Lombok Kembali Gelar Tradisi `Bau Nyale`

Mataram - Tradisi bau nyale atau menangkap cacing laut akan digelar 26 Februari 2008 di objek wisata bahari Pantai Kuta, Mawun, dan Seger, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kasubdin Pemasaran, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) NTB, Mahdi di Mataram, mengatakan, tradisi bau nyale tersebut diawali dengan berbagai lomba atraksi budaya dan olahraga serta pagelaran kesenian tradisional.

Atraksi budaya yang akan ditampilkan antara lain, sepok (olahraga tradisional di Lombok, presean (saling pukul dengan rotan dilengkapi prisai terbuat dari kulit kerbau atau sapi), lomba pakaian adat pengantin Sasak (Lombok).

"Lomba ini khusus diikuti para wisatawan mancanegara yang kebetulan menginap di hotel yang ada di Lombok, ini merupakan salah satu upaya untuk menarik minta wistawan berkunjung ke daerah ini," katanya.

Acara bau nyale itu juga dimeriahkan dengan pagelaran tarian tradisional, Betandak (saling berbalas pantun), pagelaran drama tradisional dan pagelaran drama Putri Mandalika, main manuk (main ayam).

Lomba lari 10 kilometer (10 K) lintas alam, lomba surving, lomba sampan dayung juga digelar untuk memeriahkan tradisi yang merupakan kalender tahunan pariwisata NTB itu.

Acara puncak menangkap nyale dilaksanakan Rabu dini hari sekitar pukul 04.00 Wita dan pada Rabu (19/2) sebelumnya masyarakat mengarak patung Putri Mandalika dari panggung tempat berlangsungnya acara ke pantai.

Tradisi bau nyale diakhiri dengan acara belancaran atau rekreasi menggunakan perahu tradisional di Pantai Kuta, Seger, dan Mawun.

Acara bau nyale yang berlangsung setiap tahun pada bulan Februari tersebut dihadiri puluhan ribu masyarakat Lombok dan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara.

Tradisi nyale ini merupakan suatu kejadian yang dikaitkan dengan budaya, konon menurut kepercayaan sebagian masyarakat Lombok ada seorang putri bernama Putri Mandalika yang karena kecantikannya banyak putra mahkota yang ingin mempersuntingnya menjadi permaisuri.

Putri Mandilika tidak bisa menentukan pilihan, sebab jika ia hanya memilih satu orang, maka akan terjadi peperangan, putri yang arif dan bijak ini tidak menghendaki terjadinya peperangan, karena akan banyak mengorbankan rakyat.

Mandalika akhirnya menceburkan diri ke laut sambil berucap semoga jelmaan dirinya akan dimiliki banyak orang.

Konon rambut Putri Mandalika menjelma cacing laut yang berwarna-warni yang oleh masyarakat Lombok dinamakan nyale dan dipercaya sebagai penjelmaan Putri Mandalika.

Sumber: www.mediaindonesia.com (18 Februari 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts