Situs Porno Tidak Bisa Diblokir 100%

Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Arifinto, tertangkap basah di kamera sedang menonton video porno di sela sidang paripurna DPR. Kasus ini secara tak langsung kembali menyinggung upaya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dalam memblokir akses situs porno di Indonesia.

Sejumlah operator, meliputi Telkom, Telkomsel, Indosat, Indosat Mega Media (IM2), Bakrie Telecom, dan XL Axiata, telah melewati uji coba pemblokiran situs porno oleh Kemenkominfo pada Agustus tahun lalu. Langkah pemblokiran akses konten porno ini pun disusul oleh sejumlah ISP, seperti First Media dan lainnya.

Lantas mengapa akses konten porno masih bisa dibuka di komputer tablet milik anggota DPR Fraksi PKS Arifinto?

Menurut Budi Rahardjo, pengamat TI, mekanisme pemblokiran melalui operator atau penyedia jasa Internet itu kurang efektif. Seharusnya, pemblokiran tidak dilakukan dengan sentralisasi seperti itu, melainkan lebih dilokalisir.

"Misalnya, filterisasi konten porno dilakukan di jaringan Internet lingkungan kampus, sekolah, tempat kursus, dan lainnya. Concern dari pemblokiran akses konten porno ini kan anak-anak dan remaja. Pemblokiran secara lokal ini jauh lebih efektif ketimbang filterisasi secara luas melalui operator atau ISP," ujar Budi pada VIVAnews, Minggu 10 April 2010.

"Lagipula, konten porno di Internet itu skalanya terlalu besar. Kalau ingin memblokir seluruhnya, itu suatu hal yang mustahil," tandasnya.

Pernyataan Budi tersebut diamini oleh Heru Sutadi, anggota BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia) yang juga terlibat dalam penyusunan UU ITE tiga tahun silam. Heru mengatakan, upaya pemerintah untuk memblokir situs porno hanya untuk meminimalisir akses konten porno oleh pengguna Internet di Indonesia.

"Jika ingin memblokir 100 persen itu tidak mungkin. Sulit sekali. Pasalnya, kita bicara pornografi tidak cuma sebatas kata 'porn' atau 'sex'. Sekarang dengan kata 'ariel' dan 'luna maya' saja di Internet, kita sudah bisa melihat konten porno. Ini terus berkembang dan tidak bisa disalahkan," tuturnya pada VIVAnews, hari ini.

Terkait dengan kasus anggota DPR Fraksi PKS yang tertangkap basah oleh kamera sedang menikmati video porno, Budi Rahardjo tidak mau ambil pusing. "Menurut saya kasus ini terlalu dibesar-besarkan. Tidak perlu diberitakan berulang-ulang," katanya.

"Masih banyak topik lain yang lebih positif dan menarik untuk dibicarakan daripada hal-hal negatif seperti kasus ini. Banyak hal-hal yang substantif untuk dibahas, misalnya sekarang ini ada kompetisi robot. Apa langkah strategis pemerintah untuk menyalurkan anak-anak Indonesia supaya bisa turut serta dalam kompetisi robot dunia. Ini jauh lebih penting daripada terus-menerus memberitakan tentang satu orang yang mengakses situs porno," pungkas Budi Rahardjo. (SJ)

-

Arsip Blog

Recent Posts