Puluhan Jenis Hewan Dibawa ke Lapangan Puputan

Denpasar - Ribuan umat Hindu di Kota Denpasar dan sekitarnya mengikuti persembahyangan bersama "Tawur Kesanga" rangkaian pelaksanaan tapa brata penyepian menyambut tahun baru saka 1930, Jumat (7/4).

Kegiatan ritual Tawur Agung untuk tingkat kota Denpasar dipusatkan di Lapangan Puputan Badung, di depan Pura Agung Jagatnata, jantung kota Denpasar Kamis siang.

Ritual tersebut menurut Kabag Humas Pemkot Denpasar Erwin Surya Dharma, dilengkapi dengan menggunakan puluhan jenis binatang korban, antara lain kerbau, sapi, kambing, babi, ayam, angsa, itik dan "Kuluk belang bungkem" (anjing).

Binatang kurban tersebut dipersembahkan melengkapi upacara Tawur Agung yang sebelumnya telah disucikan (Mepepada). Kegiatan serupa juga dilaksanakan di delapan Kabupaten lainnya di Bali dengan tingkatan yang disebut "Tawur Panca Kelud.

Kegiatan serupa juga dilaksanakan secara berjenjang di tingkat kecamatan, desa dan banjar adat seluruh Bali yang bermakna menyucikan alam semesta beserta isinya serta meningkatkan hubungan dan keharmonisan antara sesama manusia, manusia dengan lingkungannya serta manusia dengan Tuhan (Tri Hita Karana).

Tawur Kesanga di jantung Kota Denpasar dipimpin (dipuput) enam sulinggih (rohaniawan) masing-masing Ida Pedanda Gede Telaga, Ida Pedanda Gede Ketut Giri, Ida Sri Empu Bhujangga Oka Widnyana, Sri Empu Ciwamanik Canirageni, Ida Sri Empu Jaya Dangka Sutha Raka dan Ida Jero Dukuh Udalaka Dharma.

Para pejabat dan anggota DPRD Kota Denpasar berbaur dengan ribuan umat melakukan persembahyangan Tawur Kesanga. Persembahyangan bersama di tempat terbuka berlangsung Khusyuk, khidmat dan lancar, diiringi dengan alunan instrumen gamelan Bali serta "kekidung" (nyanyian ayat-ayat suci Hindu).

Selesai melaksanakan upacara Tawur Kesanga, sore hingga malam harinya dilanjutkan dengan "Ngerupuk". Pada upacara "Ngerupuk" diwarnai dengan pawai ogoh-ogoh yang mengikutsertakan tidak kurang dari 4.035 buah ogoh-ogoh.

Keesokan harinya Jumat (7/3) umat Hindu menunaikan tapa brata penyepian yakni empat pantangan yang meliputi Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak melakukan kegiatan), Amati Lelungan (tidak bepergian) dan Amati Lelanguan (tidak mengumbar hawa nafsu, tidak mengadakan hiburan/bersenang-senang).

Sumber: Antara News (6 Maret 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts