Cerita Unsur Magis di Seputar Pacu Jalur

Oleh : Edwar Yaman dan Ilham Muhammad Yasir

Pacu jalur adalah olahraga tradisional yang sudah membumi di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing). Berbagai cerita rakyat mewarnai dalam perkembangan sejarahnyanya. Salah satunya, soal cerita unsur magis yang menyertainya.

Cerita tak kalah seru di seputar pacu jalur adalah soal motivasinya. Ada anggapan yang kebenarannya masih perlu diteliti lebih jauh, bahwasanya masyarakat Kuansing merasa sedih atau rugi bila tidak pulang pada saat pacu jalur ketimbang tidak pulang di hari raya Idul Fitri.

“Anggapan seperti itu ada benarnya juga. Hal itu membuktikan betapa sudah mendarah dagingnya pacu jalur itu bagi masyarakat Kuansing,” ungkap Wakil Bupati Kuansing, H Mursini kepada Riau Pos.

Di sisi lain jika dipandang dari sudut olahraga, pacu jalur ini menjadi unik karena kekuatan otot dan keserasian para pendayung dalam mengayuh dayungnya tidak mutlak menentukan hasil lomba. Kenapa? Ternyata ada faktor lain yang sangat menentukan. Dan itu adalah peranan pawang jalur atau dukun jalur. Sejarawan Riau yang juga tokoh masyarakat Kuansing Prof Suwardi MS, membenarkan hal itu. Menurutnya, keyakinan masyarakat di sana terhadap peran seorang dukun itu memang ada. Bahkan, seorang dukun itu sudah terlibat sejak dari awal pencarian bahan dasar kayu untuk jalur.

“Si dukun dengan kemampuannya bisa menerawang bahwa kayu jalur yang bagus berada di hutan di sebelah sana atau sebelah sini,” ujar Suwardi.

Karena kayu yang dijadikan itu memiliki mambang atau penunggu kayu. Maka si dukunlah yangmengetahui bagaimana cara untuk menaklukan kayu itu hingga ia bisa dijadikan jalur. Setelah dijadikan jalur, dari sudut pandang si dukun, kayu itu tetap hidup dan si dukun lah yang tahu bagaimana jalur itu bisa kencang dan itu pula sebabnya segala prosesi yang berkaitan dengan jalur itu mulai dari mencari, membuat, dan melepas jalur ke arena pacuan, peranan sang dukun sangat menentukan.

“Setiap kayu yang akan dijadikan jalur itu memiliki mambang. Karena kayu itu berasal dari pohon besar yang usianya ratusan tahun. Hanya orang-orang yang memiliki ilmu kebatinan lah yang bisa melakukan itu. Tidak sembarang orang,” tambah tokoh masyarakat Kuansing lainnya, Djalinus MS.

Menariknya masyarakat Kuansing sendiri meyakini betul bahwasanya terjadinya kekacaun dari anak-anak pacu dalam mengayuh dayungnya, atau karamnya jalur yang dikendalikan, sakit perut satu atau dua orang anak pacu sebelum berlomba, itu disebabkan oleh peranan dukun jalur lawan.

“Saya percaya pengaruh magis itu sangat tinggi terhadap perjuangan jalur menjadi juara. Kalaulah tidak mana ada jalur yang memakai dukun jalur atau orang tua jalur,” ujar Wedi, lelaki separo baya yang sehari-hari mencari nafkah sebagai penjual kain.

Senada dengan Wedi, Man yang bekerja di perusahaan swasta di Pekanbaru dan sengaja mengambil cuti untuk melihat pacu jalur kali ini, pun percaya dengan peranan magis dalam perlombaan yang diselenggarakan tiap tahun di Tepian Narosa itu. Dia menyebutkan pada iven itu tidak hanya persaingan siapa jalur yang yang akan berada di podium juara, melainkan juga persaingan gengsi antar dukun.

“Lihatlah setiap jalur bergerak ke garis start di pancang pertama. Pawang atau dukun mengucapkan mantra-mantra,” ujar Man.

Dukun jalur atau “urang tuo” jalur dalam bahasa halusnya pun terang-terangan menyebutkan bahwa peranan mereka sangat besar dalam kesuksesan jalur menjadi pemenang lomba. Seperti diungkapkan Suril (60). Dia sudah berkecimpung sebagai dukun jalur sejak 40 tahun yang lalu atau ketika dia berusia 20 tahun. Dia sendiri bukan hanya dukun jalur semata, tapi menjadi dukun tempat orang meminta tolong dengan segala kepentingan. Menurutnya tidak semua dukun jalur mampu melajukan jalurnya hingga menjadi pemenang. Artinya kadar ilmu si dukun jalur berbeda-beda. Ada yang menurutnya berisikan doa-doa selamat dan permohonan agar anak-anak pacunya bisa mendayung jalurnya dengan kencang. Dan ada yang lebih dari itu bisa memengaruhi semangat anak pacu jalur lawan menurun drastis atau keserasian lawan-lawan dalam mengayuh dayung menjadi kacau. Suril sendiri menjadi dukun jalur merupakan turunan dari kakek dan orang tuanya dan sekarang diturunkan pula kepada anak laki satu-satunya Ryan (30) dari istri ketiga di Seberang Taluk.

“Banyak faktor yang memengaruhi jalur bisa menjadi pemenang. Peranan anak pacu dalam keserasian mendayung, jalur itu sendiri dan peranan dukun pacu. Semuanya kompleks. Percaya atau tidak peranan dukun jalur sangat menentukan,” ujar Suril.

Suril menjelaskan dukun jalur itu sudah berperanan sejak mulai dari memilih kayu yang akan dijadikan jalur hingga ke arena pacuan. Dia yang akan memberikan intruksi kapan waktu akan berangkat dari kandang (tempat daerah mereka menuju arena pacuan). Kapan berangkat dari tempat parkir jalur menuju garis start. “Untuk berangkat ke pancang pertama garis start harus tepat pelangkahannya, yakni tidak boleh berlawanan dengan arah angin,” ujar Suril.

Kalau berlawanan dengan arah angin, menurut ’ilmu filosofi’ Suril itu akan membuat lajunya jalur terhambat oleh angin. Dan Suril juga menjelaskan bahwasanya seorang dukun akan melakukan berbagai macam cara agar jalurnya bisa menang. Termasuk dengan ‘jalan kiri’. Maksudnya sang dukun dengan ilmu kebatinan yang dimilikinya akan menyerang anak pacu dengan ilmunya, apakah itu menyebabkan sakit perut sebelum lomba atau karamnya jalur yang dikemudikan anak pacu jalur lawan.

“Jadi dalam pacu jalur ini tidak hanya persaingan antar jalur tapi juga persaingan antar dukun jalur,” ujar Suril.

Oleh sebab itulah, kata Suril, mengapa dukun jalur mengadakan ritual sebelum melepas jalurnya berpacu atau membentengi anak-anak pacunya dari serangan dukun jalur lawan.

Amirudin (64) dukun jalur menyadari bahwasanya peranan dukun jalur itu sangat besar dalam kesuksesan jalur memenangkan lomba. Dia tidak hanya bertanggung jawab terhadap kesuksesan jalur menjadi pemenang, tapi juga keselamatan anak pacu dari serangan dukun jalur lawan.

“Untuk itulah sebelum turun berpacu seorang dukun akan menentukan kapan turun ke kandang, dan kapan menuju ke garis start. Sebelum berangkat ke garis start ada hal-hal yang mesti dilakukan dukun. Di antaranya ritual dengan menyiapkan limau purut, bunga tujuh warna dengan kemenyan yang kemudian dimantra-mantrai ke jalur. “Tujuannya adalah agar jalur tetap stabil dan anak pacu dalam kondisi yang baik selama lomba,” cerita Amirudin.

Dan si dukun jalur juga mengetahui dan bisa memprediksi apakah jalur yang ditukanginya bisa menang. Hal ini kembali bergantung kepada kuat atau tidaknya mambang yang dimiliki jalur dan kehebatan dukun jalur lawan.

“Kayu jalur itu memiliki mambang dan yang akan mengendalikan itu adalah dukun jalur. Mambang kayu yang tinggi ditambah kehebatan ilmu si dukun jalur, rata-rata itulah yang menjadi pemenang,” ujar Amirudin.

Percaya atau tidak, yang pasti magis itu ada. Dan sudah mentradisi dari generasi ke generasi. Tidak hanya di Kuansing tapi di Indonesia secara umum. Dan itulah salah satu dari keunikan dari keanekaragaman budaya Indonesia.

Edwar Yaman dan Ilham Muhammad Yasir, adalah Wartawan Riaupos.co.id

Sumber: Riau Pos (27 Agustus 2007)
-

Arsip Blog

Recent Posts