Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Suku Bangsa

Oleh: Wandy

Perubahan sosial merupakan merupakan perubahan dari budaya. Perubahan dari kebudayaan mencakup semua bagian yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan lain sebagainya. Perubahan Kebudayaan suku bangsa di Indonesia ini ternyata telah tercampur adukkan oleh masuknya kebudayaan asing, lebih parahnya lagi globalisasi sudah merajalela secara besar-besaran dan terang-terangan.

Indonesia yang merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman kebudayaan suku bangsa dan juga dianggap sebagai Negara yang sedang berkembang ini, Indonesia dituntut untuk menjadi Negara yang lebih maju dari berbagai aspek. Faktanya adalah bahwa Negara Indonesia terkesan berjalan lambat untuk mengalami kemajuan di mata Negara-Negara yang berada di Benua Amerika dan Eropa. Terus, apa yang menjadi kendalanya? Di Indonesia, gaung globalisasi sudah terasa sejak pertengahan abad ke-20, dalam hal ini bangsa Indonesia memang sudah harus bersiap-siap untuk menerima kenyataan masuknya pengaruh asing terhadap berbagai aspek di Indonesia, khususnya dalam kebudayaan suku bangsa.

Bagi Indonesia, aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan yang memiliki nilai yang beragam dan juga merupakan identitas bahwa Indonesia memang benar mempunyai keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang juga diperkuat lagi melalui Bhinneka Tunggal Ika. Hal yang terpenting di dalam kebudayaan Indonesia sebagian besar terdapat di keseniannya karena memang banyak masyarakat awam yang mengatakan bahwa kebudayaan itu adalah kesenian. Banyak contoh yang dapat kita lihat dalam hal kesenian budaya seperti di Seni Pahat, Wayang, Musik daerah, Kerawitan, Seni rupa, dan lain-lain, yang sampai pada hari ini yang terus mempertahankan itu adalah warga Indonesia yang sangat cinta akan keberagaman seni dan budaya Indonesia (minoritas).

Seiring berjalannya waktu seni dan budaya asli daerah dari suku bangsa yang ada di Indonesia, sedikit demi sedikit mengalami perubahan yang dikarenakan derasnya arus globalisasi yang didominasi Negara barat. Banyak yang melontarkan dua hal yang susah untuk ditarik benang merah dari permasalahan tersebut oleh pakar-pakar kebudayan seperti Simon Kemoni yang juga merupakan sosiolog asal Kenya, mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing.

Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma sosial merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi Internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh.

Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya.

Disaat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian, yang kesemua itu sedikit demi sedikit akan tersingkir.

Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional Tarian Tiga Etnis (Melayu, Dayak, Tiong Hoa, yang sering kita dengar kini sudah tidak lagi pernah tampak di permukaan. Hal ini sangat disayangkan mengingat tarian tradisional merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”.

Kesenian tersebut diatas merupakan contoh kecil mulai terdepaknya seni dan budaya bangsa akibat arus globalisasi. Dilematisnya apakah Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang harus tetap menjadi Negara yang terus maju namun kehilangan identitas kebudayaannya yang beranekaragam? Ataukah Indonesia tetap terus menjaga kelestarian Seni dan Budaya secara utuh dengan konsekuensinya adalah Indonesia akan terus lambat berkembang dari Negara lain? **

-

Arsip Blog

Recent Posts