Keris Belum Diterima Lintas Generasi

Solo, Jateng - Keris, warisan budaya yang telah diakui dunia melalui badan dunia UNESCO, dinilai belum bisa berkembang layaknya warisan budaya lain yang juga telah diakui dunia seperti batik, wayang, dan angklung. Hal ini dikatakan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI), Wiwoho Basuki Tjokronegoro, di sela-sela pembukaan kongres SNKI I di Solo, Rabu (20/4).

"Berbeda dengan seni lainnya seperti seni rupa yang bebas berekspresi, pembuatan keris tetap harus memperhatikan dan tidak boleh meninggalkan pakem. Meski keris dibuat pada zaman sekarang, tetap harus memiliki kaidah atau pakem yang telah ditentukan," ujar Wiwoho.

Keris memiliki sifat tertutup. Ini menyebabkan generasi muda kurang memahami dan mengenalnya. Padahal, keris sebagai salah satu warisan budaya sudah diakui dunia sebagai karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia atau masterpiece of the oral and intangible heritage of humanity. Selain itu, kurangnya manuskrip mengenai keris juga menjadi kendala bagi pengenalan terhadap generasi muda.

"Berbeda dengan warisa budaya lain seperti batik yang bisa lintas gender dan generasi, keris sampai saat ini masih berada di wilayah laki-laki," ujar Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Ukus Kuswara, pada kesempatan yang sama.

Sementara itu, Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno yang juga seorang kolektor keris mengatakan, keris sebagai hasil nilai budaya tidak hanya berhenti pada nilai koleksi saja, tetapi juga harus ditambah dengan nilai perekonomian.

"Kalau perlu, empu atau pembuat keris menjadi dosen," katanya.

-

Arsip Blog

Recent Posts