Mataram Sambut VIY 2008 dengan Wisata Religi

Mataram - Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), siap mendukung Tahun Kunjungan Wisata/Visit Indonesia Year (VIY) 2008, khususnya untuk wisata religi dan ziarah.

"Hal itu sesuai dengan moto Kota Mataram, Maju dan Religius," kata Wakil Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh kepada wartawan di Mataram, Senin (4/2).

Ahyar yang ditemui di ruang kerjanya menjelaskan, pihaknya lebih memfokuskan wisata ziarah, karena di daerah itu cukup banyak terdapat tempat-tempat bersejarah seperti makam Loang Balok, Makam Bintaro, Taman Mayura, dan Pura Meru.

Bahkan tidak jauh dari makam Loang Balok kini telah disiapkan lahan seluas delapan hektare guna mendukung program wisata ziarah di daerah itu.

"Lahan tersebut terletak di Pantai Tanjung Karang atau di depan makam Loang Balok yang ramai dikunjungi penziarah," katanya.

Dari luas areal delapan hektare tersebut yang telah dibebaskan baru empat hektare, lokasi tersebut menurut rencana akan dibangun taman rekreasi dan tempat bermain tepi pantai sebagaimana yang ada di Ancol, Jakarta.

"Kita tetap membangun hotel atau penginapan di Pantai Tanjung Karang, namun bukan untuk orang macam-macam tetapi disiapkan bagi tamu yang akan berziarah ke makam terutama makam Loang Balok," katanya.

Di daerah itu cukup banyak makam yang dikeramatkan masyarakat termasuk Makam Loang Balok, sehingga pada saat musim haji dan setelah Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha, makam tersebut ramai dikunjungi peziarah.

"Makam Loang Balok terletak dalam pohon beringin atau dikelilingi akar pohon beringin, sehingga kelihatan aneh dan menambah keyakinan orang, bahkan makam tersebut memang keramat," katanya.

Pihaknya mendukung program wisata ziarah yang kini mulai dikembangkan oleh pemerintah, asalkan sesuai dengan norma agama.

"Untuk mendukung wisata ziarah, pemerintah secepatnya memugar berbagai objek wisata ziarah terutama masjid tua dan makam-makam bersejarah," katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwista Kota Mataram Heri Kusnandar mengatakan, wisatawan harus tunduk terhadap ketentuan yang ditetapkan di berbagai objek wisata khususnya wisata ziarah, sehingga tidak menimbulkan masalah bagi masyarakat.

"Kota Mataram tidak akan mengobral objek wisata ziarah jika wisatawan yang datang tidak mau mematuhi ketentuan yang ada," katanya.

Wisatawan tidak bisa bebas masuk ke objek wisata ziarah, apabila akan memasuki makam para wali atau masjid tua, wisatawan harus berpakaian rapi bukan seperti pakaian pantai.

Dalam pengembangan sekaligus mengadakan berbagai even akan selalu berkoordinasi dengan Pemprop NTB, sehingga yang punya daerah tidak merasa ditinggalkan.

"Selama ini jika ada kegiatan pariwisata tingkat Provinsi NTB yang dipusatkan di Kota Mataram hampir tidak ada koordinasi," katanya.

Sumber: www.mediaindonesia.com (5 Februari 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts