Kelak, Malaysia Jadi Pusat Melayu Kuno

Jambi - Ketua Umum Dewan Kesenian Jambi Aswan Zahari mengkhawatirkan pembangunan museum Kerinci di Malaysia akan berimbas pada klaim negeri jiran itu terhadap pusat Melayu kuno.

"Kita khawatir nantinya beberapa tahun ke depan Melayu Kerinci menjadi Melayu Malaysia," kata Aswan ketika dihubungi di Jambi, Kamis (14/4/2011).

Klaim itu nantinya bisa saja terjadi beberapa tahun kemudian. Karena itu, Aswan yang juga Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Jambi meminta Pemerintah Kabupaten Kerinci membatalkan niat membuka Museum Kerinci di Malaysia.

Akan berbahaya jika nantinya terjadi kekeliruan atas kebudayaan Kerinci di masa mendatang. Pemkab Kerinci perlu melakukan pengkajian ulang lagi terhadap rencana tersebut.

Sementara itu, Sekretaris Umum Dewan Kesenian Jambi (DKJ) Muhammad Husyairi menambahkan, pendirian museum dan pusat informasi Kerinci di Malaysia akan merugikan Jambi.

Ia memprediksi, jika Malaysia menjadi pusat informasi Kerinci, akan mengurungkan niat para peneliti mancanegara untuk datang ke Kerinci.

Logikanya, jika Malaysia sudah menjadi pusat informasi Kerinci, para peneliti atau ilmuwan tidak perlu lagi ke Kerinci jika ingin menggali informasi tentang Kerinci.

Husyairi juga khawatir jika Malaysia akan menerbitkan naskah Melayu tertua berupa Kitab Undang-undang Tanjung Tanah yang dimiliki oleh Kerinci.

Naskah Melayu tertua berupa Kitab Undang-undang Tanjung Tanah ini membuktikan bahwa peradaban setempat telah memiliki aksara dan sistem hukum sendiri setidaknya mulai abad ke-14.

Kerinci selama ini dikenal memiliki budaya tertua di Jambi serta memiliki kekayaan peninggalan bersejarah yang cukup lengkap.

Ia mencontohkan, Malaysia pernah menerbitkan naskah kuno Provinsi Kepri berjudul Tufat Al-Nafis karya almarhum Raja Ali Haji.

"Kita khawatir Pemkab Kerinci terlena, dan Malaysia akan menerbitkan Kitab Undang-undang Tanjung Tanah," jelas teaterawan dan sastrawan ini.

Husyairi menyarankan agar Pemkab Kerinci berkaca pada kasus klaim Malaysia terhadap beberapa kesenian dan kebudayaan milik Indonesia.

Sebab, bukan tidak mungkin klaim ini akan dilakukan Malaysia terhadap kebudayaan Kerinci, apalagi Malaysia sangat gencar untuk mendapatkan predikat sebagai pusat Melayu kuno, sedangkan Kerinci sendiri memiliki naskah Melayu tertua.

-

Arsip Blog

Recent Posts