Monjali Potensial Jadi Tujuan Wisata Keluarga

Yogyakarta - Museum Monumen Jogja Kembali (Monjali) yang terletak di Jalan Ring Road Utara Dusun Jongkang, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berpotensi menjadi tujuan wisata keluarga.

"Monumen berbentuk kerucut terdiri atas tiga lantai setinggi sekitar 31,8 meter yang dibangun pada 29 Juni 1985 itu layak untuk dijadikan tempat kunjungan wisata bersama keluarga," kata Humas Monjali Benny di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, monumen yang terletak sekitar tujuh kilometer utara Kota Yogyakarta itu layak dikunjungi keluarga karena selain memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perjuangan kemerdekaan juga dilengkapi dengan taman yang terletak di bagian barat dan timur.

Beberapa pentas seni seperti keroncong, campursari, tari klasik, gamelan, musik electone dengan lagu perjuangan juga sering diselenggarakan di taman monumen itu terutama pada libur hari besar seperti Idul Fitri.

"Kompleks Monjali juga dilengkapi berbagai fasilitas di antaranya auditorium, kafetaria, arena bermain anak-anak, tempat parkir, telpon umum, kamar mandi dan WC untuk mendukung kenyamanan para pengunjung," katanya.

Ia mengemukakan, Monjali dibangun untuk untuk mengenang peristiwa sejarah perjuangan bangsa. Peletakan batu pertama dilakukan Sultan Hamengku Buwono IX pada 29 Juni 1985.

"Monumen itu selesai dibangun pada 6 Juli 1989. Peresmian pembukaan monumen dilakukan oleh presiden waktu itu Soeharto dengan penandatanganan prasasti," katanya.

Ia mengatakan, nama Monjali merupakan perlambang berfungsinya kembali pemerintahan Republik Indonesia dan sebagai tetenger sejarah ditarik mundurnya tentara Belanda dari Ibukota Yogyakarta pada 29 Juni 1949 serta kembalinya Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan petinggi lain pada 6 Juli 1949 di Yogyakarta.

Dalam monumen disajikan rekaman, foto dokumentasi peristiwa perjuangan, berbagai jenis senjata, dan benda lain dalam bentuk diorama yang menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia kurun waktu 1945-1950.

Selain itu juga berisi relief dan 10 diorama yang merupakan penggambaran adegan perjuangan bangsa Indonesia baik di bidang diplomasi maupun fisik.

Bangunan monumen yang terdiri atas tiga lantai terbagi dalam beberapa bagian. Seluruh bangunan dikelilingi oleh kolam.

Lantai pertama berisi museum, perpustakaan, auditorium, dan kafetaria. Di lantai dua terdapat 10 diorama menggambarkan garis besar perjuangan Yogyakarta untuk mempertahankan Republik Indonesia dari penjajahan Belanda mulai dari Desember 1948 hingga Juli 1949.

Sepanjang sisi tangga terdapat 40 relief yang menggambarkan sejarah pejuang Indonesia melawan penjajahan Belanda pada 17 Agustus 1945 hingga mendapat pengakuan internasional sebagai Republik pada 27 Desember 1949. Tulisan pada lantai tersebut adalah tulisan tentang bendera nasional Merah Putih.

"Pada sisi luar bangunan terdapat halaman yang luas untuk panggung pertunjukan atau acara tertentu, serta dinding bertuliskan lebih dari 400 nama pejuang Indonesia yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949," katanya.

Monumen dibuka setiap Selasa-Minggu pukul 08.00-16.00 WIB tetapi pada masa liburan sekolah juga buka pada Senin pukul 08.00-14.00 WIB. Harga tiket masuk sebesar Rp5.000 dan Rp7.500 untuk wisatawan mancanegara.

Sumber: www.mediaindonesia.com (18 Februari 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts