Menyulap Daun Menjadi Uang

Judul : Simsalabim! Daunpun Jadi Uang
Penulis : M. Syariful Banun, dkk
Penerbit : Lintang Aksara
Edisi : I, 2011 Tebal : vi+142 halaman
ISBN : 978-602-97734-1-5

Peresensi : Ali Mahmudi CH *)

Banyak orang berpandangan bahwa sampah merupakan produk terakhir setelah dimanfaatkan. Banyak orang mengira sampah merupakan hal kotor yang tak berguna. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua sampah itu tidak bisa dipergunakan. Kalau kita mengatakan bahwa sampah itu sudah tidak berguna, berarti dia telah lupa mengenai segala sesuatu ciptaan Tuhan didunia ini tidak ada yang sia-sia termasuk sampah.

Keberadaan sampah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Di segala penjuru kehidupan manusia, pasti di situ ada sampah. Setiap selesai beraktivitas, manusia pasti meninggalkan sampah. Baik itu sampah organik maupun anorganik. Tradisi masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan menjadikan lingkungan tidak lagi bersih. Untuk itu, perlu penanganan serius terkait dengan problem sampah ini.

Sebab, apabila sampah dibiarkan menumpuk dan menyumbat saluran-saluran sungai, maka bencanalah yang akan terjadi. Akibatnya banjir ada dimana-mana. Penyakitpun mulai merebak di berbagai sisi masyarakat. Terutama mereka yang tinggal disekitar pembuangan sampah akhir. Mereka tidak lagi menghirup udara segar. Udara sudah terkena polusi yang begitu simultan. Upaya penyadaran masyarakat perlu ditingkatkan. Salah satu alternatif untuk mencegah penumpukan sampah, yakni dengan mendaur ulang fungsi sampah.

Buku bertajuk “Simsalabim! Daun Pun Jadi Uang”, karya M. Syarif Banun merupakan karya yang sangat luar biasa. Dari buku ini kita akan lebih tahu bagaimana upaya pemanfaatan sampah. Buku ini berupaya menggugah pembaca mengenai pengolahan bioprospekting tanaman. Sampah daun (biorefuse prospecting), dapat kita manfaatkan menjadi berbagai energi alternatif. Dari pengolahan ini kita dapat menambah nilai perekonomian dan memberikan solusi pada krisis energi mendatang.

Daur ulang sampah daun ini sangat berguna untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Dari pengolahan ini juga bisa menjadi bahan bakar alternatif ketika krisis BBM. Bagi penulis buku ini, sampah merupakan sumber daya yang masih bisa dimanfaatkan. Bahkan, sampah juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Akhir-akhir ini, persediaan sumber daya alam semakin menipis. Selain itu, alam juga semakin rusak lingkungannya. Maka, kahadiran buku ini perlu disambut dengan mesra. Membaca buku ini, kita seolah berada dialam bawah sadar. Mungkin kita akan berpikiran, apa mungkin sampah itu bisa dijadikan sumber energi alternatif? Bukankah sampah itu bak pepatah “Habis manis sepah dibuang?”. Kalau sudah tidak manis otomatis dibuang.

Argumen seperti itu bisa ditepis dengan hadirnya buku ini. Buku ini secara tidak langsung telah menyumbangkan pengetahuan kita mengenai pengelolaan sampah. Volume sampah berbanding lurus dan sejajar dengan tingkat konsumtif manusia terhadap suatu produk. Sampah merupakan salah satu konsekuensi adanya aktivitas manusia. Ketika manusia beraktivitas, maka dia tak luput meninggalkan sampah.

Dari data peningkatan sampah produksi, rata-rata setiap hari manusia menghasilkan sampah sekitar 900 gram. Masalah sampah yang begitu banyaknya menjadikan problem tersendiri dalam pengumpulan, penumpukan, penanganan, dan pemanfaatan sampah. Problem sampah ini merupakan problem serius. Untuk itu, perlu adanya penanganan yang serius pula.

Pengelolaan sampah harus melibatkan banyak kalangan. Dengan adanya penanganan ini diharapkan juga mampu menjadi solusi yang integratif. Penanganan sampah ini harus dimulai dari diri sendiri kemudian melebar ke masyarakat luas. Kita harus mulai berpikir dari diri sendiri terlebih dahulu baru kemudian berpikir secara luas.

Selama ini pengelolaan sampah diperkotaan terdapat 11% sampah diangkut, 63% sampah ditimbun/dibakar, 6% sampah dikompos, dan 19% sampah dibuang disungai atau sembarang tempat. Dalam manajemen pengelolaan sampah, pemilahan sampah merupakan tahap awal yang harus dilalui. Pemilahan ini ada berbagai macam bentuk. Baik pemilahan sampah berdasarkan sumber penghasil sampah, berdasarkan jenis, dan banyak kriteria lainnya.

Penelitian Program Study Ilmu Lingkungan UI (2004), menunjukkan bahwa setengah dari sampah organik didaur ulang menjadi kompos, maka pengurangan volume sampah bisa mencapai 32,5% dari total keseluruhan sampah. Sisa selanjutnya dipadatkan dan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Di TPA ini kemudian sampah ditimbun dan ditutup dengan tanah. Metode ini kemudian dikenal dengan sanitary landfill.

Metode ini bertujuan menghilangkan polusi udara. Selain itu, sampah dapat dimasukkan ke insenerator untuk dibakar dan dikonversi menjadi energi listrik. Namun, perlu adanya pengontrolan gas pembuangan dari proses pembakaran. Ini dimaksudkan untuk meminimalisir pencemaran udara. Jika pengelolaan ini dilakukan secara simultan, maka sudah tidak ada lagi problem sampah.

Sampah daun dapat berpotensi sebagai bahan bakar masa depan. Sampah daun bisa dijadikan sebagai komponen utama pengelolaan bahan bakar. Sampah daun ini bisa dimanfaatkan untuk pembuatan bioetanol, biogas, bioarang, dan syngas. Teknologi sampah daun ini bertujuan mengatasi beranekaragamnya sampah daun. Dengan teknologi kita akan mampu mangubah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Teknologi merupakan penentu kebudayaan yang dapat memengaruhi manusia dan lingkungan. Berbekal keterampilan teknologi ini, manusia akan memanfatkan sumber daya alam dengan semaksimal mungkin. Dengan teknologi itulah yang kemudian bisa menyulap daun menjadi uang. Maksudnya dengan mengolah sampah daun dijadikan bahan bakar yang lebih berguna dan memiliki nilai jual tinggi. Secara tidak langsung ini telah menyelamatkan nasib kodisi finansial kita. Berpandai-pandailah kita dalam memanfaatkan sampah menjadi yang lebih berguna.

*Penulis: Pustakawan, TBM Pustaka Hasyim Asy’arie Yogyakarta.

-

Arsip Blog

Recent Posts