Naik.. Naik.. ke Tanah Tinggi Genting, Bukan untuk Berjudi

Kuala Lumpur - Di Indonesia, kata ‘judi‘ mengingatkan kita pada lagu Rhoma Irama. Tapi kalau di Malaysia, judi sangat identik dengan Tanah Tinggi Genting. Penasaran? Yuuk ditengok. Tapi bukan untuk berjudi ya…

Kesempatan menengok Tanah Genting di Malaysia didapat oleh wartawan detikcom Arin Widiyanti pada Minggu 11 November 2007. Berangkat dari Kuala Lumpur pukul 10.00 waktu setempat, sekitar pukul 11.30 sudah tiba. Kebetulan jalan menuju pusat judi di Malaysia itu lancar.. car pada hari Minggu. Padahal, jalannya berkelok-kelok seperti menuju Puncak Pass, Jawa Barat.

Setelah tiba, terlihat Hotel Genting berdiri tegak di puncak bukit. Ketika masuk ke hotel, pengunjung bebas melenggang. Pengamanan mulai ketat ketika berada di lantai 2. Di lantai itulah tempat judi yang terkenal itu berpusat. Setiap pengunjung harus melintas pintu metal detector.

Masuk memang gratis. Tapi pengunjung harus patuh dengan peraturan yang diterapkan pengelola judi tersebut. Dilarang keras merekam dan mengambil gambar. Kalau ngeyel, petugas tanpa segan-segan akan merampas dan menyita kamera tersebut.

Memasuki area perjudian, sepanjang mata memandang, hanya warga keturunan China yang terlihat. Jika sudah begitu, bahasa Mandarin dan bahasa keturunan China lainnya menjadi bahasa wajib yang digunakan.

Tidak perlu merasa minder mendatangi pusat judi itu. Bagi pemula, disediakan permainan jackpot yang memainkannya hanya dengan menekan-nekan tombol. Cukup selipkan uang ringgit senilai RM 10 atau Rp 27.480, RM 50 atau Rp 137.400, maupun RM 100 atau Rp 274.800 ke dalam mesin, terus pencet tombol. Jika beruntung, uang akan mengalir keluar.

Saya memilih menjadi penonton saja, karena kalau dipikir-pikir, sayang juga uang senilai itu hilang dalam sekejap. Atau bila Anda tak punya uang cash, cukup mendaftar menjadi member.

Terus masuk ke dalam, terdapat area yang diperuntukan untuk penjudi sejati. Misalnya permainan kartu, minimal satu koin senilai RM 50 dan maksimal RM 1.000. Suasananya persis seperti film-film judi China.

Ada satu bandar yang melempar dadu, lalu sekitar enam pemain dibagikan kartu, karena saya tidak tahu jenis permainan dan bahasa yang digunakan, jadi saya tidak bisa mengikuti jalannya permainan.

Hebatnya, hampir sebagian besar pemain judi adalah manula alias nenek-nenek dan kakek-kakek. Mereka sangat bersemangat bermain. Bahkan ada nenek yang jalan saja sudah tertatih-tatih, ketika menjadi pemenang, dengan semangat dia meraup uang kemenangannya.

Mata uang selain ringgit tidak berlaku di sini. Jadi apapun mata uang yang dibawa, harus ditukarkan dulu di money changer yang terletak di areal tersebut.

Sempat melintas dalam pikiran saya, berapa ringgit ya yang diperoleh tempat ini dalam sehari di tempat ini. Jangan-jangan jumlahnya setara dengan anggaran belanja pemerintah di Indonesia dalam setahun.

Pantas saja Malaysia bisa menyubsidi beberapa produk kebutuhan pokoknya seperti susu dan beras. Pendidikan di sini juga kabarnya mulai SD hingga SMA gratis. Pikiran iseng yang cukup mengusik hati.

Bosan hanya menengok orang berjudi, pemandangan di areal Tanah Genting tidak kalah menarik. Ada genting skyway kereta gantung yang mengantar pengunjung berputar-putar melihat pemandangan hutan yang masih asri.

Dengan merogoh kocek RM 10 untuk 30 menit bolak-balik melintasi hutan Malaysia yang diklaim berumur 100 juta tahun. Anehnya, tidak terlihat satu pun hewan di dalamnya seperti burung atau monyet, yang ada hanyalah patung gajah-gajahan.

Selain itu juga terdapat genting theme park sejenis obyek wisata Dufan Ancol yang didalamnya ada flying coaster dan beberapa permainan yang hampir sama dengan koleksi permainan di dufan seperti komidi putar dan ontang-anting.

Mungkin bagi warga muslim yang datang ke Genting perlu membawa makanan sendiri. Hampir seluruh makanan yang dijual di sini adalah makanan Cina yang tidak bersertifikat halal.

Sumber: hariansib.com (18 November 2007)
-

Arsip Blog

Recent Posts