Buku Tambo Sastra Jambi Segera Digarap

Jambi - Komite Sastra Dewan Kesenian Jambi (DKJ) akan menyusun dan menerbitkan bibliografi sastrawan sekaligus periodisasi sastra setempat bertajuk Tambo Sastra Jambi. Proyek ini merupakan salah satu program DKJ pada 2011-2016.

Hal tersebut dikatakan Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jambi, Nurul Fahmy SS, di Jambi, Rabu (27/4). Ia menjelaskan, penyusunan bibliografi tersebut dianggap penting sehubungan dengan program DKJ yang menetapkan revitalisasi berbagai aset kesenian dan kebudayaan Jambi sebagai program utama periode 2011-2016.

Apalagi, katanya, hingga saat ini Jambi belum memiliki buku yang berisi pengetahuan secara lengkap tentang dunia sastra daerah itu. Padahal, katanya, sastra Jambi telah tumbuh dan berkembang sedari zaman kuno yang antara lain ditandai dengan aksara "Incoung" sebagai aksara Kerinci-Jambi asli, hingga masa kelahiran generasi sastra modern Tanah Air semasa kolonial.

Ia mengatakan, pada masa itu Jambi telah mempunyai Gazali Burhan Riodja (GBR) yang nasib kepenyairannya sama seperti Chairil Anwar yakni meninggal pada usia muda. Bedanya, katanya, arus kepenyairan GBR berkutat di pedalaman Jambi seperti Kerinci dan sekitarnya.

Meski begitu, katanya, berbagai karya puisinya banyak diterbitkan majalah dan koran yang pada masa itu hanya ada di ibu kota negara di Jakarta dan berbagai kota besar lainnya seperti Surabaya, Bandung, dan Medan. Pascamangkat GBR, katanya, sejak paruh 1966 hingga sekitar 1980, Jambi juga memiliki tokoh sastra yakni Yusuf Asni yang berkiprah dari daerahnya di Tanjung Jabung.

Pada Orde Baru, katanya, generasi baru kesastraan Jambi bermunculan antara lain dengan nama Ari Setya Ardhi (ASA), Dimas Arika Mihardja, dan EM Yogiswara. "Dan terakhir pada era reformasi Jambi pun memiliki deretan nama sastrawan yang cukup panjang seperti Ary Mhs Ce'gu, Yupnical Saketi (seniman betopeng), novelis Meliana K. Tansri, Ansori Barata, Monas Junior (cerpenis), dan Ratna Dewi. Tapi sayangnya kalau ditanya kepada generasi saat ini, hampir pasti keberadaan nama-nama itu tidak mereka ketahui, apalagi mengetahui karya-karya sastra mereka. Sungguh sangat ironis," katanya.

-

Arsip Blog

Recent Posts