Kunjungan Wisman Ke Indonesia Naik 13,47 Persen

Makassar - Angka kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) melalui 15 pintu masuk internasional pada periode Januari - Agustus 2007 mencapai 2.972.867 orang atau naik 13,47 persen dibanding periode yang sama 2006.

“Kenaikan jumlah kunjungan Wisman itu cukup menggembirakan, karena dalam dua tahun berturut-turut sebelumnya, dari wisman yang berkunjung ke ASEAN, Indonesia hanya kebagian sedikit,” kata Direktur Pemberdayaan Masyarakat Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata (PDP) Depbudpar Ukus Kuswara di Makassar.

Data Biro Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada 2004, Indonesia hanya menerima 10,85 persen (5,32 juta wisman) dari seluruh pengunjung ke ASEAN, dengan penerimaan devisa negara sekitar 4,797 miliar dolar AS.

Menurut Ukus, penurunan wisman ke Indoensia itu disebabkan berbagai peristiwa dalam negeri, sementara pada 2005 kunjungan wisman kembali menurun menjadi 6 persen (sekitar 5 juta) yang berarti memberikan andil sebesar 9,75 persen dari total kunjungan wisman ke ASEAN bila dibanding 2004.

Sementara devisa yang diperoleh dari kunjungan itu hanya 4,52 miliar dolar AS. Bahkan pada 2006 kembali terjadi penurunan jumlah wisman sebesar 2,6 persen (4.871.351 wisman) bila dibanding tahun sebelumnya.

Kunjungan wisman ke Indonesia pada 2007 mulai bergerak naik, karena itu pihaknya optimis pada akhir tahun ini persentasenya akan naik menjadi 20 persen dari 13,47 persen (2.972.867 wisman) dari perolehan Januari-Agustus 2007.

“Karena itu, Depbudpar berani menargetkan arus kunjungan Wisman dapat mencapai 6 juta orang pada akhir 2007,” katanya. Perkembangan sektor pariwisata yang demikian pesat, secara ril memang telah mampu menghasilkan sumbangan bagi perekonomian negara.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan dan pengelolaan sektor pariwisata yang kurang terkontrol dan orientasi pengembangan jangka pendek, di sisi lain akan memicu munculnya dampak negatif dari aspek sosial budaya, keamanan dan lingkungan.

Untuk itu ia mengimbau agar seluruh elemen masyarakat dan pemerintah bersatu padu mencegah dan menangkal dampak negatif yang mendompleng pada sektor pariwisata, demi mendorong tumbuhnya sektor pariwisata yang menjadi salah satu pilar pembangunan nasional.

Dampak negatif atau permasalahan di luar kendali sektor pariwisata itu, seperti berkembangnya fenomena ekploitasi seks komersil anak (ESKA) dan Perempuan Seks Komersil (PSK).

“Karena itu dibutuhkan penanganan terpadu lintas stakeholder untuk mengeliminir ekses negatif yang dapat mendompleng pada sektor pariwisata itu,” tambahnya.

Sumber: hariansib.com (4 November 2007)
-

Arsip Blog

Recent Posts