Wakatobi: Pariwisata Penghasil PAD Terbesar Kedua

Wakatobi, Sulawesi Tenggara - Meski belum lama dibentuk menjadi sebuah kabupaten termuda di Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Wakatobi ternyata mampu memberdayakan potensi pembangunannya. Sektor kepariwisataan yang belakangan ini gencar dipromosikan Bupati Wakatobi Ir Hugua rupanya berhasil menjadikan hasil-hasil kepariwisataan sebagai unggulan kedua terbesar dalam kontribusi PAD Wakatobi.

"Sampai sejauh ini, hasil-hasil kepariwisataan tercatat sebagai nomor dua terbesar dalam kontribusi pendapatan asli daerah. Nomor satu diraih Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan," ujar Drs Hasirun Ady MSi, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi, ketika berbincang dengan Suara Karya di Sekretariat Gahawisri (Gabungan Pengusaha Wisata Bahari) di Jakarta, Jumat.

Menurut Hasirun yang juga dikenal sebagai mantan wartawan harian Fajar terbitan Makassar itu, setiap tahun pemasukan dari sektor kepariwisataan di Wakatobi terus meningkat. Tahun lalu berhasil diraih Rp 200 juta lebih, tahun ini ditargetkan Rp 500 juta lebih.

"Untuk ukuran Wakatobi, nilai sebesar itu sangat berarti, bahkan bisa dijadikan dukungan biaya pembangunan beragam sektor, terutama wisata," ujar Hasirun Ady.

Karena itu, agar kepariwisataan di Wakatobi terus tumbuh subur dan tingkat kesejahteraan masyarakat Wakatobi dari sektor wisata makin membaik, Hasirun membutuhkan dukungan semua pihak, terutama sekali masyarakat agar tetap menjaga lingkungan perairannya dari segala macam tindakan yang bisa merusak potensi wisata bawah laut.

Salah satu andalan wisatawan mancanegara sehingga berdatangan ke Wakatobi selama beberapa tahun terakhir ini, menurut Hasirun Ady, adalah keindahan bawah laut di Tomia, Kaledupa, Binongko, dan Wangi-Wangi. Karang laut di perairan Wakatobi yang menjadi pelengkap daya tarik bawah laut Wakatobi harus dijaga keutuhannya.

Sebelumnya, untuk sekadar mengambil ikan, masyarakat Wakatobi selalu menggunakan bom ikan yang mengakibatkan rusaknya karang laut. "Sekarang masyarakat Wakatobi sadar, merusak karang laut berarti merusak sumber keuangan mereka. Akhirnya mereka pun menjaga karang laut di Wakatobi. Itu perkembangan yang menggembirakan," lanjut Hasirun Ady.

Sumber: www. suarakarya-online.com (5 Maret 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts