Hilangkan Pameran Kebudayaan, Pengunjung Terus Menurun

Makassar - Apresiasi dalam bentuk even budaya ditinggalkan di lokasi ini. Jika demikian, kepunahan nilai sejarah Benteng Somba Opu benar-benar tinggal menunggu waktu. Upaya untuk melestarikan aset sejarah di Benteng Somba Opu sebenarnya pernah dilakukan. Bentuknya, di lokasi ini kerap dilangsungkan pagelaran yang bernuansa sejarah dan kebudayaan. Hal ini sudah berlangsung sejak lokasi itu dicetuskan sebagai Pusat Miniatur Sulawesi (PMS).

Akan tetapi dalam perjalanannya, pameran kebudayaan yang dilaksanakan sekali setahun tersebut malah ditiadakan dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini. Imbasnya, geliat dan spirit Benteng Somba Opu sebagai lokasi situs sejarah dan budaya tidak tampak sama sekali.

Penjaga Museum Karaeng Pattingalloang, Abd Azis T mengatakan sejak tahun 2003 lalu pameran budaya yang kerap digelar sudah ditiadakan. Padahal, setiap kali even akbar tersebut diselenggarakan, minat dan partisipasi seluruh kabupaten/kota di Sulsel cukup tinggi.

"Buktinya, benteng ini sangat padat dengan kunjungan dan beragam kegiatan budaya yang dilakukan," kenang lelaki yang sudah 20 tahun menjaga museum tersebut.

Lebih jauh ia mengatakan, khusus museum yang dijaganya, pun kerap banjir pengunjung dari berbagai daerah. Ada yang hanya sekadar melihat koleksi benda sejarah, juga ada yang malah melakukan studi kesejarahan.

Mappaewa mengaku jika lokasi Benteng Somba Opu dibagi menjadi dua zona; zona budaya dan zona wisata. Untuk lokasi zona wisata berada di luar areal Benteng Somba Opu. Sedangkan untuk zona budaya berada di dalam areal benteng.

"Yang masih berlangsung saat ini adalah pameran pembangunan yang dipusatkan di zona wisata," terang Mappaewa.

Di zona ini, berdiri bangunan rumah adat dari berbagai kabupaten/kota di Sulsel sebagai miniatur kebudayan lokal. Selain itu, seluruh kantor dinas yang ada di Sulsel juga mendirikan bangunan yang setiap tahun dimanfaatkan sebagai stand pameran.

Sementara itu, pada zona budaya, hanya dibangun beberapa bangunan yang mewakili tiga etnis di Sulsel plus etnis Mandar, Sulbar. Di tempat ini juga dibangun baruga dan museum.

Lebih jauh Mappaewa mengatakan pada tahun 2004 lalu, secercah harapan Benteng Somba Opu bakal menjadi pusat wisata yang termahsyur di Indonesia. Betapa tidak, tiga negara asing telah bersatu dalam satu perusahaan yang bernama PT Marga Giri Kencana untuk mengelola benteng tersebut.

Ketiga negara tersebut adalah Peru, Australia, dan Malaysia. Selama enam bulan para investor yang telah sukses membangun pariwisata di Pulau Dewata Bali tersebut melakukan survei di lokasi itu. Namun, harapan untuk melihat Benteng Somba Opu menjadi obyek wisata domestik dan internasional hanya tinggal angan-angan.

"Pemerintah setempat tidak menandatangani MoU mereka sehingga mereka memilih bubar," beber Mappaewa.

Kendati nuansa kebudayaan lenyap sama sekali di Benteng Somba Opu, namun beberapa pihak masih tetap menjadikan lokasi sebagai hunian yang eksklusif untuk menggelar berbagai kegiatan. Salah satunya adalah kelompok organisasi paguyuban dan kemahasiswaan yang kerap menggelar kegiatan ilmiah dan akademik.

Bagi Mappaewa, mengharapkan agar pemerintah di bawah koordinasi Dinas Pariwisata kembali menyusun master plan untuk mengembalikan geliat aktivitas kebudayaan yang ada di Benteng Somba Opu. Pasalnya, hal itu akan membuat situs besar yang dimiliki Sulsel tidak lenyap sama sekali.

Sumber: www.fajar.co.id (18 Januari 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts