Budaya Melayu Menjadi Icon dan Motor Penggerak Pariwisata Provinsi Riau

Pekanbaru - Pencitraan Riau yang sejak dahulu dikenal sebagai pusat kerajaan Melayu menjadi modal kuat dalam membangun kepariwisataan berbasis budaya. Untuk ini budaya Melayu menjadi icon dan motor penggerak pariwisata Provinsi Riau, demikian antara lain kesimpulan pada `Lokakarya Pengembangan Wisata Budaya di Provinsi Riau` yang berlangsung 1-3 Desember 2007 di Hotel Aryaduta Pekanbaru-Riau.

Kebijakan dalam mengembangkan pariwisata yang berbasis budaya Melayu tersebut sejalan dengan perkembangan pasar global, yang belakangan ini mengalami perubahan tren, di mana wisatawan dunia lebih memilih obyek wisata budaya yang memiliki berbagai keunikannya.

"Kalau melihat visi pembangunan pariwisata Provinsi Riau tahun 2020; yang akan mewujudkan sebagai pusat kebudayaan Melayu, didukung dengan kepariwisataan yang berbasis kerakyatan serta berwawasan lingkungan masyarakat agamis, kemudian dikaitkan dengan tren wisatawan dunia tersebut terlihat sangat klop. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa wisata budaya Melayu akan menjadi andalan Provinsi Riau," kata Winarno Sudjas, Direktur Usaha Pariwisata seusai membuka lokakarya mewaki Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) Sambudjo Parikesit.

Dalam lokakarya yang dihadiri sekitar 40 wartawan media cetak dan elektronik dari Jakarta dan Riau dengan menghadirkan nara sumber antara lain Joni Irwan, Kepala Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata Provinsi Riau, DR.M.Yuwana Marjuka, dari Universitas Sahid, H.Fadlah Sulaiman, Ketua Riau Tourism Board (RTB) dengan moderator Winarno Sudjas, menyoroti kurangnya kegiatan budaya, seperti festival budaya Melayu, yang dapat dikemas menjadi paket wisata dan menjadi daya tarik wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan nusantara (wisman) untuk datang ke Provinsi Riau.

Tahun 2007 pariwisata Provinsi Riau memiliki 19 paket wisata, namun dari paket wisata tersebut hanya dua event yang setiap tahun dapat digelar secara kontinyu hingga kini yakni Ritual Bakar Tongkang di Bagansiapiapi dan Upacara Pacu Jalur di Teluk Kuantan.

Sumber: www.budpar.go.id (5 Desember 2007)
-

Arsip Blog

Recent Posts