yang merencanakan ke Bali agar sehari memajukan atau menunda jadwal kedatangannya ke Bali, karena pada saat itu seluruh sarana transportasi lumpuh," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali I Nyoman Puasa Aryana di Denpasar, Rabu.

Aryana mengatakan, seluruh armada penerbangan dan penyeberangan laut dari Bali ke berbagai tujuan maupun sebaliknya tidak beroperasi selama 24 jam, mulai pukul 06.00 Wita hari Jumat (7/3) hingga pukul 06.00 waktu setempat keesokan harinya.

Keempat pelabuhan laut di Bali yang meliputi pelabuhan Benoa, Denpasar, Pelabuhan Celukan Bawang (Buleleng), pelabuhan Gilimanuk yang menghubungkan Bali-Jawa dan pelabuhan Padangbai yang menghubungkan Bali-Lembar, NTB tidak melakukan aktivitas.

Sedikitnya 40 kapal penyeberangan tidak beroperasi selama 24 jam. Oleh sebab itu wisman dan masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia untuk menghindari jangan sampai terjebak di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, karena tidak bisa meneruskan perjalanan ke Bali.

Demikian pula Bandara internasional Ngurah Rai kembali akan ditutup secara total untuk semua jenis penerbangan, baik domestik maupun luar negeri.

Nyoman Puasa menambahkan, selain itu seluruh armada transportasi di Bali juga tidak bergerak dari tempat parkirnya masing-masing, sementara umat Hindu menutup pintu rumahnya masing-masing untuk melaksanakan "tapa brata penyepian".

Umat Hindu menunaikan tapa brata penyepian yakni empat pantangan yang wajib dilaksanakan sehari penuh meliputi amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak melakukan kegiatan), amati lelungan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak mengumbar hawa nafsu atau tidak mengadakan hiburan/bersenang-senang.

Dengan demikian, Bali pada saat itu bagaikan pulau mati, gelap gulita, dan sunyi tanpa penghuni karena seluruh masyarakat yang sebagian besar beragama Hindu itu mengurung diri dalam rumah, melaksanakan tapa brata penyepian.

Hari suci Nyepi jatuh setiap 420 hari sekali, sehari sesudah "Tilem Kesanga" (Kesembilan) saat itu seluruh kegiatan perekonomian terhenti total, jalan raya sepi serta gelap gulita di malam hari.

Sumber: www.kompas.com (5 Maret 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts