Danau Toba, Tanah Karo, Pantai Barat dan Timur Masih Diprioritaskan Jadi ODTW

Medan - Danau Toba, dataran tinggi Tanah Karo, wilayah Pantai Barat dan Pantai Timur masih diprioritaskan sebagai Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) di Sumatera Utara (Sumut).

“Untuk itu objek-objek wisata tersebut tetap dirumuskan menjadi bahan promosi wisata Sumut pada 2008,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Iman Pandia pada Diklat Teknis Perencanaan Pemasaran Pariwisata yang diikuti para kepala dinas se-Kabupaten/kota dan perwakilan dari kabupaten/kota dari Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Barat (Sumbar) di Hotel Dharma Deli Medan, Rabu (24/10).

Dikatakan Pandia, target kedatangan turis untuk tingkat nasional tahun 2008 mencapai 7 juta wisatawan. Minimal 15 persen dari angka itu diharapkan dapat terserap ke Sumatera Utara.

“Kita tahu Danau Toba merupakan danau paling indah di dunia. Namun, kini keindahan Danau Toba sudah mulai pudar. Hal itu disebabkan pohon-pohon yang berada di sekitar kawasan danau sudah hampir habis,” bebernya.

Belum lagi kondisinya, sekarang ini sudah sangat gersang, airnya sudah dicemari polusi keramba ikan yang begitu banyak. “Hampir 30 persen makanan ikan itu membuat air Danau Toba tercemar,” cetusnya.

Namun lanjutnya, sekarang ini sudah ada Badan Pengelola Kawasan Lingkungan Danau Toba bekerjasama dengan tujuh kabupaten/kota di sekitar Danau Toba.

“Kehadiran badan ini tentu sangat kita dukung. Agar secara bersama-sama dengan masyarakat setempat dapat menghijaukan kembali Danau Toba,” katanya seraya menambahkan zona-zona untuk keramba ikan perlu ditentukan agar tidak dibangun di sembarang tempat.

“Selanjutnya, secara bersama kita meningkatkan pelaksanaan aktivitas budaya, seperti di Parapat. Apalagi di kawasan itu sudah memiliki open stage yang dapat diisi dengan berbagai acara kesenian yang diharapkan dapat menarik minat wisatawan agar tetap betah,” tegasnya.

Sinergi
Dia juga menjelaskan, dengan otonomi sekarang ini diharapkan ada sinergi dan kerjasama antara pemerintah Propinsi Sumut dengan kabupaten/kota di sekitar Danau Toba dan kabupaten/kota lainnya.

“Sebab di provinsi mendapat dana terbatas. Seperti tahun 2006 lalu ada tujuh kabupaten/kota mendapat pelatihan tentang sapta pesona pariwisata. Sementara untuk tahun 2007 ini malah tidak ada. tahun 2008 kami usulkan lagi untuk 8 kabupaten/kota,” terangnya.

Sayangnya, kabupaten/kota beranggapan pelatihan itu kurang penting dilaksanakan. Padahal, jika masyarakat sekitar objek wisata sadar turis datang, berarti itu uang, ini tentu respon yang bagus dari masyarakat. “Tapi masyarakat juga harus memelihara kebersihan, keamanan serta keramahtamahan,” ujarnya.

Jadi, masih kata Pandia, untuk membangun pariwisata di Sumut berdasarkan lingkungan di sekitarnya, harus melibatkan masyarakat sekitar agar ikut berperan di objek wisata.

Dia mengilustrasikan, penjualan suvenir hendaknya jangan dikuasai pihak hotel. Tapi diberikan kepada para penduduk setempat sehingga bisa saling membantu.

Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia (SDM) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Drs I Gusti Putu Laksaguna CHA MSc mengatakan, jumlah wisatawan tahun 2020 yang akan berkunjung di seluruh dunia mencapai 1,5 miliar wisatawan.

Diharapkan dari jumlah itu wisatawan yang berkunjung ke Indonesia mencapai 37 juta wisatawan.

“Untuk mengambil target itu, pemerintah Indonesia harus melakukan promosi lebih gencar dengan melibatkan jurnalis atau media dari negara-negara bersangkutan,” katanya.

Dengan tulisan para jurnalis itu diharapkan dapat memotivasi para wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia dan targetnya bisa tercapai.

“Untuk melakukan itu, diperlukan peran dari teman-teman di KBRI. Mereka harus sering menggelar temu pers tentang keamanan, serta mempromosikan tempat-tempat wisata di Indonesia serta mengcounter masalah-masalah negatif seperti flu burung dan lain-lain,” paparnya.

Menurut Putu, pasar potensial untuk pariwisata di Indonesia berasal dari negara Rusia, Cina, dan Timur Tengah. “Target kita mendatangkan wisatawan ke Indonesia tahun 2007 mencapai 7 juta orang. Tahun 2007 ini 6 juta dan sudah terealisasi hampir 75 persen. Mudah-mudahan dapat kita kejar pada November dan Desember mendatang,” tegasnya.

Direktur Akademi Pariwisata Negeri Medan Drs Renalmon Hutahean MM didampingi Ketua Penyelenggara Kosmas Harefa menjelaskan, untuk mendukung peningkatan kepariwisataan di Sumut, pihaknya aktif menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) profesional.

Bahkan 2.500 alumni lulusan Akademi Kepariwisataan Negeri (AKPAR) di Medan sekarang, 50 persen sudah bekerja di luar negeri, seperti di Asia. Sementara 20 persen berada di Sumut. Sisanya bekerja di daerah wisata Indonesia lainnya.

“Saat ini, pasar sangat membutuhkan lebih banyak tenaga profesional, dan kita berupaya memenuhi permintaan itu. Karena sekarang ini tidak mudah mengajak orangtua untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah pariwisata. Kita masih perlu waktu untuk menyadarkannya,” tandasnya.

Sumber: www.analisadaily.com (25 Oktober 2007)
-

Arsip Blog

Recent Posts