Kain Tenun Ikat Adat Sikka Andalan Warga Flores

Surabaya, Jatim - Tenun ikat masyarakat adat Sikka, Maumere, Flores, merupakan karya seni yang patut mendapat perhatian. Rupanya, selain batik ada juga karya seni anak bangsa yang bisa dibanggakan. Kesenian turun temurun ini telah ada sejak 50 tahun silam.

Proses pembuatannya tidak main-main, menghabiskan waktu kurang lebih 8 bulan (tergantung ukuran, warna dan motif) untuk satu buah sarung tenun siap pakai. Tentu diawali dengan memintal, mewarnai hingga mengikat. "Kami menggunakan bahan dasar yang alami," kata Daniel David, Koordinator Sanggar Bliran Sina, Maumere, Flores saat di House of Sampoerna, Rabu (13/4/2011).

Pewarnaan dilakukan dengan bahan-bahan alami. Untuk warna merah digunakan akar mengkudu, warna kuning berasal dari kunyit, warna biru mereka ambil dari daun nila, serta warna coklat menggunakan batang pohon kakao. "Mengolah warna tidak bisa sembarangan, supaya warna bisa matang dan tidak mudah pudar," jelas Yustina Neing, master warna biru dan hitam di suku sikka.

Motif tenun dibagi menjadi dua yakni motif tradisional dan motif modern. Motif tradisional merupakan motif-motif yang sakral, masih kental budaya animisme dan dinamisme. Motif modern tidak jauh berbeda, tapi ada beberapa tambahan motif serta ketebalan yang berbeda dengan motif tradisional.

"Setiap daerah mempunyai motif yang berbeda-beda, bahkan lain desa sudah lain motif tenunnya," ujar Daniel menjelaskan keragaman motif tenun ikat di Flores.

Suku yang jauhnya 18 Km dari pusat Kota Maumere, Flores ini berharap bisa meningkatkan kesejahteraan hidup dengan bisnis tenun. "Sebelumnya kami hanya bertani, hasilnya tidak tentu tergantung cuaca dan kami melihat usaha tenun ini sebagai peluang," tambah Daniel David.

Demi mengenalkan kesenian tenun kepada masyarakat, sebanyak 18 orang dari Sanggar Bliran Sina memamerkan kurang lebih 300 buah kain tenun ikat dengan berbagai motif serta ada juga pernak-pernik asal Flores. Seperti kalung, gelang, serta ikat kepala.

Pameran bertemakan "Seni Tenun Ikat dalam masyarakat adat Sikka Flores" ini digelar mulai 15 April-15 Mei 2011. Meski baru dibuka lusa, namun beberapa pengunjung sudah tertarik melihat. Salah satunya wisatawan asal Jerman.

"Kami ingin mengenalkan kesenian tenun ikat pada masyarakat khususnya Surabaya," ujar Rani Anggraini Museum Manager House of Sampoerna, Surabaya.

-

Arsip Blog

Recent Posts