Pariwisata Kalsel Matisuri

Banjarmasin - Dunia kepariwisataan Kalimantan Selatan (Kalsel) yang sempat marak selama era 80-an hingga awal 90-an, kini seakan mati suri. Karena itu, sudah saatnya dunia kepariwisataan di Kalsel dihidupkan kembali pada tahun ini atau saat program Visit Indonesia Year (VIY) 2008 diselenggarakan, kata Sekretaris Forum Pariwisata Kalsel, Ahmad Arifin di Banjarmasin, Kamis.

Ahmad Arifin yang dikenal sebagai pemandu wisata pada 80-an tersebut mengakui bahwa kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Kalsel praktis tak pernah terdengar lagi, padahal era 80-an hingga awal 90-an kedatangan wisman menyemarakkan dunia wisata wilayah ini.

"Dulu hampir setiap minggu datang grup-grup wisatawan ke Kalsel, melihat pasar Terapung Sungai Barito Banjarmasin, ke pendulangan intan Cempaka Martapura, kehidupan monyet Bekantan (Nasalis larvatus) Pulau Kaget Barito Kuala, serta kehidupan kerbau rawa atau kerbau kalang di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU)," katanya.

Kemudian petualangan ke dalam hutan tropis basah Pegunungan Meratus juga menjadi pilihan wisman yang datang secara berkelompok ke Kalsel, khususnya saat-saat musim liburan di kawasan Eropa, seperti Juli dan Agustus. Mereka datang dari Inggris, Prancis, Belanda, Swedia, dan negara Eropa lainnya.

Turis Asia yang datang ke Kalsel kebanyakan dari Jepang, kata Ahmad Arifin yang sekarang menjadi staf kantor Gubernur Kalsel tersebut. Tetapi setelah pertengahan 90-an hingga sekarang hal itu seakan tak terdengar lagi seiring kurang berkembangnya dunia kepariwisataan di provinsi itu. Pasar terapung tidak semeriah dulu lagi, dan pendulangan intan Cempaka yang tadinya tradisional berubah ke mekanisasi juga tidak menarik lagi untuk dikunjungi, katanya.

Sementara kehidupan ratusan bekantan di Pulau Kaget juga kian terganggu oleh pemukiman hingga populasi bekantan tinggal beberapa ekor saja sehingga tak bisa lagi diandalkan menjadi objek wisata.

"Makanya untuk menghidupkan kembali kepariwisataan Kalsel itu perlu pemikiran semua pihak dan yang penting ada keinginan kuat dari Dinas Pariwisata Kalsel untuk menghidupkannya, ibarat kita ingin memancing semut harus sediakan gulanya dulu, agar semut-semut itu datang," tambah Arifin.

Salah satu objek yang harus dihidupkan lagi karena begitu dikenal adalah pasar terapung dan pendulangan intan yang menjadi primadona Kalsel. "Bagaimana cara menghdupkan lagi objek itu terserah Pemprov Kalsel lah yang memikirkannhya," katanya.

Daya tarik lain yang harus dihidupankan adalah pusat cenderamata, pusat kebudayaan, kesenian, dan atraksi-atraksi di masyarakat karena hal-hal semacam itu memiliki daya pikat kuat.

Hal lain adalah menyediakan pemandu wisata Kalsel, karena selama ini tak pernah terdengar lagi Pemprov Kalsel mencetak kader-kader pemanduwisata yang andal.

"Dulu era tahun 80-an hingga awal tahun 90-an tersebut pernah diselenggarakan empat angkatan pelatihan pemandu wisata, angkatan pertama 40 orang, angkatan kedua juga 40 orang, lalu angkatan ketiga 30 orang serta angkatan keempat juga 40 orang, tetapi setelah itu tak pernah lagi ada pelatihan pemandu wisata tersebut" tambahnya.

Sumber: www.kompas.com (15 Februari 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts